Persaudaraan PENA Minta Pemerintah Bangun Dialog Soal Polemik Dugaan Rasisme
Berkibarnya merah putih menjadi harapan bersama bahwa hangatnya matahari Indonesia tetap terbit dari Merauke dan tenggelam di Sabang. Kami menyesalkan Insiden yang mengoyak rasa persaudaraan kita sebagai negara bangsa

MONITORDAY.COM - Dewan Pengurus Pusat Persaudaraan Pemuda Etnis Nusantara (DPP Persaudaraan PENA) memberi tanggapan terkait polemik yang terjadi akibat adanya dugaan rasisme yang dilakukan oleh ormas dan oknum aparat terhadap mahasiswa Papua di Surabaya.
DPP Persaudaraan PENA menyesalkan adanya kejadian yang memerusak hubungan persaudaraan sebangsa itu. Akar kejadian adanya dugaan pelecehan terhadap bendera Merah Putih merupakan hal yang disesalkan. Karena Merah Putih merupakan simbol sekaligus jatidiri bersama sebagai saudara dari suatu negara bangsa yang disebut Indonesia. Menjaga, merawat, mempertahankan eksistensi Merah Putih menjadi hak dan kewajiban semua anak bangsa, termasuk saudara yang ada di Papua.
"Berkibarnya merah putih menjadi harapan bersama bahwa hangatnya matahari Indonesia tetap terbit dari Merauke dan tenggelam di Sabang. Kami menyesalkan Insiden yang mengoyak rasa persaudaraan kita sebagai negara bangsa," ujar Ketua Umum DPP Persaudaraan PENA, Achmad Suhawi, dalam keterangan tertulisnya, Rabu (21/8).
Terkait hal itu, Persaudaraan PENA meminta kepada para pihak terkait untuk mengusut dengan tuntas, dugaan adanya aksi sparatisme, anarkisme dan provokasi dari oknum tertentu sehingga terjadi kerugian materiil berupa rusaknya sarana publik, dan terganggunya rasa persaudaraan sebagai satu bangsa untuk diberikan sanksi yang sesuai dengan peraturan, hukum, dan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.
Selain itu, Persaudaraan PENA juga mengharapkan agar pemerintah segera melakukan tindakan taktis dan strategis dalam menangani masalah ini, dengan melakukan investigasi secara professional dan transparan terhadap insiden di Surabaya dan Malang; sekaligus melakukan pendekatan secara kekeluargaan dengan melibatkan komponen masyarakat agar kehidupan antar anak bangsa yang berbeda etnis kembali guyub dan rukun.
"Dan dalam mengambil tindakan hendaknya tetap mengedepankan semangat persaudaraan dengan membangun serta memperkuat dialog dalam rangka memperkuat rasa persatuan sebagai bangsa Indonesia," ujar Suhawi.
Ia pun mengapresiasi sikap yang ditunjukkan oleh para kepala daerah mulai dari gubernur Jawa Timur, Walikota Surabaya dan Malang yang dengan tulus menyatakan permohonan maaf yang sebesar-besarnya atas insiden yang terjadi di Jawa Timur.
"Begitu juga dengan sikap yang di lakukan oleh gubernur Papua dan Papua Barat yang mengajak seluruh entitas masyarakat di papua dan papua barat untuk bisa menjaga diri tidak terpancing oleh berita-berita hoax yang beredar," tutur Suhawi.
Lebih lanjut Suhawi mengatakan, Persaudaran PENA sebagai organisasi kemasyarakatan pemuda didirikan untuk menjaga nilai-nilai serta komitmen berbangsa dan bernegara yang di bangun atas dasar keberagaman. "Kami sadar bahwa Indonesia sebagai negara bangsa yang besar dengan beragam bahasa, budaya, dan agama sangat rentan dengan koflik dan perpecahan," ujarnya.
Maka dari itu, DPP Persaudaraan PENA meminta agar Bakorwil Persaudaraan PENA Provinsi Jawa Timur, Papua dan Papua Barat untuk ikut berperan aktif dalam menjaga keharmonisan rasa persaudaraan sesama anak bangsa, sekaligus turut melakukan deteksi dini atas potensi meluasnya, atau timbulnya kejadian yang serupa diwilayah masing-masing.