Membangun Industri Baterai Mobil Listrik di Indonesia

Adanya sejumlah potensi kekayaan mineral yang dimiliki Indonesia ini menjadikan cita-cita Indonesia menjadi produsen baterai nomer satu bukan hal yang mustahil.

Membangun Industri Baterai Mobil Listrik di Indonesia
Sumber gambar: antaranews.com

MONDAYREVIEW.COM – Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Di dalam perut bumi Indonesia terdapat beragam harta karun seperti emas, minyak bumi dan batu bara. Sayangnya tiga hal tersebut tidak bisa dengan mudah dinikmati hasilnya oleh rakyat. Diperlukan teknologi canggih dan resiko bisnis untuk menambangnya. Karena Indonesia tidak mempunyai cukup teknologi, maka pemerintah Indonesia pada masa awal orde baru menggandeng perusahaan asing untuk menambang di negara ini. Tentu saja dengan pembagian hasil dengan Indonesia.

Barang-barang tambang tersebut pun bisa dinikmati dan dirasakan manfaatnya di Indonesia. Sebagian ada yang diekspor ke luar negeri ada juga yang digunakan di dalam negeri. Minyak bumi sebelum kebutuhannya meningkat menjadi barang yang diekspor. Namun seiring berjalannya waktu, Indonesia pada akhirnya menjadi pengimpor minyak karena kebutuhan dalam negeri lebih banyak dari produksinya. Batu bara digunakan untuk menggerakkan pembangkit listrik.

Tentu saja harta karun kita tak hanya benda di atas. Masih banyak logam lain yang terdapat dalam perut bumi dan diolah untuk berbagai kepentingan. Misalnya timah, tembaga, intan, nikel bahkan bahan radioaktif seperti uranium. Khusus untuk nikel, Indonesia masih mempunyai cadangan yang besar di dalam perut bumi. Hal ini membuat pemerintah berinisiatif membangun industri yang berbasis nikel sebagai bahan baku, yakni baterai mobil listrik.

Mobil listrik sendiri seperti yang diproduksi oleh Tesla milik Elon Musk diperkirakan akan menjadi kendaraan masa depan. Di saat bahan bakar fosil semakin menipis persediaannya, kendaraan listrik semakin potensial menggantikan kendaraan berbahan bakar fosil. Selain baterai mobil listrik, nikel juga bisa dijadikan bahan baku untuk stainless steel. Terobosan ini bertujuan agar Indonesia tidak hanya mendapatkan nilai tambah dari ekspor barang mentah, namun nilai tambah akan menjadi berkali lipat dengan membuat industry di hilir.

Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Mineral Kementerian ESDM Yunus Saefulhak mengatakan cadangan terbukti nikel Indonesia saat ini mencapai 1,08 miliar ton dan ini hanya bisa bertahan hanya sekitar sembilan tahun. Sementara untuk cadangan terkira, menurutnya mencapai 4,5 miliar ton dan ini cukup untuk diproduksi hingga 39 tahun.

Dengan cadangan sebesar ini, menurut Yunus, Indonesia punya cadangan nikel terbesar di dunia. Produksinya pun menurutnya juga terbesar di dunia. Selain nikel, Indonesia juga kaya akan mangan dan kobalt. Adanya sejumlah potensi kekayaan mineral yang dimiliki Indonesia ini menjadikan cita-cita Indonesia menjadi produsen baterai nomer satu bukan hal yang mustahil.

Guna merealisasikan hal tersebut pemerintah akan membuat kebijakan pelarangan ekspor biji nikel karena akan dijadikan bahan baku. Adapun produk jadi dari nikel maka tidak mengapa untuk diekspor. Setidaknya ada tiga perusahaan baterai mobil listrik kelas dunia selain Tesla akan berinvestasi membangun pabrik baterai mobil listrik hingga mobil listrik, antara lain Contemporary Amperex Technology Co. Ltd. (CATL) asal China, LG Chem asal Korea Selatan, dan Hyundai asal Korea Selatan. Tak tanggung-tanggung, jumlah investasi yang akan digelontorkan berpotensi mencapai US$ 20 miliar.