Sri Mulyani Sang Pengawal Anggaran Ibukota Negara

Sri Mulyani Sang Pengawal Anggaran Ibukota Negara
Menteri Keuangan Sri Mulyani/ Brio KLI Kemenkeu-Bayu

MONITORDAY.COM - Membangun ibukota tak semudah menjentikkan ibujari. Dibutuhkan alasan kuat dan pertimbangan matang. Bukan sekedar keinginan dan mimpi, namun didasarkan pada visi menjawab tantangan masa depan. Itulah yang dihadapi Indonesia kini setelah DPR mengetuk palu sebagai penanda disahkannya UU Ibukota Negara (IKN). 

Apakah proyek ini akan berdampak baik atau justru menenggelamkan Indonesia pada kesulitan keuangan? Tanda tanya itulah yang memicu diskusi panjang.  Di tengah upaya memulihkan ekonomi, proyek prestisius ini tetap akan dijalankan. Untuk menuntaskannya dibutuhkan beberapa periode kepemimpinan nasional.

Tugas berat ada di pundak Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan. Ia harus memastikan stabilitas dan sustainibilitas keuangan negara tetap terjaga. Jangan sampai besar pasak daripada tiang. Pembangunan IKN harus mampu mendorong terbentuknya pusat pertumbuhan ekonomi baru

Menteri yang dikenal bertangan dingin ini menengarai bahwa momentum awal pembangunan IKN bisa dikategorikan sebagai proses untuk sekaligus pemulihan ekonomi. Di momen inilah masa kritisnya, apakah mampu menciptakan anchor (jangkar) bagi pembangunan ibu kota negara dan pemindahannya

Ia harus mendesain bahwa pada periode jangka pendek yaitu periode 2022-2024, artinya di tahun 2022 hingga tahun 2024 penanganan Covid, pemulihan ekonomi, penyelenggaraan pemilu, dan IKN semuanya ada di dalam APBN , dan pada saat yang sama defisit maksimal 3 persen mulai tahun 2023 akan tetap terjaga

Penetapan UU Ibu Kota Negara (IKN) menjadi landasan hukum bagi Kementerian Keuangan dalam mengawal rencana pemindahan IKN dari sisi pembiayaan dan keuangan negara sesuai dengan Rencana Induk IKN yang dilakukan secara bertahap. Penghitungan dan alokasi kebutuhan anggaran akan dilakukan dengan cermat dan hati-hati agar tujuan pembangunan IKN dapat tercapai namun stabilitas dan sustainibilitas keuangan negara tetap terjaga.

Pemerintah akan memastikan agar pendanaan pembangunan IKN ini tidak mengganggu penanganan Covid-19 dan program pemulihan ekonomi. Sebaliknya, pendanaan pembangunan IKN dirancang agar dapat mendorong terbentuknya pusat pertumbuhan ekonomi baru.
 
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam Keterangan Pers setelah Rapat Paripurna DPR RI Pengambilan Keputusan terhadap RUU IKN mengatakan bahwa penanganan Covid dan pemulihan ekonomi masih akan tetap menjadi fokus utama pemerintah saat ini. Namun, dalam hal pelaksanaan pembangunan ibu kota negara baru terutama pada momentum awal pembangunannya bisa dikategorikan sebagai proses untuk sekaligus pemulihan ekonomi.
 
“Kita nanti bisa mendesain untuk kebutuhan awal terutama pelaksanaan pembangunan akses dan infrastruktur (ibukota negara baru) bisa masuk di dalam kategori penguatan pemulihan ekonomi dalam program pemulihan ekonomi nasional tahun 2022,” jelas Menkeu, Selasa (18/01).

Pelaksanaan pembangunan dan pemindahan IKN terdiri dari beberapa tahap. Menkeu mengatakan bahwa tahap yang paling kritis sesudah Undang-undang IKN dibuat adalah tahap pertama yaitu pada tahun 2022-2024.

“Nah untuk tahapan yang pertama yang sangat kritis, ini nanti dari aspek pendanaanya akan dilihat apa yang menjadi trigger awal yang akan kemudian menimbulkan momentum untuk pembangunan selanjutnya, dan juga untuk menciptakan anchor atau dalam hal ini jangkar bagi pembangunan ibu kota negara dan pemindahannya,” kata Menkeu.

Perhitungan dan pemenuhan kebutuhan anggaran IKN akan tetap sejalan dengan konsolidasi fiskal pascapandemi Covid-19. Artinya, anggaran pembangunan IKN akan disesuaikan dengan kondisi terkini serta kapasitas APBN agar tetap sehat dan seimbang.

“Ini sudah harus dimasukkan dalam desain pada jangka pendek yaitu periode 2022-2024, artinya di tahun 2022 hingga tahun 2024 penanganan Covid, pemulihan ekonomi, penyelenggaraan pemilu, dan IKN semuanya ada di dalam APBN yang akan kita desain, dan pada saat yang sama defisit maksimal 3 persen mulai tahun 2023 akan diupayakan semuanya tetap terjaga,” tegas Menkeu.