Potensi Gas Bumi Tinggi, Indonesia Masih Impor LPG

MONITORDAY.COM - Sejatinya ketersediaan Sumber Daya Alam termasuk gas bumi adalah berkah. Sektor energi sangat penting bagi sebuah bangsa. Anggaran untuk penyediaan energi dalam negeri saat ini cukup besar termasuk subsidi gas untuk kebutuhan rumah tangga. Namun apa hendak dikata, harta karun energi itu bagai gula-gula yang mengundang semut. Dan menjadi celah bagi perilaku korupsi penyelenggara negara yang memiliki wewenang atas SDA tersebut.
Hal itulah yang kini menjerat sejumlah pejabat yang kala itu berkuasa di Sumatera Selatan. Sangkaan korupsi yang melibatkan perusahaan daerah dalam industri hulu eksplorasi gas bumi. Sumatera Selatan adalah salah satu penyumbang cadangan energi bagi Indonesia. Indonesia harus waspada agar tidak mengalami krisis energi karena salah strategi, salah kelola dan korupsi di sektor ini.
Pada 2019 Repsol telah menemukan cadangan gas di Blok Sakakemang, Sumatera Selatan, sebesar 2 triliun kaki kubik (Trillion Cobic Feet/TCF). Fakta ini tentu sangat menggembirakan bagi industri hulu minyak dan gas bumi (migas) Indonesia sebab selama 18 tahun baru ditemukan kembali cadangan gas skala besar. Seperti juga Amerika Serikat yang kini sedikit bernafas lega karena cadangan shale oil atau minyak serpih yang mereka miliki sudah mampu mereka manfaatkan dengan nilai keekonomian yang mencukupi.
Gas yang dihasilkan dari blok migas yang dioperatori perusahaan migas asal Spanyol tersebut, akan diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Kebutuhan gas bumi sangat besar. Pasokan gas untuk dalam negeri tidak akan berlebih. Untuk infrastruktur penyaluran gasnya akan memanfaatkan yang sudah dioperasikan.
Gas bumi berarti semua jenis hidrokarbon berupa gas yang dihasilkan dari sumur, yang mencakup gas tambang basah, gas kering, gas pipa selubung, gas residu setelah ekstraksi hidrokarbon cair dan gas basah, dan gas nonhidrokarbon yang tercampur di dalamnya secara alamiah.
Gas bumi berarti percampuran gas dan uap hidrokarbon yang terjadi secara alamiah, yang komponen terpentingnya adalah metana, etana, propana, butana, pentana, dan heksana.
Harga gas alam di Nymex masih berada dalam tren kenaikan pada tahun 2021. Di penutupan perdagangan Juni 2021 merujuk Bloomberg, harga gas alam berada di angka USD 3,42 per mmBtu. Harga gas alam di pasar berjangka untuk kontrak Oktober naik di atas USD 5 per mmBtu. Lonjakan ini sangat berarti bagi Indonesia yang kini mengimpor gas dalam jumlah banyak.
Indonesia memiliki cadangan gas alam hingga 77 triliun kaki kubik (TCF), berdasarkan data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), tapi sayangnya belum dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan domestik.
secara kumulatif, sepanjang Januari-Oktober 2018, tercatat volume impor LPG sudah sebesar 4,55 juta ton, naik dari periode yang sama tahun lalu yang sebesar 4,49 juta ton. Otomatis, hal ini juga membuat nilai impor LPG secara kumulatif melonjak, dari US$ 2,13 miliar pada Januari-Oktober 2018, menjadi US$ 2,54 miliar.
Impor LPG yang tinggi disebabkan konsumsi LPG Indonesia yang kini mencapai di atas 7 juta ton, dari situ 70% adalah impor. Sehingga, mau tidak mau, impor memang harus dilakukan.
Produksi gas Indonesia sebenarnya cukup tinggi, yakni mencapai 1,2 juta barel setara minyak per hari (BOEPD). Jika jumlah ini dikonversi menjadi LPG, sebenarnya masih bisa mencukupi konsumsi domestik. Masalahnya, karakteristik gas yang diproduksi oleh Indonesia tidak serta merta dapat dikonversi menjadi LPG.
Banyak dari sumur-sumur gas Indonesia disebut gas kering (lean gas), komponen C3-C4 tipis sehingga tidak bisa membuat LPG. Itulah yang menjadi alasan sehingga perusahaan batu bara menggenjot percepatan gasifikasi batu bara. Gasifikasi batu bara serius dikerjakan, sebenarnya tidak memakan waktu lama, paling tidak 2-3 tahun.