Sepak Terjang Calon Kapolri Pilihan Jokowi

MONITORDAY.COM - Kepolisian Negara Republik Indonesia memiliki sejarah panjang mengawal bangsa dan negara dari masa ke masa. Polri dengan segala catatan yang telah ditorehkannya menjadi penentu dalam merajut tenda bangsa, menegakkan keadilan hukum, dan melindungi rakyat dari ancaman dan gangguan keamanan.
Peran dan fungsinya sangat penting dalam aspek keamanan. Tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, dan memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Pada sosok pemimpin Polri yang berintegritas, rakyat telah dan akan menyandarkan harapannya.
Penegakan hukum tak berdiri di ruang hampa. Indonesia negeri yang majemuk dengan tantangan yang kompleks. Kondisi sosial ekonomi dan politik antara satu daerah dengan daerah lain berbeda. Apalagi dari aspek budaya, tingkat kompleksitas teramat tinggi. Dan polisi harus mampu menegakkan hukum seadil-adilnya tanpa kehilangan pijakan sosiologis-kultural di wilayah hukum yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Menurut Undang-undang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia senantiasa bertindak berdasarkan norma hukum dan mengindahkan norma agama, kesopanan, kesusilaan, serta menjunjung tinggi hak asasi manusia.
Jika hukum tegak maka jalan lempang menuju Indonesia yang maju dan bermartabat niscaya terbuka lebar. Dan Polri adalah institusi penegak hukum yang berdiri di garda depan. Tanpa menafikan pengadilan dan kejaksaan, wajah hukum di negeri kita sebagian besar ditentukan oleh kinerja dan kredibilitas kepolisian. Polisi harus dijaga agar tegak lurus terhadap amanat konstitusi.
Organisasi Polri semakin modern. Tantangannya semakin kompleks, termasuk keterbatasan anggaran dalam pengadaan sumber daya. Dalam situasi dan kondisi semacam ini dibutuhkan kepemimpinan yang berintegritas, kompeten, dan mampu mengembangkan kolaborasi Polri dengan institusi lain terutama dengan sesama stakeholder penegakan hukum.
Hari-hari di penghujung Januari 2021 ini akan sangat menentukan bagi institusi kepolisian. Presiden Joko Widodo telah mengajukan Listyo Sigit Prabowo sebagai calon tunggal Kapolri. Pendahulu dan seniornya tentu memiliki kelebihan dan kekurangan. Pun Sigit mampu mencuri perhatian publik secara nasional setidaknya sejak dua tahun belakangan.
Pengakuan itu datang dari berbagai kalangan. Jenderal bintang tiga lulusan Akpol 1991 ini masuk dalam Top 10 Most Outstanding People dari Majalah Infobank bersama The Asian Post. Ia menjadi pribadi yang menonjol meski terlihat sangat efisien dalam komunikasi publik. Sigit bukan perwira yang banyak bicara. Namun kinerjanya terlihat jelas, jejak langkahnya menunjukkan bahwa ia memang 'beda'.
Publik tertegun manakala dalam 12 hari di awal masa jabatannya sebagai Kabareskrim pelaku penyiraman air keras terhadap penyidik KPK Novel Baswedan terungkap. Kasus yang sangat menyita perhatian publik ini jika dibiarkan berlarut-larut akan menjadi beban sejarah dan politik bagi Pemerintah dan jajaran penegak hukum. Meski belum sepenuhnya memuaskan publik, kasus ini tak lagi mangkrak.
Capaian yang tergolong istimewa Sigit terentang sepanjang 2020. Bareskrim mampu mengungkap kasus kelas kakap. Ia tak pandang bulu dalam mengungkap kasus Djoko Tjandra yang menyeret sejumlah nama di institusi Polri dan Kejaksaan. Tentu berat bagi seorang pemimpin dihadapkan pada kasus yang menyangkut senior dan rekan seangkatannya. Dan Sigit terbukti sanggup bersikap profesional.
Kasus yang melibatkan FPI dan tersangka MRS juga sangat berat bagi seorang Sigit di posisi Kabareskrim. Bias politik sangat kuat membuat semua yang berurusan dengan perkara ini harus teguh dalam bersikap. Di tengah keterbelahan politik di tingkat massa, polisi menjadi bemper dalam penegakan keadilan.
Tugas lain yang telah ditunaikannya adalah kasus kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Kasus-kasus terkait karhutla seringkali mandeg karena berhadapan dengan pengusaha bermodal besar yang dibekingi oleh oknum pejabat. Di masa kepemimpinannya selama 2020 kasus-kasus karhutla turun menjadi 66,13 persen. Tak kurang dari 455 kasus dimejahijaukan karena pidana terkait UU Lingkungan Hidup.
Bareksrim di bawah komando Sigit juga mampu menggulung bandar-bandar besar narkoba. Di samping prestasi BNN dalam mengungkap kasus narkoba kita juga melihat upaya keras Bareskrim Polri sehingga selama 2020 telah mengungkap narkoba jenis sabu sebanyak 1,2 ton.
Jumlah besar ini di samping menunjukkan langkah maju Bareskrim juga menjadi cermin betapa besar skala bisnis narkoba. Jaringan internasional terlibat dalam kasus yang diungkap. Barang bukti tersebut disita dari jaringan Iran-Timur Tengah yang ditangkap di 2 lokasi berbeda yakni di Serang, Banten dan Sukabumi, Jawa Barat.
Faktanya sungguh sangat membuat publik miris. Sepanjang tahun 2020, jajaran Bareskrim Polri mengamankan barang bukti 5,91 ton sabu, 50,59 ton ganja, dan 905.425 butir pil ekstasi. Dari 41.093 kasus tindak pidana narkoba, sebanyak 53.176 tersangka yang dilakukan proses hukum.
Publik juga masih mengingat Bareskrim Polri bersama dengan Polda Metro Jaya mengungkap peredaran narkotika jenis sabu jaringan Timur Tengah, di Petamburan, Jakarta Pusat. Polisi menangkap 11 orang dengan barang bukti sabu seberat 200 Kg.
Jajaran Bareskrim juga mampu mengungkap fakta kebakaran Gedung Kejaksaan Agung. Selain para pekerja, dua tersangka lain yang dijerat polisi ialah Pejabat Pembuat Kebijakan (PPK) Kejagung berinisial NH dan Direktur Utama PT APM berinisial R jadi tersangka kasus yang menghanguskan gedung Korps Adhyaksa itu.
Sigit dan jajarannya juga mengungkap 104 Kasus Hoaks terkait pandemi. Di era digital ini polisi dituntut untuk menguasai perang di dunia maya. Banjir informasi telah mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit, termasuk keresahan di tengah masyarakat dan hilangnya kepercayaan publik terhadap Pemerintah.
Di bidang ekonomi Bareskrim juga mampu mengungkap 5 kasus penipuan Modus BEC, dan mengamankan uang Rp 276 M disamping membongkar penipuan internasional bermodus bisnis email.
Sederet prestasi Sigit terutama saat menjabat sebagai Kabareskrim menjadi bekal dalam pencalonannya sebagai Kapolri. Jokowi telah mempercayakan amanah penegakan hukum itu di pundaknya. Kepercayaan atas dasar integritas dan kompetensi. Meski loyalitas dan kedekatan mungkin saja mewarnai hubungan antara Jokowi dan mantan ajudannya ini.