Ramai-ramai Mengganyang Hantu PKI

Kita boleh benci PKI dan anti komunisme, namun menggunakan isu PKI hari ini sarat dengan muatan politis. Masyarakat kita ditakut-takuti dengan hantu yang tak jelas ada dan tidaknya. Hantu itu bernama PKI.

Ramai-ramai Mengganyang Hantu PKI
Sumber gambar: antaranews.com

MONDAYREVIEW.COM – Berbagai elemen masyarakat secara serentak melakukan aksi massa di berbagai daerah. Isu yang diangkat adalah penolakan terhadap RUU HIP dan ideologi komunisme. Di Medan massa yang tergabung dalam persaudaraan alumni 212 melakukan aksi membakar poster babi bermoncong putih. Massa juga membakar bendera bergambar palu arit sebagai bentuk penolakan terhadap kebangkitan PKI.

Aksi massa yang cukup besar dilakukan di depan gedung DPR RI. Para peserta aksi yang mayoritas dari Front Pembela Islam (FPI) menuntut RUU HIP dicabut dari prolegnas. Selain itu seperti aksi di tempat lainnya, massa di depan gedung DPR juga membela bendera palu arit. Aksi yang bertajuk Selamatkan NKRI dan Pancasila dari Bahaya Komunisme ini sempat mengundang kontroversi. Terjadi aksi pembakaran bendera PDIP yang membuat kader PDIP di berbagai daerah murka.

Ribuan massa memadati Gedung Sate Pemprov Jawa Barat. Massa yang menamakan diri Aliansi Nasional Anti Komunis Cinta NKRI (ANAK NKRI) menyampaikan tiga tuntutan kepada pemerintah, pertama batalkan hari kelahiran pancasila 1 Juni, kedua bubarkan BPIP, ketiga hentikan pembahasan RUU HIP. Hadir sebagai orator dalam aksi tersebut Egy Sudjana pengacara kondang. Seperti dalam aksi lainnya, dalam aksi di Bandung ini juga mengkampanyekan bahaya laten komunisme.

Aksi-aksi massa yang terjadi di berbagai daerah ini tampak diorganisir oleh kelompok dengan afiliasi yang sama, yakni gerakan Islam 212. Kelompok ini berbeda afiliasi dengan kelompok moderat seperti NU dan Muhammadiyah, namun mempunyai basis massa yang loyal dan militan. Kekuatan massa ini dibangun semenjak aksi menolak Ahok dan terus bergerak sampai hari ini saat ada momentum. Menariknya, dalam aksi massa menolak RUU HIP dan kebangkitan PKI, bergabung juga ormas berhaluan nasionalis seperti Pemuda Pancasila.

RUU HIP ditolak dan dikritisi oleh banyak elemen masyarakat. Kelompok moderat seperti Muhammadiyah dan NU menganggap RUU HIP membuat pancasila bukan lagi titik temu dari berbagai ideologi di Indonesia. Namun yang disayangkan, penolakan terhadap RUU HIP digunakan oleh kelompok Islam yang lebih keras untuk menyelipkan kampanye anti pemerintah dan menurunkan presiden. Kelompok ini juga tak lelah mengkampanyekan untuk mengganyang komunisme.

Komunisme adalah ideologi yang dilarang di Indonesia berdasarkan Tap MPRS. Sampai sekarang tidak ada kelompok yang menuntut Tap MPRS ini dicabut. Menurut Menkopolhukam Mahfud MD, pelarangan ideologi komunisme sampai kapanpun akan tetap berlaku di Indonesia. Pelarangan komunisme tentu bukan tanpa sebab, namun akibat dari perilaku PKI yang banyak menyakiti umat Islam di masa lalu. Namun PKI sudah mendapatkan balasannya, bahkan lebih dari yang seharusnya mereka terima.

PKI dibubarkan, kader-kadernya banyak dibunuh, bahkan yang baru terduga kadernya juga banyak terbunuh. Mungkinkah anak cucu mereka yang selamat mempunyai dendam? Lalu ingin kembali membangkitkan kembali PKI? Mungkin-mungkin saja. Namun membangkitkan kembali partai yang sudah mati tidak semudah membalikkan telapak tangan. Apalagi ideologi komunisme sudah bangkrut di dunia. Kapitalisme yang menang! Yang terjadi anak cucu keturunan PKI sudah berdamai dan saling memaafkan dengan anak cucu para jenderal revolusi.

Kita boleh benci PKI dan anti komunisme, namun menggunakan isu PKI hari ini sarat dengan muatan politis. Masyarakat kita ditakut-takuti dengan hantu yang tak jelas ada dan tidaknya. Hantu itu bernama PKI. Sayangnya masyarakat kita memang senang saat mempunyai musuh, tak peduli apakah musuh itu nyata atau hanya imajiner. Padahal masih banyak persoalan yang nyata-nyata sedang kita hadapi. Kemiskinan dan kebodohan adalah yang mesti kita ganyang bersama, bukan hantu PKI.