Politik Itu Memerdekakan, Bukan Membelenggu
Praktik politik Indonesia di era kekinian perlu mengambil pelajaran dari para founding fathers Indonesia. Bahwasanya politik itu memerdekakan dan menyatukan, bukan membelenggu.

MONDAYREVIEW.COM – Pilkada DKI Jakarta telah melewati hari-H pencoblosan pada 19 April 2017. Siapa yang menang menurut lembaga survei telah terkonfirmasi. Namun polarisasi dan fragmentasi masih terlihat. Beberapa kalangan menyatakannya sebagai sulit move on.
Pilpres 2014 dan Pilkada DKI Jakarta 2017 memang mencatatkan riuhnya pemberitaan dan potensi terbelahnya masyarakat. Efeknya tak hanya ketika event pemilihan berlangsung, namun setelahnya masih terasa. Bagaimana para pendukung masih tetap kukuh melambungkan nama jagoannya dan merendahkan rival politik beserta pendukungnya.
Pilihan politik seolah membelenggu. Bagaimana sekat itu terasa dan seolah rakyat tak bebas untuk bercengkrama dan lebih senang berbincang dengan orang-orang yang pilihan politiknya sama.
Sukarno dikenal sebagai pemimpin tipikal solidarity maker. Bagaimana pidato-pidato Sukarno mampu menyatukan rakyat Indonesia menghadapi ancaman penjajahan. Pasca Indonesia merdeka, pidato-pidato Sukarno pun masih dinanti dan mampu menghadirkan semangat persatuan. Politik menemukan makna positifnya memerdekakan.
Lebih dari 7 dekade Indonesia merdeka. Praktik politik Indonesia di era kekinian perlu mengambil pelajaran dari para founding fathers Indonesia. Bahwasanya politik itu memerdekakan dan menyatukan, bukan membelenggu.