Kemunafikan Abdullah bin Ubay bin Salul

MONITORDAY.COM - Abdullah bin Ubay bin Salul adalah seorang tokoh suku khazraj yang berada di Yatsrib, Madinah. Saat itu Madinah dikuasai oleh beberapa suku, diantaranya khazraj, aus dan suku nadir. Suku khazraj dan aus bersepakat untuk memilih Abdullah bin Ubay sebagai pemimpin mereka.
Jika dideskripsikan, dalam pandangan masyarakat Madinah kala itu, Abdullah bin Ubay adalah orang yang baik, mulia, santun sehingga banyak yang menyukainya. Maka disiapkanlah singgasana, tahta untuk mengangkat Abdullah bin Ubay.
Namun, ada enam orang dari Madinah pergi ke Mekah menemui Rasulullah SAW untuk masuk Islam. Kata mereka, Islam adalah rahmatan lil 'alamin. Saat pulang ke Madinah, 6 orang ini lambat laun memberi pengaruh pada masyarakat. Sehingga banyak dari mereka yang akhirnya meninggalkan berhala lalu masuk Islam.
Allah kemudian memerintahkan Rasulullah SAW dan kaum muslim agar berhijrah ke Madinah. Tak disangka, ternyata orang-orang Madinah sudah banyak yang mencintai Rasul dan menyambut kedatangannya.
Karena ada Rasulullah, masyarakat Madinah lebih mencintai beliau dibanding Abdullah bin Ubay bin Salul. Maka Abdullah bin Ubay terlupakan begitu saja, bahkan batal diangkat menjadi seorang pemimpin. Inilah yang membuat Abdullah bin Ubay menjadi marah hatinya, murka jiwanya dan timbul benci kepada Rasulullah.
Ingin diakui lagi oleh masyarakat, Abdullah bin Ubay memutuskan masuk Islam. Tapi Islamnya hanya sebatas di lidah, ia menampakkan diri seolah-olah seorang muslim, padahal hatinya tidak. Dia membuat banyak tipu muslihat untuk bisa menjatuhkan Rasullah dan meraih hati masyarakat.
Pada tahun ke-3 hijriyah terjadilah Perang Uhud, perang pembalasan atas kekalahan kaum kafir quraisy melawan kaum muslimin di Perang Badar. Pada perang Uhud, 1000 pasukan muslim dikerahkan dari Madinah.
Di tengah perjalanan menuju medan perang, Abdullah bin Ubay bin Salul berulah. Dia memprovokasi pasukan muslim dengan berkata, "Kalian mau mati sia-sia di Uhud? Untuk apa kalian berperang? Lebih baik kalian pulang saja ke Madinah dan tidak perlu membela agamanya Allah. Untuk apa?"
Provokasi Abdullah bin Ubay inilah yang membuat 300 orang pasukan muslim mundur dan mereka tidak jadi ikut dalam kecamuk perang uhud.
Tak hanya dalam perang uhud, lagi-lagi Abdullah bin Ubay melancarkan aksi munafiknya saat usai perang Bani Musthaliq. Dia memprovokasi permusuhan antara kaum Anshar dan kaum Muhajirin.
Dia bilang kepada kaum Anshar, "Kalian tahu wahai kaum anshar? Kalian menolong muhajirin ini ibarat sedang memberikan makan kepada anjing. Dan anjing itu akhirnya menggigit kalian. Untuk apa kalian membantu orang muhajirin? Kalian itu anshar yang bisa lebih hebat daripada muhajirin. Dan lihatlah, kita ini orang-orang mulia dan akan mengusir orang-orang hina tersebut."
Kalimat provokasi ini sampai di telinga Umar bin Khathab. Umar tidak tinggal diam, beliau mengadu kepada Rasulullah, "Wahai Rasulullah, Abdullah bin Ubay ini tidak bisa dibiarkan begitu saja, ia telah berperilaku jahat, ibarat musuh dalam selimut, duri dalam daging. Bagaimana kalau aku penggal saja kepalanya?", jelas Umar bin Khathab dengan nada marahnya.
Namun kemudian anak Abdullah bin Ubay bin Salul yang bernama Abdullah bin Abdullah mendengar hal tersebut, ia merengek pada Rasulullah,
"Aku adalah seorang hamba Allah yang beriman dan engkau tahu, wahai Rasulullah, aku juga seorang anak yang berbakti pada orangtua. Aku tau bahwa ayahku adalah orang yang munafik, orang yang sesungguhnya membenci Islam. Aku dengar Umar ingin membunuhnya. Jangan yaa Rasulullah, aku takut, kalau itu terjadi, aku balas dendam dan membunuh seorang muslim yang membunuh ayahku dan aku menjadi kafir. Lebih baik aku saja yang membunuh ayahku sendiri, wahai Rasulullah."
Bijaksananya Rasulullah, beliau memaafkan apa yang telah diperbuat Abdullah bin Ubay. Beliau tidak menginginkan pertumpahan darah. Tapi, bodohnya, Abdullah bin Ubay tidak kunjung bertaubat, kemunafikannya terus berlangsung.
Di tahun ke-6 hijriyah dia kembali memecah belahkan umat muslim. Dia menuduh istri Rasulullah, Siti Aisyah r.a telah berzina dan berselingkuh. Dan gemparlah seluruh Madinah. Hal ini menyakiti keluarga Rasulullah.
Saat Rasulullah SAW pulang dari perang Tabuk tahun 9 hijriyah, Abdullah bin Ubay jatuh sakit dan menghembuskan nafas terakhirnya. Anaknya kemudian meminta jubah Rasulullah untuk dijadikan kain kafan ayahnya.
Rasulullah memaafkan dan memberikan jubahnya kepada Abdullah bin Abdullah. Setelah dikafani, Rasulullah ikut menshalati jenazah Abdullah bin Ubay. Umar kembali protes disini, mempertanyakan untuk apa menshalati jenazah orang munafik.
Dan benar saja, sia-sia saja menshalati jenazah orang munafik. Allah berfirman dalam Q.S. At-Taubah ayat 84, "Dan janganlah engkau (Muhammad) melaksanakan salat untuk seseorang yang mati di antara mereka (orang-orang munafik), selama-lamanya dan janganlah engkau berdiri (mendoakan) di atas kuburnya. Sesungguhnya mereka ingkar kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik."