Peta Kekuatan Koalisi Pilpres 2019 Pasca Pilkada Serentak
Kekalahan PDIP di 11 Wilayah dalam Pilkada 2018 jadi warning bagi Jokowi?

PEMILIHAN kepala daerah (Pilkada) di 171 daerah di Indonesia telah berlangsung. Hasil hitung cepat pun sudah dipublish sejumlah lembaga survei. Hasilnya, sungguh mengejutkan, terutama untuk pilkada di wilayah dengan jumlah penduduk yang besar. Di Sumatera Utara misalnya, pasangan Edy Rahmayadi dan Musa Rajekshah berdasarkan hasil hitung cepat beberapa lembaga survei berhasil unggul dari pasangan Djarot Saiful Hidayat-Sihar Sitorus dengan selisih suara hingga 10 persen.
Di Jawa tengah, yang selama ini disebut sebagai kandang banteng, meskipun pasangan Ganjar Pranowo-Taj Yasin yang didukung PDI Perjuangan berhasil unggul, namun suara pasangan Sudirman Said dan Ida Fauziah yang didukung Gerindra, PKS, dan PAN dan PKB ternyata tidak terpaut jauh.
Di Jawa Barat, pasangan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum secara mengejutkan juga menang berdasakan hasil hitung cepat yang dirilis beberapa lembaga survei. Meski kemenangan ini juga mesti menunggul hasil real qount resmi dari KPU, karena pasangan nomor urut 3 yang diusung Gerindra, PKS, PAN, dan PBB ternyata berhasil menyodok ke posisi dua dengan selisih suara yang sangat tipis.
Hasil mengejutkan lainnya adalah Pemilihan Gubernur di Jawa Timur, dimana pasangan Khofifah Indar Parawansa dan Emil Dardak yang diusung Partai Demokrat, Golkar, Nasdem, Hanura, PAN, dan PPP berhasil unggul dari pasangan Gus Ipul dan Puti Guntur Soekarno Putri yang didukung gabungan parpol PDI Perjuangan, PKB, Gerindra, dan PKS.
Dengan hasil ini, tentu saja hal pertama yang patut kita sampaikan adalah rasa syukur kita, karena gelaran pilkada serentak 2018 berjalan dengan lancar, aman, dan damai. Bahkan menurut Menko Polhukam Wiranto, berdasarkan laporan dari para Kapolda, Pangdam, dan Danrem, seluruh wilayah pemilihan di 171 daerah dilaporkan secara umum aman, damai, tertib, dan terkendali.
Dari laporan tersebut juga diketahui, bila dari sekitar 387.586 TPS, proses pemungutan suara dapat berjalan dengan lancar. Beberapa kendala memang masih ditemukan, terutama di 10 TPS, itu pun terkait aspek teknis, seperti kekurangan surat suara dan lainnya. “Memang ada penundaan dari dua kabupaten. Saya kira ini rasio yang sangat kecil dan kami bersyukur untuk itu dengan demikian secara umum pilkada serentak ini sukses, aman, damai terkendali,” ujar Wiranto dalam keterangan persnya di Jakarta, Rabu (27/6/2018).
Hal lain yang juga perlu diketahui dan diberi catatan pinggir adalah terkait kekalahan sang juara bertahan PDI Perjuangan di 11 Wilayah yang menggelar pemilihan gubernur. Bila disandingkan dengan gelaran populer lainnya saat ini, yaitu Piala Dunia 2018, maka PDI Perjuangan ini memang ibarat Timnas Argentina, yang mesti berdarah-darah dulu untuk lolos dari lubang jarum penyisihan grup. Selanjutnya, sangat tergantung dari hasil evaluasi, ramuan strategi, dan pemilihan skuat pemain yang akan bertarung dalam perhelatan selajutnya (Pilpres 2019).
Soal kekalahan ini, PDI Perjuangan sendiri memang memiliki catatan khusus yang menurtnya masih on the track. Sekretaris Jendral PDI Perjuangan, Hasto Kristianto mengklaim pasangan calon yang diusung partainya masih menang di enam wilayah dari 17 wilayah yang mengadakan Pemilihan Gubernur dan 91 daerah dari 154 daerah yang mengadakan pemilihan bupati/walikota di tahun 2018.
“Kami sudah melakukan pengecekan sementara ini dari 17 kami unggul di Bali untuk pertama kalinya, kemudian di Jawa Tengah, Maluku Utara, Papua dan Sulawesi Selatan, jadi ada enam yang kita peroleh bentuk ini masih dinamis,” kata hasto di DPP PDI Perjuangan, Jalan Dipenogoro, Jakarta Pusat, Rabu (27/6/2018).
Menurut Hasto, kemenangan di enam dari tujuh belas wilayah itu cukup baik jelang Pilpres 2019. Namun, kata Hasto, kekalahan di 11 wilayah Pilgub 2018 harus tetap dievaluasi. “Kami lakukan evaluasi dari aspek strateginya, aspek komunikasi politiknya,” ujar Hasto.
