Ragam Inovasi di Tengah Pandemi

Banyak yang bertanya bagaimana bisa Budi menyediakan internet dengan harga yang sangat terjangkau.

Ragam Inovasi di Tengah Pandemi

MONDAYREVIEW.COM – Tak dapat dimungkiri, pandemi menyebabkan berbagai kendala dalam banyak lini kehidupan. Yang cukup mendapat hantaman keras pandemi adalah sektor pendidikan. Selama ini kita terbiasa melakukan aktifitas belajar dan mengajar secara tatap muka. Tak ada sama sekali gambaran mengenai metode pembelajaran jarak jauh. Namun pandemi memaksa kita untuk melaksanakan pembelajaran jarak jauh. Pandemi juga memaksa orang tua untuk lebih intensif memantau kegiatan belajar anaknya, yang selama ini tugas tersebut diemban oleh wali kelasnya masing-masing.

Benar saja, muncul berbagai keluhan atas berbagai kendala yang muncul diakibatkan pembelajaran jarak jauh. Yang paling sering didengar adalah keterbatasan infrastruktur PJJ yakni kuota internet dan ketersediaan gawai. Pada kenyataannya masih terjadi kesenjangan digital antara yang mempunyai ekonomi kuat dan lemah. Terjadi juga kesenjangan antara yang tinggal di kota dengan di desa. Ada beberapa cerita sedih terkait kesenjangan ini. Ada yang sampai berbuat kriminal demi mendapatkan gawai atau kuota internet.

Pemerintah terlihat belum terlalu gesit dalam mengatasi masalah ini. Di tengah lambatnya pemerintah, muncul beberapa inovasi yang datang dari masyarakat sendiri guna memecahkan masalah kesenjangan digital. Inovasi dan inisiatif ini patut dihargai karena memberikan solusi konkret kepada masyarakat yang membutuhkan. Para innovator juga semestinya mendapatkan apresiasi pemerintah karena dapat menjadi agen perubahan di masyarakatnya.

Budi Hermawan lewat Badan Usaha Milik Kampung (Bumka) di Kampung Cilimushideung yang berada di perbatasan Desa Mekarsari dan Desa Cibunar Kecamatan Cibatu, Garut. Budi menyediakan internet dengan harga Rp 33.000 per bulan itu untuk warga di kampungnya. Kampung tersebut menjadi viral dan disebut sebagai Kampung Internet Garut. Banyak yang bertanya bagaimana bisa Budi menyediakan internet dengan harga yang sangat terjangkau.

Menurut Budi, penyediaan internet murah didapatnya dengan cara membeli paket internet dari Telkom dalam jumlah besar. Setelah itu, ia secara swadaya membangun jaringan kabel fiber optik serta akses poin agar warga bisa mendapatkan layanan internet. Ia mengatakan, meski secara teori sangat sederhana, namun dalam praktiknya membutuhkan peralatan khusus untuk membangun jaringan fiber optik dan access point. Peralatan inilah yang didapat Budi dengan cara membeli dari hasil dirinya bekerja membangun jaringan di berbagai daerah.

Budi berkorban banyak dana dan tenaga dalam mewujudkan mimpinya. Namun hasil karyanya dapat dinikmati oleh masyarakat. Budi mengakui, jaringan internet yang dibangunnya memang tak berizin karena belum memiliki Internet Service Provider (ISP) sendiri. Namun, menurutnya, jika harus memenuhi perizinan ISP, Bumka seperti yang dibangunnya, tidak akan sanggup memenuhi persyaratan. Soal perizinan ISP, menurut Budi, ia sudah dihubungi langsung oleh Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Barat untuk mencari solusi bagi layanan internet murahnya agar bisa dinikmati oleh masyarakat.

Sementara itu, di Surabaya Universitas Dinamika (Undika) Surabaya merancang bus keliling yang dinamakan Bis-Online atau BisOn. Bus ini menyediakan fasilitas belajar daring seperti jaringan internet dan wifi gratis bagi siswa di wilayah setempat. Kepala Humas Undika Surabaya, Ryan Djauhari menuturkan, bus yang dibuka pukul 07.00-14.00 siang itu diluncurkan untuk mengatasi masalah minimnya fasilitas yang dibutuhkan siswa belajar daring di rumah. BisOn menyediakan 10 komputer dan wifi yang cukup untuk sekitar 10 sampai 30 siswa. Bus ini memang dirancang untuk siswa jenjang SD, SMP hingga SMA,

Meskipun kegiatan belajar disediakan di dalam bus, tetapi untuk protokol kesehatan Undika menerapkannya secara ketat, yakni dengan menggunakan pengecekan suhu di awal, wajib masker, dan wajib cuci tangan. Setiap habis penggunaan computer,pengelola BisOn beri disinfektan dan kita gunakan UV sterilisasi. Jadi kami jaga kebersihan dan steril tempat. Sehari bisa sampai empat atau lima kali pembersihan. Rencananya, jika evaluasi di tahap awal berjalan baik Undika akan menjangkau fasilitas BisOn hingga ke daerah terpencil.