Persimpangan Media Personal atau Media Sosial dengan Media Massa

Jika media massa adalah pilar keempat demokrasi maka apakah media sosial menjadi pilar kelima demokrasi atau justru pilar anarki? Pertanyaan itulah yang memantik tulisan ini. Saat media sosial atau media personal sedemikian kuat mempengaruhi kehidupan khalayak berbagai tantangan muncul. Salah satunya menyangkut kebebasan berekspresi berhadapan dengan kepentingan publik.

Persimpangan Media Personal atau Media Sosial dengan Media Massa
ilustrasi/epicmedia

MONDAYREVIEW.COM – Jika media massa adalah pilar keempat demokrasi maka apakah media sosial menjadi pilar kelima demokrasi atau justru pilar anarki? Pertanyaan itulah yang memantik tulisan ini. Saat media sosial atau media personal sedemikian kuat mempengaruhi kehidupan khalayak berbagai tantangan muncul. Salah satunya menyangkut kebebasan berekspresi berhadapan dengan kepentingan publik.

Sebelum era digital komunikasi interpersonal berbeda dengan komunikasi massa. Demikian pula media massa dengan media personal dapat dibedakan dengan jelas. Untuk kepentingan komunikasi personal orang bertatap muka atau menggunakan telepon, telegram, dan surat. Komunikasi massa dilakukan dengan orasi, khutbah, pamflet dan sejenisnya.

Media massa memiliki sejarah panjang. Koran telah terbit dan radio telah mengudara sejak zaman Hindia Belanda. Koran dan majalah menjadi sumber informasi yang sangat berpengaruh untuk jangka waktu yang lama.

Disamping kebutuhan informasi tentu saja kebutuhan hiburan. Setelah kemerdekaan untuk kurun waktu yang lama publik menikmati satu kanal siaran televisi yakni TVRI hingga lahirnya televisi swasta. Era keterbukaan dan proses demokratisasi tak dapat dibendung. Pers atau media massa menjadi tulang punggung dalam reformasi.

Dalam pengertian teoritisnya media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan-pesan dari sumber kepada khalayak  yang menerima dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, TV. 

Media massa digunakan dalam komunikasi apabila komunikasi berjumlah banyak dan bertempat tinggal jauh. Tentu saja digitalisasi mampu mengatasi hambatan jarak ini. Dan semua orang bisa menyiarkan pikirannya dalam sekejap melalui berbagai macam platform digital.  

Keuntungan komunikasi dengan menggunakan media massa adalah bahwa media massa menimbulkan keserempakan artinya suatu pesan dapat diterima oleh komunikan yang jumlah relatif banyak. Jadi untuk menyebarkan informasi, media massa sangat efektif yang dapat mengubah sikap, pendapat dan prilaku komunikasi.

Relevansi media massa di zaman ini seringkali disoal oleh publik. Digitalisasi telah membuka ruang bagi semua orang untuk menjadi jurnalis. Dengan kanal Youtube seseorang seakan memiliki TV sendiri. Dengan blog seakan punya koran sendiri. Dengan Instagram seolah punya majalah bahkan galeri pribadi. Konten yang disiarkan pun dapat menjangkau banyak orang dalam sekejap.

Sebagaimana kita fahami media sosial dapat dikatakan pula sebagai media personal. Pendek kata media sosial semakin bersifat personal. Istilah personal media mengacu pada dua hal dalam kombinasi yakni teknologi memfasilitasi komunikasi satu orang-ke-banyak orang dan khalayak-ke-khalayak (Lievrouw & Livingstone, 2002) dan konten yang dihasilkan orang dalam komunikasi itu.

Istilah media personal dipakai oleh sebagian akademisi atau peneliti. Secara umum kita lebih sering menggunakan istilah media sosial, media partisipatif, atau media warga. Media ini digunakan untuk presentasi diri, representasi diri, kinerja diri, bersama dengan jejaring sosial, blogging, webcam, vlogging, dan surveillance.

Media personal tidak hanya bersifat individual, namun bersifat pribadi, seperti menunjukkan identitas pengguna serta proteksi kunci pengaman. Misalnya pada penggunaan smartphone dan pemanfaatan Blog, Instagram, Youtube.

 

Pemerintah dan industri menggunakan media sosial untuk keperluan data mining, sentimen analisis, pengawasan.  Banyak pengkaji membahas tema keterkaitan antara penggunaan media personal dibuat oleh individu dan kelompok dan struktur politik dan ekonomi yang membentuk, membatasi, dan mengeksploitasi penggunaannya.

Yang jelas media sosial jauh berbeda dengan media massa yang dikelola para profesional media. Media sosial adalah sebuah media daring, dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial, dan wiki merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia.

Media sosial sebagai sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang dibangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0 dan memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated content. Seseorang dapat menentukan sendiri apa yang akan diterbitkan atau dipublikasikannya. Tak perlu rapat redaksi dulu.  

Menurut Marika Lüders, saat ini perbedaan antara komunikasi massa dan personal tidak lagi jelas karena teknologi yang sama dapat digunakan untuk kedua tujuan tersebut. Perbedaannya hanya dapat dipahami dengan mengenalkan dimensi sosial, berkaitan dengan jenis aktivitas dan hubungan sosial yang terlibat. Media massa yang kredibel tetap dibutuhkan apalagi di tengah membanjirnya berita bohong atau hoaks.

Digitalisasi menyabotase perbedaan antara komunikasi massa dan komunikasi interpersonal, begitu pula media massa dan media personal. Boleh saja orang beranggapan bahwa media massa banyak yang telah terbeli oleh kepentingan politik atau kepentingan pemodal. Apakah media sosial tidak bisa dibeli? Tentu saja kemungkinan itu ada. Sehingga muncul fenomena maraknya buzzer.  

Perbedaan antara media personal dan media massa dapat digambarkan sebagai perbedaan jenis keterlibatan yang diperlukan dari pengguna. Media personal lebih simetris dan mensyaratkan pengguna untuk berperan aktif, baik sebagai penerima maupun produsen pesan.

Persoalan yang kali ini muncul adalah banyak berita hoaks, marak pseudoscience, dan bertebaran pula hasutan dan ujaran kebencian. Di belantara informasi semacam inilah media massa masih diperlukan sebagai bahan rujukan atau referensi yang terpercaya. Kecuali bila media massa sendiri telah kehilangan kredibilitasnya di mata khalayak.