Perempuan Itu Seumpama Cermin

Bila sendiri ia disebut mar'atun, berkumpul an-Nisa'

Perempuan Itu Seumpama Cermin
Ilustrasi foto/Net

PEREMPUAN memiliki kedudukan yang tinggi dan pengaruh yang besar dalam Islam. Selain menjadi madrasah pertama dalam membangun masyarakat yang shalih, perempuan juga menanggung beban berat dalam kehidupan.

Karena itulah Allah Swt. mengabadikan kaum perempuan dalam al-Qur’an menjadi sebuah surat, yaitu an-Nisa’. Kenapa perempuann diabadikan dalam al-Qur’an dengan kata an-Nisa’, tidak dengan al-mar’ah atau lainnya.

Ustadz Adi Hidayat dalam acara Pengajian Bulanan di PP Muhammadiyah pada Jum’at (6/7/2018) malam, menyebut kenapa alasan diabadikannnya kaum perempuan dalam al-Qur’an dengan kata an-Nisa’ atau perempuan-perempuan adalah karena sifat dan karakter mereka yang unik.

Kalau sendirian mereka memiliki nama khusus, yaitu ‘mar’atun’. Sementara bila perempuan banyakan menjadi berbeda namanya yaitu an-Nisa’.

Ini yang berbeda dengan laki-laki. Bila laki-laki sendirian disebut rajul, seakar dengan kata rijal yang artinya kaki. Suatu yang kuat, punya topangan dan berwibawa dan kata-katanya tegas. Jamaknya rijal, akar katanya tak berubah hanya ditambah alif saja.jadi gambaran lelaki itu ada pada kewibawaannya.

Sementara kalau perempuan, bila sendirian dia disebut ‘mar’ah’. Seakar dengan kata muruah, yang memiliki tiga arti, yaitu:

1. Yang banyak peduli dengan keindahan

Makanya jangan heran bila perempuan selalu peduli dengan keindahan. Lihat tanggal geser sedikit betulkan. Mau ke pengajian memakai seragam dengan corak dan model yang berbeda-beda.

2. Sifat yang penuh dengan kehormatan

Perempuan adalah kunci kebaikan suatu umat. Bila ia baik dan kehormatannya terjaga, maka baik pula generasi sebuah umat/bangsa. Sebaliknya jika kehormatannya tak terjaga maka hancurlah generasi umat dan bangsa.

3. Memiliki sensivitas yang dalam

Dalam hal ini, orang arab punya pribahasa ‘al-mar’atu kal mir’ah’, perempuan itu laksana cermin. Bangun tidur lihat cermin, keluar mobil lihat spion, itu normal. Namun yang paling untuk digarisbawahi adalah sensitivitasnya mirip cermin kata orang Arab. Kalau cermin kita lempar dan pecah, cermin memang bisa disambung kembali. Namun setelah itu akan sulit memantulkan bayangan yang sempurna.

Sensitivitas perempuan sama dengan cermin. Bila dilukai ia dapat cepat memaafkan, tapi sulit melupakan. Itulah sebabnya bila kita memiliki masalah dengan seorang perempuan saat ini, maka setahun, sepuluh tahun ke depan bisa diungkit kembali.

Sementara bila perempuan lebih dari satu, maka ia disebut sebagai an-Nisa’ dari kata nasa’, yang artinya gemar menceritakan apa yang dirasakan. Makanya tak heran bila perempuan sependiam apa pun, namun bila sudah berkumpul dengan temannya ia akan bercerita. Itulah perempuan-perempuan atau an-Nisa’.