Promosi Budaya Indonesia Melalui Pagelaran Wayang Kulit Virtual

Sekitar 600 penonton dari berbagai belahan dunia telah menyaksikan pagelaran wayang kulit ‘Wibisana Tundung’ yang diselenggarakan secara virtual pada Sabtu, langsung dari Eromoko, Wonogiri, Jawa Tengah.

Promosi Budaya Indonesia Melalui Pagelaran Wayang Kulit Virtual
Sumber gambar: antaranews.com

MONDAYREVIEW.COM – Indonesia merupakan bangsa yang kaya budaya. Banyak warisan budaya yang masih eksis sampai sekarang. Sayangnya warisan itu kurang popular di kalangan generasi muda sendiri. Guna memelihara budaya tersebut, maka digelar pagelaran wayang virtual yang bisa disaksikan di luar negeri. Sekitar 600 penonton dari berbagai belahan dunia telah menyaksikan pagelaran wayang kulit ‘Wibisana Tundung’ yang diselenggarakan secara virtual pada Sabtu, langsung dari Eromoko, Wonogiri, Jawa Tengah.

Dalam keterangan tertulis komunitas diaspora Indonesia di Amerika Serikat, Amerika Bersatu, yang diterima di Jakarta, Sabtu dikatakan bahwa acara tersebut merupakan hasil kolaborasi sejumlah pihak, salah satunya yakni dalang Tanah Air yang mengajar di University of California Berkeley, AS. Selain itu, Sanggar Murti Raras dari Eromoko, Wonogiri, dan komunitas masyarakat Indonesia di Amerika Serikat yang tergabung dalam organisasi Amerika Bersatu, juga turut terlibat dalam penyelenggaraan acara.

Dalang dari pertunjukan tersebut mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyukseskan acara kolaborasi lintas benua ini. Dia pun menyampaikan apresiasi secara khusus untuk anak-anak muda dari Sanggar Murti Raras yang telah memelihara budaya tradisi secara konsisten. “Kalian ini menjaga masa depan Indonesia,” ujar Ki Midiyanto seusai pertunjukan yang menggunakan Bahasa Jawa dan Bahasa Inggris itu.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Amerika Bersatu Lia Sundah Santoso, yang juga merupakan penggagas acara, menyebut bahwa pandemi COVID-19 telah membuka kesempatan yang belum pernah terbayangkan sebelumnya bagi dunia seni, terutama bagi wayang kulit. Selama ini, salah satu kendala untuk dapat menikmati pertunjukan wayang kulit adalah tidak tersedianya cukup akses bagi pertunjukan jenis ini. Bentuk new normal media daring membuat wayang kulit dapat dinikmati di rumah masing-masing, dan menjadi salah satu opsi selain konser music.

Selain untuk melestarikan budaya Indonesia di luar negeri, pagelaran tersebut juga bertujuan untuk menggalang dana bagi para seniman wayang kulit di Wonogiri yang kehilangan mata pencaharian mereka akibat pandemi COVID-19. Pada penghujung acara, dana yang terkumpul mencapai Rp 25 juta. Adapun Konsul Jenderal RI di San Fransisco, Simon D.I. Soekarno, berharap agar pertunjukan wayang kulit dapat ditampilkan secara langsung usai pandemi COVID-19 teratasi, terutama di pagelaran budaya di Indonesia di San Fransisco.

Selain KJRI San Fransisco, pagelaran wayang kulit virtual itu juga didukung oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Nusantara Arts Buffalo New York, dan Indonesian Muslim Society of America (IMSA), serta Kantor Wali Kota New York, yang menyampaikan apresiasi Wali Kota Bill de Blasio atas kegiatan seni tersebut.

Sudah menjadi rahasia umum sekaligus otokritik bahwa kesenian dan budaya lokal lebih diminati orang asing dibanding bangsa sendiri. Adanya pagelaran wayang virtual yang merupakan kolaborasi seni tradisional dan kecanggihan teknologi semoga bisa menumbuhkan kembali kecintaan bangsa Indonesia kepada warisan budayanya.