Hasto lalu menjelaskan, komunikasi dengan berbagai tokoh hal penting untuk dievaluasi. Selain itu, strategi juga harus menjadi perhatian bagi PDI Perjuangan. “Kemudian pergerakan strukturnya gimana kami melakukan pendekatan ke para tokoh kemudian di dalam menentukan tiap tahapan karena strategi dalam setiap tahapan itu sangat penting,” pungkasnya.
Bila melihat hasil tersebut, maka tentu saja ini menjadi semacam peringatan dini untuk PDI Perjuangan maupun kandidat presidennya Joko Widodo. Karena meskipun tak secara langsung dukungan itu dikaitkan dengan Pilpres 2019, namun paling tidak pola dukungan dan peta politik sudah bisa diraba.
Koordinator Bidang Pemenangan Pemilu Partai Golkar Nusron Wahid malah menilai hasil sementara Pilkada 2018 menunjukkan Presiden Joko Widodo masih harus menggandeng kekuatan berbasis masa Islam jika ingin memenangi Pilpres 2019. Nusron mengatakan demikian setelah berkaca dari hasil sementara Pilkada Jawa Barat dan Jawa Tengah. Menurut Nusron, tingginya perolehan suara pasangan calon Sudrajat-Ahmad Syaikhu (Asyik) yang diusung Gerindra, PKS, dan PAN di Jawa Barat menunjukkan kuatnya basis massa ketiga partai tersebut.
Berdasarkan hasil hitung cepat beberapa lembaga survei, pasangan Asyik di Jawa Barat berhasil meraup 29,53 persen suara. Jumlah ini tak terpaut jauh dari pasangan calon yang saat ini unggul, Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum (Rindu), yang memperoleh suara 32,54 persen.
Pun demikian dengan suara Sudirman Said-Ida Fauziyah di Jawa Tengah yang mencapai 41,66 persen. “Ini menjadi warning buat Pak Jokowi. Bahwa saya yakin tesis bahwa determinasi kekuatan Islam itu wajib dirangkul,” kata Nusron di Kantor Dewan Pimpinan Daerah (DPD) DKI Jakarta, Rabu (27/6/2018).
Nusron lalu menambahkan, bahwa ke depan, koalisi pendukung Jokowi di Pilpers 2019 tentu akan memikirkan strategi yang efektif untuk menggandeng kelompok Islam. “Itu akan jadi kebijakan. Pokoknya kekuatan Islam dan NU (Nahdatlatul Ulama) akan signifikan. Yang penting kami sudah mempunyai strategi. Jadi ada hikmah dari pilkada ini. Bahwa kami akan lakukan strategi lebih cepat untuk merangkul basis massa muslim,” lanjut dia.
Senada dengan Nusron, Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanudin Muhtadi menyebut hasil pilkada serentak 2018 ini menjadi warning buat partai-partai pendukung Joko Widodo terutama PDI Perjuangan. Karena, menurut Burhan, di beberapa daerah yang sebelumnya disebut-sebut sebagai basis suara PDI Perjuangan, partai besutan Megawati Soekarnoputri ini tidak mendapat suara yang signifikan. Di Jawa Tengah misalnya, pasangan ganjar Pranowo-Taj Yasin yang didukung PDIP terbukti bisa ditempel ketat oleh pasangan Sudirman-Said yang diusung Partai gerindra, PKS, PAN dan PKB.
“Hasil Pilkada di Jawa Barat dan Jawa Tengah mesti dijadikan warning bagi PDI Perjuangan, karena melihat suara pasangan yang diusungan tidak terlalu signifikan,” kata Burhan dalam acara Hitung Cepat Pilkada di TVONE, Jakarta, Rabu (27/6/2018).
Figur Joko Widodo yang sejak dini telah dipublikasikan sejumlah partai politik rupanya juga belum mampu mendongkrak elektabilitas partai maupun pasangan calon kepala daerah di Pilkada Serentak 2018 ini. Meskipun di beberapa daerah, Jatim dan Jabar misalnya pasangan calon yang disebut memiliki komitmen elektoral kepada Joko Widodo berhasil menang, namun tetap saja itu tidak bisa dijadikan ukuran kekuatan elektoral dan elektabilitas Jokowi di Pilpres 2019 nanti.
Singkatnya, dengan hasil sementara perhelatan Pilkada Serentak 2018 ini maka baik kubu Jokowi, Prabowo maupun calon lainnya seandainya ada masih sangat cair dan memiliki peluang yang sama untuk meraih kemenangan. Tinggal bagaimana kemudian masing-masing pihak terutama partai-partai politik melakukan evaluasi, perhitungan ulang, menerapkan strategi dan memasangkan calon secara tepat.
Kekuatan serta format koalisi partai politik pun kemudian perlu kembali dihitung dan dipertimbangkan kembali untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Karena nyatanya, partai-partai yang sebelmnya tidak terlalu diperhitungkan nyatanya memiliki daya tarung yang sangat kuat sehingga berhasil memenangkan pasangan yang diusungnya (PAN, Nasdem, Gerindra, dan PKS).
[Mrf]