Sosok Pemimpin Hebat
Belajar dari pemimpin, banyak sahabat Rasulullah Muhammad SAW yang menjadi pemimpin-pemimpin hebat di dunia. Salah satu contoh sahabat nabi yang menjadi pemimpin hebat yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq ra

Belajar dari pemimpin, banyak sahabat Rasulullah Muhammad SAW yang menjadi pemimpin-pemimpin hebat di dunia. Salah satu contoh sahabat nabi yang menjadi pemimpin hebat yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq ra. Seperti yang dijelaskan dari Al Qur’an, Abu Bakar mulai berpidato setelah memuji Allah pemilik segala pujian, ‘amma ba’du, “para hadirin sekalian, sesungguhnya aku telah terpilih sebagai pemimpin atas kalian dan bukanlah aku yang terbaik. Maka jika aku berbuat kebaikan bantulah aku.
Khalifah Umar bin Khaththab ra., pemimpin negara khilafah yang luas wilayahnya meliputi jazirah Arab, Persia, Irak, Syam. Beliau tidak pandang bulu. Khalifah Umar bin al-Khaththab pernah menyita sendiri seekor unta gemuk milik putranya, Abdullah bin Umar, karena kedapatan digembalakan di padang rumput milik Baitul Maal dan ia pernah berkata, “demi Allah kalau benar aku telah berbuat adil terhadap mereka, aku tetap khawatir akan diri ini. Aku khawatir tidak dapat menjawab pertanyaan Allah. Dan risau kalau ada rakyat yang terzalimi olehku, sedangkan aku tidak menyadarinya.”
Yang terakhir kisah dari pemimpin yang bernama Umar bin Abdul Aziz, yang juga diamanahkan sebagai khalifah (kepala negara). Ketika itu, dunia Islam berada di bawah kepemimpinan khilafah Bani Umayyah. Beliau dikenal teladan dalam mengatur pemerintahan dan mengatur aparat-aparatnya. Termasuk dalam memberantas korupsi. Dalam sebuah riwayat disebutkan, suatu ketika, demi menjaga agar tidak mencium bau minyak wangi yang bukan haknya, Khalifah Umar bin Abdul Azis sampai menutup hidungnya saat mengunjungi Baitul Maal yang di dalamnya ada tempat penyimpanan minyak wangi.
Maka, dengan teladan pemimpin, pemberantasan tindak korupsi jadi mudah. Umar berupaya untuk membersihkan Baitul Maal dari pemasukan harta yang tidak halal dan berusaha mendistribusikannya kepada yang berhak menerimanya saja. Umar membuat perhitungan dengan para amir bawahannya agar mereka mengembalikan harta yang sebelumnya bersumber dari sesuatu yang tidak sah. Di samping itu, umar sendiri mengembalikan milik pribadinya, yang waktu itu berjumlah sekitar 40.000 dinar setahun, ke Baitul Maal. Harta tersebut diperoleh dari warisan ayahnya, Abdul Aziz bin Marwan.
Mereka semua pemimpin yang benar-benar ikhlas demi semata mengharap ridho Allah swt. Ketika berkuasa dan memimpin rakyat, mereka bertindak adil. Jabatan bukanlah alat untuk menumpuk harta demi memperkaya diri dan keluarganya. Sebab, jabatan adalah amanah. Umar bin Khaththab dan Umar bin Abdul Aziz berhasil menunjukkan tanggung jawab dan keikhlasannya sebagai teladan ketika menjadi pemimpin. Dan Rasulullah bersabda, ”seorang imam (khalifah/kepala negara) adalah pemelihara dan pengatur urusan rakyat dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas urusan rakyatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)