Setelah Reformasi Birokrasi, Produk Inovasi Anak Bangsa Tumbuh Pesat
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) mengungkapkan dalam empat tahun terakhir terjadi kemajuan pesat dalam publikasi penelitian ilmiah dan produk inovasi anak bangsa. Hal ini dinilai setelah dilakukannya reformasi birokrasi.

MONITORDAY.COM - Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) mengungkapkan dalam empat tahun terakhir terjadi kemajuan pesat dalam publikasi penelitian ilmiah dan produk inovasi anak bangsa. Hal ini dinilai setelah dilakukannya reformasi birokrasi.
"Setelah Kemenristekdikti melakukan reformasi dalam birokrasi perlahan tapi pasti mulai tumbuh para wirausahawan dari tahun 2016 ada 203 orang, tahun 2017 menjadi 601 orang dan pada tahun 2018 meningkat menjadi 1.000-an lebih," ujar Menristekdikti Mohamad Nasir, seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Kamis, (25/10).
Ia mengungkapkan, bahwa ini adalah capaian dan prestasi dari upaya Kemenristekdikti sepanjang tahun 2015-2017 memberdayakan wirasusahawan berbasiskan riset.
"Inovasi start up dasarnya dari riset, kalau tidak ada riset akan ngawur. Jadi ini prestasi dari hasil riset dan penelitian di dalam negeri," ungkap Menristekdikti.
Capaian ini berbanding lurus dengan kenaikan jumlah publikasi ilmiah yang dibuat para dosen perguruan tinggi maupun para peneliti lembaga atau litbang.
Indonesia pada tahun 2013 hanya merilis publikasi ilmiah sebanyak 5.299 buah, sementara Singapura jumlahya sudah di atas 18 ribu, dan Thailand 9.200 buah.
Menristekdikti menambahkan, dengan adanya perbaikan regulasi terkait regulasi penelitian dan publikasi ilmiah, per 10 Oktober 2018 posisi sekarang Indonesia sudah mencapai 20.610 buah. Jumlah ini sudah mengalahkan Thailand, Malaysia dan Singapura.
Berikut ini, Menteri Nasir memaparkan sejumlah inovasi anak bangsa yang bisa membawa dampak bagi kepentingan publik. Seperti, produk kapal plat baja datar produksi dari galangan di Jakarta bekerja sama dengan Universitas Indonesia, yang bisa digunakan untuk pelayaran regional.
"Yang sangat menarik karena terbuat dari plat baja lebih hemat biayanya dari bahan fiber dan kayu. Baja ini lebih murah dan lifetime-nya lebih panjang dan bisa di-recycling," jelasnya.
Ada pula, produk inovasi di sektor pangan yang mampu menghasilkan padi bibit unggul jenis Rojo Lele dengan kemampuan panen dari 9 ton hingga 11,2 ton per hektare.
Dari sektor transportasi juga menghasilkan sejumlah produk seperti motor listrik gesit. Motor gesit ini memakai speedometer dengan smartphone dan lokal sudah mencapai 88% lokal kontennya.
"Kami sudah uji coba sampai Denpasar, Bali tidak ada masalah. Ini kapasitas pabriknya bisa diproduksi 50 ribu unit dalam 1 line. Bisa menggantikan motor bensin karena memakai listrik," ungkap Nasir.