Arteria Minta Kejati Dicopot Karena Gunakan Bahasa Sunda, Shamsi Ali Sebut Over Action

Arteria Minta Kejati Dicopot Karena Gunakan Bahasa Sunda, Shamsi Ali Sebut Over Action
Presiden Nusantara Foundation Amerika Serikat, Shamsi Ali (Dok: Istimewa)

MONITORDAY.COM - Presiden Nusantara Foundation Amerika Serikat, Shamsi Ali menyesalkan sikap anggota DPR RI Arteria Dahlan yang meminta Kajati tidak memakai Bahasa Sunda saat rapat. Mirisnya, Arteria juga desak Kejati dicopot hanya karena bahasa daerah. Menurut Shamsi, pernyataan Arteria over action juga reaction. 

"Katanya bangga dengan kultur  dan bahasa nusantara. Tidak usah over action apalagi reaction begitu," kata Shamsi Ali yang juga Imam di Masjid New York City, Selasa (18/1/2022).

Shamsi Ali menilai pernyataan politisi PDIP tidak sesuai dengan semangat partainya yang selalu menggaungkan NKRI Harga Mati, Nusantara dan embel-embel nasionalisme lainnya.

Bahasa Sunda, kata Shamsi, adalah bahasa Nusantara yang merupakan kekayaan negeri.

Shamsi mengaku miris dengan ujaran Ateria seolah dia "Pahlawan Besar" yang bisa melontarkan apapun yang ada dalam mulutnya. Pernyataan tersebut jelas membuat warga Jabar, khususnya masyarakat sunda tersinggung. 

Sementara itu, Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil juga menyayangkan statement anggota DPR RI Arteria Dahlan terhadap Kejati, hanya karena menggunakan bahasa sunda.

"Jadi saya menyesalkan statemen dari Pak Arteria Dahlan. Masalah bahasa yang sudah ada ratusan tahun (sampai) ribuan tahun menjadi kekayaan nusantara ini, kalau tidak nyaman disampaikan, sesederhana itu," kata Ridwan Kamil usai menghadiri sebuah acara di kawasan Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, Bali, Selasa (18/1/2022).

"Tapi kalau bentuknya meminta untuk diberhentikan jabatan menurut saya terlalu berlebihan. Tidak ada dasar hukum yang jelas (mengatur itu)," lanjut dia.

Kang Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil, menyebut banyak masyarakat Sunda yang tersinggung atas sikap Arteria Dahlan. Karena itu Kang Emil meminta Arteria Dahlan meminta maaf.

"Jadi saya mengimbau Arteria Dahlan sebaiknya meminta maaf kepada masyarakat Sunda di nusantara ini. Tapi kalau tidak dilakukan, pasti akan bereskalasi, karena sebenarnya orang Sunda itu pemaaf. Jadi saya berharap (permintaan maaf) itu dilakukan," pintanya.

Kang Emil menilai wajar jika ada celetukan menggunakan bahasa daerah saat rapat. Sebab menurutnya tidak ada rapat yang secara keseluruhan bersifat formal.

"Saya kira tidak ada di rapat yang sifatnya formal dari A sampai Z itu Bahasa Sunda. Yang ada itu ucapan selamat, pembuka pidato kan, ataupun penutup pidato atau di tengah-tengah ada celetukan-celetukan kan, yang saya kira wajar-wajar saja," kata dia.

"Makanya harus ditanya mana buktinya yang membuat tidak nyaman. Bayangan saya kalihatannya tidak seperti yang disampaikan persepsinya seperti itu. Seperti di sini (Bali) kan, saya akhiri matur suksma, saya ke Aceh saya bilang teurimong gaseh, saya ke Jogja kemarin bilang matur nuwun dan sebagainya. Itu kan keren menurut saya (sebagai) kekayaan (dan) keberagaman. Makanya Pancasila Bhineka Tunggal Ika itu mewakili semangat itu. Jadi kalau ada yang sudah rasis seperti itu harus diingatkan, tentunya dengan baik-baik dulu," jelas Kang Emil.

Sebelumnya, sikap Arteria Dahlan sendiri terjadi saat Komisi III DPR menggelar rapat kerja bersama Kejagung, Senin kemarin. Jaksa Agung ST Burhanuddin juga hadir dalam rapat tersebut.

Awalnya Arteria meminta agar jajaran Kejaksaan Agung bersikap profesional dalam bekerja. "Saya minta betul kita profesional, saya sama Pak JA (Jaksa Agung) ini luar biasa sayangnya, Pak," kata Arteria saat rapat kerja.

Arteria lantas menyinggung seorang Kepala Kejaksaan Tinggi yang menggunakan bahasa Sunda ketika rapat kerja. Dia meminta Jaksa Agung (JA) ST Burhanuddin memecat Kajati tersebut.

"Ada kritik sedikit Pak JA, ada Kajati yang dalam rapat dan dalam raker itu ngomong pakai bahasa Sunda, ganti Pak itu," katanya.

Arteria menyayangkan sikap Kajati yang menggunakan bahasa Sunda saat rapat. Menurutnya, seharusnya Kajati itu menggunakan bahasa Indonesia.

"Kita ini Indonesia pak, jadi orang takut kalau ngomong pakai bahasa Sunda nanti orang takut ngomong apa dan sebagainya," ujarnya.

"Kami mohon sekali yang seperti ini dilakukan penindakan tegas," lanjut Arteria.