Soal Pembakaran Bendera, Muhammadiyah-NU Ingin Semua Saling Maafkan

Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) sepakat soal polemik pembakaran bendera berlafadz tauhid tidak perlu diperpanjang. Keduanya meminta untuk saling memaafkan antar komponen bangsa.

Soal Pembakaran Bendera, Muhammadiyah-NU Ingin Semua Saling Maafkan
Pertemuan PP Muhammadiyah dan PBNU, di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Menteng Raya, Jakarta Pusat, Rabu (31/10)/ foto: istimewa

MONITORDAY.COM - Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) sepakat soal polemik pembakaran bendera berlafadz tauhid tidak perlu diperpanjang. Keduanya meminta untuk saling memaafkan antar komponen bangsa.

"Sekarang ini kan Ansor dan teman-teman NU sudah minta maaf. Bahkan saya sebelumnya sudah mengimbau saling memaafkan antar komponen bangsa jika ada insiden seperti itu," kata Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir setelah acara pertemuan dengan PBNU, di gedung PP Muhammadiyah, Rabu (31/10).

Haedar juga meminta, agar insiden ini sampai dikapitalisasi sedemikian rupa oleh gerakan-gerakan yang menimbulkan perpecahan di antara umat. Karena menurutnya, setiap masalah yang ada di negara ini adalah masalah yang seharusnya menjadi masalah bersama dan diselesaikan bersama.

Kemudian, Haedar menegaskan bahwa insiden yang terjadi bukanlah gesekan antara PP Muhammadiyah dengan PBNU. Menurut dia, perlu disadari, jika ada gerakan-gerakan yang mencoba mengubah ideologi, maka sudah menjadi tugas bersama untuk menjaga.

"Insiden ini kan sebenarnya bukan antara NU dan Muhammadiyah. Kita sama-sama, bahwa kita bersepakat, bahwa kita di Indonesia ini tidak boleh ada ideologi-ideologi dan gerakan yang bertentangan dengan Pancasila, dengan dasar negara kita, dan juga dengan sistem kenegaraan kita," terangnya.

Senada dengan itu, Ketua Umum PBNU mengatakan bahwa pihaknya saat ini menyerahkan sepenuhnya kepada kepolisian untuk menyelesaikan kasus ini secara hukum. Ia meminta, kasus yang melibatkan Banser, yang merupakan ormas yang berinduk ke NU itu agar tidak perlu diperbesar.

"Serahkan ke penegak hukum. Kami menerima apapun vonisnya, apapun prosesnya. Kita negara hukum. Masalah oknum Banser membakar bendera itu, kami sudah minta maaf. Kami menyikapi itu, kami sayangkan, sudah enggak usah diperbesar. Sudah selesai. Silakan polisi memproses," tutur Said.

Ia sendiri sebenarnya mengaku heran kenapa bendera yang dibakar tersebut bisa muncul dalam peringatan Hari Santri. Padahal, kata dia, dalam peringatan Hari Santri peserta dilarang membawa bendera apa pun, kecuali bendera merah putih.