Soal Kejanggalan Data Kematian Covid-19, Khofifah: Pemprov Jawa Timur Junjung Tinggi Transparansi

Soal Kejanggalan Data Kematian Covid-19, Khofifah: Pemprov Jawa Timur Junjung Tinggi Transparansi
Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa/ Instagram @khofifah.ip.

MONITORDAY.COM - Gubernur Jawa Timur (Jatim), Khofifah Indar Parawansa, menyebutkan pihaknya selalu transparan dalam menyajikan data kasus Covid-19 di wilayahnya. Menurutnya, sistem pencatatannya merupakan yang terlengkap di Indonesia.

Hal tersebut disampaikan Khofifah menanggapi adanya temuan kejanggalan data kematian Covid-19 di Jatim dengan data di lapangan. Adapun perbedaan data itu ditemukan Koalisi Warga untuk LaporCovid-19, organisasi profesi, hingga laporan-laporan media massa.

"Pemprov Jawa Timur menjunjung tinggi transparansi data Covid-19 yang notabene menjadi parameter penanggulangan dan kebijakan," kata Khofifah melalui akun Instagram pribadinya sebagaimana dikutip redaksi, @khofifah.ip, Selasa (27/7/2021).

Khofifah menegaskan bahwa pihaknya telah menyajikan data yang reliabel, kekinian (realtime), serta bersifat interoperabilitas mengenai kondisi Pandemi Covid-19 di Jatim.

"Data tersebut bisa diakses siapapun melalui kanal infocovid19.jatimprov.go.id," tandasnya.

Dalam unggahan Instagram-nya, dia menampilkan tangkapan layar laman yang menunjukkan sejumlah variabel data Covid-19 di Jatim.

"Ada lebih dari 80 variable dari tiap kabupaten/kota dibuka secara publik dan dapat diakses siapa saja, mulai dari kasus, kontak erat, testing bahkan jumlah yang dirawat dan Isoman. Ini system terlengkap di Indonesia," ungkap Khofifah.

Mantan Menteri Sosial itu menyebutkan bahwa sistem itu berbasis bottom up. Jadi, data yang ditampilkan di laman itu merupakan laporan dari masing-masing kabupaten/kota.

 Kini, lanjut Khofifah, banyak pula organisasi relawan yang membantu mengawal data tersebut.

Sebelumnya, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jatim dr Sutrisno menilai data kasus kematian akibat Covid-19 sejumlah daerah di Jatim saat ini tak layak untuk jadi dasar pengambilan kebijakan masa pandemi. Pasalnya, banyak kematian terkait Covid-19 yang tak dilaporkan.

Dalam hal ini, sejumlah daerah di Jatim hanya melaporkan kasus kematian yang rata-rata relatif kecil per harinya. Sedangkan kasus meninggal terkait Covid-19 di lapangan jauh lebih besar.

"Data yang ada jangan hanya data di meja untuk mengambil keputusan. Sehingga data yang masuk cuma 0, cuma 2, tapi coba lihat kuburan; hampir 20-30 kali lipat dari pada data yang ada di meja," sebut Sutrisno.

Berdasarkan LaporCovid-19 per Rabu (21/7/2021), tercatat total kematian akibat Corona mencapai 98.014 kasus. Sementara itu, Satgas Covid-19 pada hari itu mencatat 77.583 kasus, maka ada selisih 20.431 kasus.

Contoh perbedaan data itu ditemukan di Kota Malang. Satgas setempat mencatat pada Senin (19/7/2021), nol kematian. Lalu, LaporCovid-19 menerima laporan 26 jenazah dimakamkan dengan protokol Corona.

Sehubungan dengan itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah memperluas definisi kematian Covid-19 hingga mencakup kasus terduga alias suspek dan probable. Oleh karena itu, pemerintah pusat sendiri tak memasukkan data kedua jenis status itu selama belum terkonfirmasi positif via swab.

Secara terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Jatim, Herlin Ferliana mengatakan, data resmi kasus kematian Covid-19 di wilayahnya adalah kasus yang sudah terkonfirmasi positif.

"Yang ditulis kematian akibat Covid-19 itu, adalah kematian yang data pendukungnya sudah ada, jadi dia meninggal karena Covid-19 karena sudah ada hasil laboratorium," jelasnya.

Ia pun menyebutkan, ada sejumlah kasus kematian warga Jatim yang belum disertai dengan hasil laboratorium. Sehingga, pihaknya menunda pencatatan kasus meninggal ini sebagai kasus kematian akibat corona.