Sambut Revolusi Industri 4.0, Kemendikbud Upayakan Penguatan STEM
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) terus mempersiapkan banyak hal dalam menyongsong Revolusi Industri 4.0. salah satunya dengan mengadakan Workshop sehari yang mengangkat tema "Praktik Baik Pembelajaran STEM dan HOTS dalam Menyongsong Revolusi Industri 4.0".

MONITORDAY.COM – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) terus mempersiapkan banyak hal dalam menyongsong Revolusi Industri 4.0. salah satunya dengan mengadakan Workshop sehari yang mengangkat tema "Praktik Baik Pembelajaran STEM dan HOTS dalam Menyongsong Revolusi Industri 4.0".
Seminar yang digelar Kamis, (13/12) di Kantor Kemendikbud ini digelar dengan maksud untuk bertujuan untuk menggali beragam praktik baik di sekolah, guna memetakan dan mengelaborasi ragam kriteria praktik pembelajaran yang dapat dinyatakan sebagai pendekatan STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematics) dan Revolusi Industri 4.0 pada pembelajaran.
“Kalau melihat judulnya STEM dan Revolusi Industri 4.0, ini jelas merupakan tema yang sangat futuristik. Pendidikan selalu bicara masa depan, berdasarkan pengalaman masa lampau dan masa kini,” ujar Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Balitbang Kemendikbud), Totok Suprayitno, seperti dalam siaran pers resmi Kemendikbud.
"Kita melihat masa depan, karena kita ingin mendidik anak-anak kita untuk hidup di masa depan. Pendidikan sendiri ditujukan untuk hidup secara bermartabat, agar anak-anak kita bisa menjalani kehidupan secara bermartabat, dan sekaligus bisa memartabatkan kehidupan itu sendiri, serta mencerdaskan kehidupan bangsa,” tambahnya.
Totok menjelaskan, pendidikan science, technology, engineering, mathematics, memberikan peluang bagi guru untuk memperlihatkan kepada peserta didik bahwa konsep, prinsip, dan teknik dari sains, teknologi, kerekayasaan, dan matematika dapat digunakan secara terintegrasi, dan tidak bermakna hanya penguatan praksis pendidikan dalam bidang-bidang STEM secara terpisah. Tapi memfokuskan proses pendidikan pada pemecahan masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari maupun kehidupan profesi mereka nanti.
“Kalau kita ingin menyiapkan anak, maka kita perlu menyiapkan diri. Diri dan sekolah sebagai miniatur masyarakat masa depan. Kita perlu menyiapkan anak-anak itu untuk memilih perjalanan kehidupan yang unpredictable. Kehidupan yang membutuhkan creative thinking, serta critical thinking dalam memecahkan berbagai persoalan yang belum diprediksi sebelumnya dan itulah yang dinamakan high order thinking skills (HOTS). Jadi STEM memerlukan penalaran tingkat tinggi,” terangnya.
Totok menambahkan, upaya mendiseminasikan dan menginisiasi pendekatan STEM dalam pembelajaran telah dilakukan oleh berbagai pihak, hal ini tergambar pada praktik baik pendekatan dalam pembelajaran di sekolah.
Totok menyayangkan ketidaksiapan para siswa ketika menjawab soal Ujian Nasional (UN). “Anak anak kita didalam UN, biasanya lemah ketika menerjemahkan persoalannya apa, kemudian memecahkan dengan menggunakan konsep matematika. Kalau disajikan soal dengan matematika tersembunyi, susahnya banyak, jeblok. Yang bisa itu (hanya) 6%, 5%, tapi kalau sudah diketahui rumusnya, jago. Jadi pembelajaran kita tampaknya sangat rumus oriented,” tandasnya.