Raibnya Foto IG Amien-Rizieq dan Keadaban Digital Kita

Raibnya foto IG Amien-Rizieq disebut ada peran penguasa, betulkan harus selalu dikaitkan seperti itu?

Raibnya Foto IG Amien-Rizieq dan Keadaban Digital Kita
Ilustrasi foto/Net

MONDAYREVIEW - Hilangnya foto Amien Rais dan Habib Rizieq Syihab di Instagram menarik untuk dicermati. Tentu saja bukan hanya soal siapa sebetulnya yang bertanggungjawab atas penghapusan tersebut. Tapi juga soal tata kehidupan digital kita dewasa ini.

Hilangnya foto Amien Rais dan Habib Rizieq sebelumnya membuat media sosial ramai. Foto yang diunggah Ketua Dewan Kehormatan PAN Amien Raies di Instagram mendadak hilang. Sebelum terhapus foto tersebut, akun @amienraisofficial itu memajang foto dirinya bersama Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto, dan pentolan FPI Habib Rizieq.

Pihak Amien Rais menuding bahwa apa yang dilakukan Instagram terkait foto yang diunggah lalu tiba-tiba dihapus, merupakan wujud ketidakadilan. Kejadian itu tak hanya sekali dua kali namun berkali-kali pihak Instagram menghapus foto-foto pihaknya.

"Ini bukti bahwa kebebasan berekspresi (yang bertanggung jawab) yang menjadi salahsatu agenda reformasi kembali diciderai; mengembalikan kita pada era yang represif (order baru), di tengah-tengah kebijakan-kebijakan populis yang palsu (order lama). Kita semua menantikan terang setelah zaman-zaman gelap, bukan sebaliknya! Mari #selamatkanindonesia," lanjut tulisan tersebut.

Sejak saat itu, informasi raibnya foto Amien Rais ini pun menjadi topik panas di hampir semua media masa nasional. Pastinya, para pengguna media sosial Tanah Air tidak kalah seru menyebarkan berita-berita seputar isu tersebut, baik yang faktual maupun yang masih diragukan kebenarannya.

Bahkan, isu ini mampu dengan cepat mengalihkan perhatian masyarakat dari isu-isu lainnya. Kecaman, cibiran, bahkan meme seputar hilangnya foto tersebut pun mengalir deras ke ruang-ruang digital.

Di tengah riuhnya pemberitaan seputar raibnya foto HRS dan Amien Rais tersebut, muncul beberapa spekulasi-spekulasi yang beredar di balik itu. Mulai dari dugaan soal invisible hand, pihak Instagram yang bermain politik, hingga peran pemerintah dalam kasus tersebut.

Dugaan soal invisible hands itu diungkapkan oleh Waketum Gerindra yang juga Wakil Ketua DPR, Fadli Zon. Dia merasa heran atas dihapusnya foto tersebut. Sebab, menurut Fadli, foto tersebut bukanlah foto yang masuk kategori bermasalah, pornografi, fitnah, ataupun hoax.

Partai Amanat Nasional (PAN) kecewa Instagram menghapus foto-foto pertemuan Ketua Dewan Kehormatan PAN Amien Rais, Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto, dan imam besar FPI Habib Rizieq Shihab dari akun @amienraisofficial.

Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) PAN Saleh Daulay menganggap ada perlakuan yang berbeda dari Instagram kepada para penggunanya. Saleh menegaskan unggahan foto itu tak ubahnya bagian dari kebebasan berekspresi.

"Kami minta penjelasan dari Instagram alasan mereka me-remove gambar tersebut. Jangan sampai penghapusan itu justru bernuansa politik. Instagram tidak boleh berpihak pada satu kelompok, menafikan kelompok lain," kata Saleh.

Sejatinya, pihak Instagram menyatakan bahwa mereka memang melarang foto-foto tanpa busana, spam, SARA, dan foto milik orang lain. Instagaram juga sangat responsif, bila ada laporan tentang aktivitas para penggunanya terkait beberapa hal yang dilarang tersebut. Apalagi bila laporan tersebut dilayangkan oleh tokoh-tokoh yang memiliki pengaruh cukup besar.

Hal lain, yang perlu kita renungkan adalah soal keadaban digital kita. Ada hal-hal teknis atau istilahnya adat istiadat di media sosial yang mesti dipahami. Bahwa ada hal-hal yang meski tidak ada aturan secara tertulisnya, namun wajib dipahami dan dijalankan.

Termasuk soal etis tidak etisnya sebuah foto atau ungkapan yang kita posting di Instagram ataupun kanal digital lainnya. Karena pada akhirnya, warganet lah yang menentukan. Artinya, jangan sampai karena menganggap ruang digital sebagai ruang dengan kebebasan paripurna, tapi kita tak peduli dengan emosi, adat, kebiasaan, atau tata digital yang tak terlihat itu.

Jadi, jangan kemudian setiap ada kejadian seperti yang dialami Amien Rais atau juga pernah menimpa akun Ustad Abdul Shomad selalu dikaitkan dengan pemerintah atau pihak-pihak tertentu secara politis. Karena bisa jadi, raibnya foto tersebut atau disuspendnya akun UAS beberapa saat lalu, karena memang ada laporan dari pihak-pihak tertentu yang merasa terusik oleh aktivitas daring mereka.

Betul bahwa ruang digital adalah ruang dimana setiap orang dapat menikmati kebebasannya. Ruang digital juga adalah oksigen demokrasi, demikian ungkapan yang biasa kita lontarkan untuk menggambarkan betapa kanal-kanal digital saat ini telah menjadi saluran alternatif paling unik dan efektif untuk menampung aspirasi publik. Namun sejatinya, ada keadaban digital yang mesti kita pahami dan jalankan untuk menjaga relasi sosial dalam bingkai kebangsaan kita.

[Mrf]