Serangan Fajar dan Politik Uang yang Memabukkan
Eksekutif yang terpilih dengan pola serangan fajar akan mencoba untuk mendapatkan insentif balik dari yang telah dikeluarkan.

MONDAYREVIEW.COM - Tiap kali pemilihan umum dihelat, terminologi ‘serangan fajar’ menguat. ‘Serangan fajar’ dimaknai sebagai pemberian agar pemilih memilih kandidat tertentu. Tentu serangan fajar merupakan hal yang tidak sejalan dengan demokrasi substansial yang hendak dituju. Suara pemilih bagaikan transaksional – dimana Anda memilih kandidat tertentu, maka Anda mendapatkan sejumlah insentif.
Ludeslah azas pemilu langsung, umum, bebas, rahasia dengan serangan fajar. Serangan fajar sesungguhnya menunjukkan kandidat dan tim pemenangan calon, berusaha untuk melakukan pendekatan materialistik. Di sisi pemilih, hal itu menunjukkan tingkat ekonomi yang rendah dan kesadaran politik yang masih kurang apabila masih termakan serangan fajar.
Setelah pemilihan, kerja belum selesai. Dikarenakan pihak eksekutif melaksanakan masa kerjanya. Maka eksekutif yang terpilih dengan pola serangan fajar akan mencoba untuk mendapatkan insentif balik dari yang telah dikeluarkan. Maka tangan-tangan kekuasaan akan menjadi bancakan untuk mengembalikan modal yang telah keluar. Korupsi pun menganga dengan narasi semacam ini.
Politik uang dapat memabukkan dan menenggelamkan negeri ini. Bukankah ‘no free lunch’? Maka politikus yang melakukan serangan fajar, akan menagih ‘hidangan yang telah diberikannya’ dengan menggunakan kekuasaan sebagai sumber daya ekonomi bagi dirinya dan kelompoknya.