FAKTA Sesalkan Kampanye di Jateng dan Jatim Manfaatkan Industri Rokok

Buruh industri rokok hanya dijadikan panggung pencitraan.

FAKTA Sesalkan Kampanye di Jateng dan Jatim Manfaatkan Industri Rokok
Ilustrasi. (ist)

MONITORDAY.COM - Forum Warga Kota Jakarta (FAKTA) menyesalkan cara-cara kampanye Pilkada di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pasalnya, ada cara kampanye yang tidak menarik, dimana para calon kepala daerah mendatangi dan menjadikan pabrik atau industri rokok sebagai tempat mendulang suara.

Seperti diketahui, kedua daerah ini terdapat pabrik rokok yang besar. Pertama, Syaifullah Yusuf (Gus Ipul) sebagai Cagub Jatim yang mengawali masa kampanye dengan mengunjungi pabrik rokok Toppas di Malang (15/2). Kemudian, disusul dengan Cawagub Puti Guntur Sukarno yang mengunjungi pabrik rokok Pakis Mas (19/2).

Selanjutnya, giliran Cagub Jatim lain, Khofifah Indar Parawansa yang berkunjung ke pabrik rokok Sampoerna di Malang (22/2/2018).

Sementara itu, Cagub Jateng, Ganjar Pranowo mengunjungi pabrik rokok Nojorono di daerah Kudus (26/2/2018).

"Fenomena kampanye dan mendulang dukungan dari industri rokok tentunya membuat pabrik rokok menjadi jumawa, karena didatangi oleh orang-orang yang nantinya akan menjadi kepala daerah," ujar Ketua FAKTA, Azas Tigor Nainggolan dalam rilisnya, Jumat (2/3/2018).

Dalam kesempatan itu, kata dia, dijelaskan bahwa Cagub tersebut telah bertemu dengan buruh yang sudah 47 tahun bekerja di pabrik rokok tersebut. Pihaknyah mencermati, si buruh pabrik rokok mulai bekerja pada usia 18 tahun, yang berarti usianya sekarang yaitu 65 tahun dimana seharusnya sudah masuk masa pensiun.

Di kesempatan lain, ada buruh linting rokok di daerah Malang yang menyatakan bahwa mereka mendapat upah sebesar Rp 400.000 perminggu, yang jika dijumlahkan perbulan berarti Rp 1.600.000. "Tentu upah si buruh linting rokok itu masih jauh dari Upah Minimum Regional (UMR) kota Malang yang sebesar Rp 2.574.80," tukas Azas.

Ia menilai, Para Cagub dan Cawagub justru tidak 'gerah' melihat penderitaan para buruh pabrik yang mereka temui. "Para cagub dan cawagub tidak meminta kepada para industri rokok agar memperbaiki kondisi dan kebijakan perburuhan di pabrik rokoknya," sebutnya.

Ia menyatakan kondisi tenang dengan fakta menderita para buruh pabrik rokok itu menunjukan bahwa para Cagub - Cawagub tidak memiliki posisi tawar di hadapan industri rokok. Kunjungan mereka, lanjut Azas, mengindikasikan kerja sama atau simbiosis mutualisme antara para kontestan dengan industri rokok.

"Arahnya jelas, keberpihakan para Cagub - Cawagub jika menang di Pilkada maka akan berpihak pada industri rokok yang telah mendukung serta membantu mereka mendapat suara di Pilkada," ucap Azas.

"Sementara itu, para buruh industri rokok hanya dijadikan panggung pencitraan kampanye Pilkada membela rakyat kecil dan sumber suara semata atau deretan angka suara perolehan Pilkada," pungkasnya.

[Mwr]