Pemuda Sebagai Tonggak Kemajuan dan Persatuan

Pemuda dalam sejarahnya merupakan agen-agen kemajuan dan perubahan bagi bangsa.

Pemuda Sebagai Tonggak Kemajuan dan Persatuan
Sumber gambar: antaranews.com

MONDAYREVIEW.COM – Sumpah pemuda merupakan momentum yang senantiasa diperingati setiap tahunnya. Walaupun tidak ditetapkan sebagai hari libur nasional, namun peringatannya senantiasa digelar di berbagai instansi dan media. Tulisan-tulisan mengenai sumpah pemuda pun bertebaran di media menjelang momentum sumpah pemuda. Tahun ini usia sumpah pemuda genap 92 tahun, dimana 8 tahun lagi usia sumpah pemuda akan genap memasuki usia 1 abad.

Dalam sumpah pemuda yang dilaksanakan pada 28 Oktober 1928, berbagai pemuda berkumpul dan menyatakan komitmen kebangsaannya. Isi komitmen tersebut adalah berbangsa satu, bangsa Indonesia. Bertanah air satu, tanah air Indonesia. Menjunjung tinggi bahasa persatuan, yakni bahasa Indonesia. Ada dua spirit yang bisa kita ambil dari peringatan sumpah pemuda pada tahun ini, pertama adalah spirit kemajuan dan kedua spirit persatuan.

Pemuda dalam sejarahnya merupakan agen-agen kemajuan dan perubahan bagi bangsa. Gagasan adanya bangsa Indonesia berasal dari pemuda, yakni Bung Hatta dkk sedang menempuh studi perkuliahan di negara Belanda. Pada waktu itu sudah berdiri Indische Partij dan Perhimpunan Indonesia. Gagasan tersebut kemudian dikukuhkan dalam perhelatan Sumpah Pemuda yang menurut Buya Syafii Maarif lebih pantas dijadikan tonggak kebangkitan nasional dibanding dengan kelahiran Budi Utomo.

Dalam sejarahnya pemuda pun senantiasa menjadi pelopor dalam peristiwa-perstiwa krusial, misalnya sebelum proklamasi, pemuda yang meminta Soekarno dan Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan. Kisah yang sangat terkenal bahwa para pemuda tersebut membawa Soekarno Hatta ke Rengasdengklok. Setelah didesak oleh para pemuda, diproklamasikanlah kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945.

Pemuda juga menjadi agen perubahan rezim dari orde lama ke orde baru dan dari orde baru ke orde reformasi. Persoalan pada masa orde lama dan orde baru rezim bersikap otoriter dan sewenang-wenang. Kebebasan sipil dan HAM diabaikan. Mahasiswa bergerak untuk menggulingkannya. Sayangnya banyak pemuda dan mahasiswa kemudian terjebak dalam romantisme sejarah dan lupa bahwa tantangan hari ini berbeda dengan zaman dulu. Tantangan hari ini jauh lebih kompleks dibanding dengan masa lalu.

Kita tidak bisa lagi menggunakan pola-pola lama dalam gerakan pemuda, namun harus memiliki strategi baru untuk melakukan gerakannya. Terlebih dalam era digital dan revolusi industry 4.0, pemuda harus mengenal big data, internet of things dan artificial intelligence jika tidak ingin tergilas oleh kemajuan zaman. Pemuda juga mesti melek sains dan teknologi selain dari politik dan ekonomi. Budiman Sudjatmiko seorang aktivis PRD pada masa 1998 sekarang mendirikan Inovator 4.0. karena beliau sadar bahwa dunia sudah berubah.

Yang tidak boleh pemuda adalah komitmen kebangsaan dan persatuan. Dalam ikrar sumpah pemuda, dinyatakan bahwa dari keragamana pemuda yang hadir pada saat itu ada beberapa hal yang disepakati untuk bersatu, yakni bangsa dan tanah air. Disepakati juga untuk menjunjung tinggi bahasa persatuan yakni bahasa Indonesia. Ikrar ini mesti kita pelihara sampai hari ini mengingat pada masa ini politik identitas mulai rawan untuk merobek tenun kebangsaan. Pemuda harus menjadi pelopor dan pelangsung dalam memelihara persatuan dan kebangsaan.