Pentingnya Ekosistem Guru di Tiap Provinsi

Dengan keragaman yang dimiliki Indonesia, maka upaya apa pun untuk membuat anak-anak menikmati sekolahnya adalah dengan kebijakan yang tidak one size fits all.

Pentingnya Ekosistem Guru di Tiap Provinsi
Ilustrasi foto/Net

MONDAYREVIEW.COM – Penulis dan sastrawan kenamaan AS Laksana pernah bertanya kepada seorang kepala sekolah di pelosok Finlandia.

“Apa yang membuat anak-anak menikmati sekolah? tanya As laksana.

“Pembacaan cerita atau dongeng,” kata Bu Kepala Sekolah.

Mendapati jawaban seperti itu, As Laksana makin penasaran. Lalu dia minta izin memotret jadwal pelajaran di sekolahnya, untuk melihat apa saja yang mereka ajarkan kepada anak-anak.

Modersmal ini apa? Tanyanya lagi.

“Bahasa Ibu,” jawab Kepala Sekolah.

Anak-anak Finlandia ternyata belajar di sekolah 5 hari seminggu, dan pelajaran terpenting bagi anak-anak sekolah dasar adalah bahasa ibu. Untuk anak-anak tahun ketiga sampai keenam, pelajaran Bahasa ibu selalu ditempatkan pada hari senin jam pertama.

Jadi, setelah menikmati hari libur akhir pekan, mereka akan mengawali pelajaran dengan Bahasa ibu, dengan pembacaan cerita. Melalui tulisannya itu, AS Laksana tentu bukan mau mempersoalkan tentang apa yang disampaikan di jam pertama hari senin, tapi bagaimana pendidikan Finlandi menggunakan bahasa ibunya untuk membuat anak-anak menikmati sekolah.

Seperti itu pula lah mestinya pendidikan disampaikan di Indonesia. Mengingat rentang Indonesia secara geografis beragam.  Karakter sosial ekonomi serta budayanya apalagi, sangat beragam. Paling tidak 748 bahasa ibu yang dimiliki Indonesia.

Dengan keragaman tersebut, maka upaya apa pun untuk membuat anak-anak menikmati sekolahnya adalah dengan kebijakan yang tidak one size fits all. Dimana pendidikan dipandang sebagai satu ukuran, satu batasan waktu, satu gaya mengajar.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) di era Nadiem Makarim membahasakannya dengan Merdeka Belajar, dimana pendidikan harus memerdekakan dan juga membahagiakan.

Iwan Syahril adalah Dirjen GTK Kemendikbud, ketika melakukan telekonferensi pada Rabu (3/6/2020) dia menuturkan, bahwa untuk menghindari one size fits all, pihaknya kini tengah membentuk sebuah ekosistem belajar guru di setiap provinsi.

“Salah satu strategi utama kita di GTK adalah membentuk ekosistem belajar guru di setiap provinsi. Jadi menurut kami ini penting karena tentunya kita ingin guru belajar, tapi kita ingin guru belajar itu hal yang relevan, sesuai dengan tantangan pembelajaran yang dihadapi murid-muridnya di sekolah, sesuai dengan tingkat kemampuan gurunya yang sangat beragam itu,” ujarnya.

Iwan Syahrial menjelaskan, diferensiasi bukan saja untuk murid, tapi diferensiasi juga untuk belajarnya guru. Karena itu, kata dia, pada setiap provinsi akan dibuat hub yang inklusif serta relevan pada permasalahan yang ada di tempat tersebut.

“Dengan adanya komunitas belajar ini, ekosistem, kita istilahkan sebagai hub-nya. Hub ini adalah hub yang inklusif. Di hub itu, ini bukan hanya pemerintah, tapi juga kepala sekolah boleh ikutan, guru-guru, akademisi, organisasi profesi, penggiat pendidikan, atau mungkin sektor swasta yang ingin bagaimana caranya guru-guru atau kepala sekolah bisa belajar dengan baik,” ujar Iwan Syahril.

“Ini perlu ada di setiap provinsi. Karena apa yang relevan di Maluku, tidak akan sama dengan apa yang relevan di Bengkulu. Apa yang relevan di Medan, enggak sama dengan apa yang relevan di Kupang, dan lain sebagainya,” sambungnya.

Iwan Syahrial yang baru saja menjabat per Juni 2020 ini mengungkapkan bahwa muara dari hub ini adalah untuk melayani kebutuhan belajar murid.

“Jadi dengan semakin aktifnya komunitas ini, hub ini insyaallah ke depannya kita bisa lebih baik lagi, terutama kembali lagi kepada murid. Karena ujung-ujungnya guru belajar untuk membantu mereka melayani murid dengan lebih baik, sehingga kualitas murid bisa lebih baik,” ujarnya.

Pada akhirnya, semakin relevan belajarnya guru akan semakin terbantu pula murid untuk bisa belajar dengan baik. Karena filosofi Merdeka Belajar itu adalah berawal dari murid dan kemudian kembali lagi kepada murid.