Pion Kapitalis dan Subsidi Kota dalam Novel ‘Dunia Kafka’

'Apa Gubernur seorang kapitalis?'

Pion Kapitalis dan Subsidi Kota dalam Novel ‘Dunia Kafka’
Dunia Kafka (tokopedia)

MONDAYREVIEW.COM - Novel Dunia Kafka karya Haruki Murakami secara umum menceritakan tentang dua plot berbeda dari dua tokoh utamanya yakni Kafka Tamura dan Satoru Nakata. Kafka Tamura seorang remaja yang kabur dari rumah untuk menghindari kutukan ayahnya serta untuk mencari ibu dan saudara perempuannya.

Satoru Nakata, lelaki tua yang berkat kemampuan luar biasanya bekerja paruh waktu sebagai penemu kucing hilang. Novel Dunia Kafka menjadikan Oedipus Complex sebagai bunga cerita, novel surealis ini menyuguhkan ihwal identitas, cinta, tragedi, takdir, dan pergulatan hidup.

Menariknya dalam salah satu halamannya terdapat sentilan terhadap konsep politik yakni kapitalisme dan subsidi kota. Berikut nukilannya dari halaman 241:

“Orang-orang yang bekerja keras, yang mencari makan dengan memeras keringat, merekalah kaum proletariat. Di lain pihak, ada orang-orang yang duduk nyaman, tanpa bekerja, hanya memberi perintah kepada orang lain dan mendapat gaji jauh lebih besar dari gaji saya. Mereka adalah kaum kapitalis.”

Lalu percakapan antara Nakata dan seorang supir bernama Hagita menganalogikan bahwa Gubernur merupakan pion kapitalis:

“Orang paling hebat yang saya kenal adalah Gubernur Tokyo. Apa Gubernur seorang kapitalis?”

“Aku rasa ya. Walaupun, mereka lebih mirip peliharaan kapitalis.”

“Gubernur adalah anjing?” Nakata ingat anjing hitam besar yang membawanya ke rumah Johnnie Walker, lalu sosok yang mengerikan itu dan Gubernur melintas dalam benaknya.

“Dunia sekarang ini penuh dengan anjing-anjing seperti itu. Pion para kapitalis.”

“Pion?”

“Semacam kaki-tangan.”

Di sisi lain kecilnya besaran subsidi kota secara selintasan dikritisi:

“Saya miskin dan setiap bulan menerima subsidi kota dari Gubernur. Apa itu perbuatan salah?”

“Berapa yang Anda terima setiap bulan?”

Nakata menyebutkan angkanya.

Hagita menggeleng-gelengkan kepala dengan kesal. “Berat sekali hidup dengan jumlah sekecil itu.”

Demikianlah bahwasanya konsep politik tak melulu dipelajari dalam buku teks, melainkan bisa juga melalui novel. Diantaranya melalui sepenggal kisah singkat di novel Dunia Kafka karya penulis Jepang Haruki Murakami.