Akuakultur dalam Platform Digital
Apa hubungannya ikan dan internet? Mungkin dulu tak terbayangkan model bisnisnya. Sekarang semakin terlihat bahkan ke depan hampir tidak mungkin menafikan platform digital dalam pengembangan akuakultur dan bisnis perikanan padda umumnya. Pertumbuhan usaha rintisan atau start up di bidang perikanan saat ini masih kalah bila dibandingkan dengan sektor lainnya. Padahal, peluang industri perikanan cukup besar, mengingat Indonesia memiliki potensi kelautan yang begitu besar dan sumber daya perikanan yang beragam.

MONDAYREVIEW.COM – Apa hubungannya ikan dan internet? Mungkin dulu tak terbayangkan model bisnisnya. Sekarang semakin terlihat bahkan ke depan hampir tidak mungkin menafikan platform digital dalam pengembangan akuakultur dan bisnis perikanan padda umumnya.
Pertumbuhan usaha rintisan atau start up di bidang perikanan saat ini masih kalah bila dibandingkan dengan sektor lainnya. Padahal, peluang industri perikanan cukup besar, mengingat Indonesia memiliki potensi kelautan yang begitu besar dan sumber daya perikanan yang beragam.
Kemunculan start up pada era digitalisasi saat ini cukup banyak. Akan tetapi, pada perkembangannya di sektor perikanan sendiri belum mampu dioptimalkan. Seharusnya hal itu dapat menjadi peluang bisnis yang potensial bagi para pelaku start up di Indonesia.
Masyarakat saat ini belum cukup banyak yang menyadari manfaat dari sektor perikanan. Belum menjadi kesadaran yang penuh bahwasannya potensi laut di Indonesia nyata dapat diandalkan.
Platform dengan model bisnis yang sama ada persamaan niat untuk membangun sektor perikanan di Indonesia. Maka dari itu, kolaborasi merupakan cara yang tepat untuk mewujudkan niat tersebut. Outputnya adalah secara bersama-sama membantu meningkatkan produksi perikanan dan mendorong kualitasnya.
Growpal adalah sebuah platform digital yang memberikan layanan yaitu mempertemukan antara pemilik modal, investor, sponsor, pemilik lahan, petani ikan laut dan pembeli hasil panen di bidang agribisnis perikanan.
Usaha rintisan alias start up perikanan budi daya bermunculan. Pemerintah memandang tren ini akan menjembatani secara efisien para pemangku kepentingan akuakultur.
Beberapa inovasi digital yang mulai berkembang di bidang akuakultur a.l. E-fishery, Iwa-Ke, fisHby, Jala, InFishta, dan Growpal.
Dirjen Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan Slamet Soebjakto mendukung inovasi itu untuk memperkuat konektivitas rantai bisnis akuakultur.
Dalam hal akses pasar, sistem ini akan mampu menjamin efisiensi rantai pasar. Untuk kegiatan on farm, akan lebih efisien waktu, tenaga, dan proses. Ada empat isu pergeseran perikanan budi daya karena inovasi digital.
Pertama, mendorong peningkatan efesiensi dan daya saing bisnis akuakultur dengan fokus pada pengembangan komoditas unggulan. Kedua, optimalisasi pemanfaatan potensi lahan budidaya berbasis daya dukung lingkungan. Ketiga, membangun rantai sistem produksi akuakultur dari hulu ke hilir secara menyeluruh. Keempat, integrasi kegiatan dan anggaran antar stakeholder.
Transformasi itu harus mempertimbangkan beberapa hal.Transformasi industrialisasi akuakultur yang modern harus berorientasi pada pemanfaatan sumberdaya alam secara efisien, penciptaan nilai tambah, dan produktivitas secara optimum.
Inovasi digital harus mendorong keterampilan tenaga kerja melalui peningkatan kapasitas sumberdaya manusia terlatih serta membuka akses pasar yang luas atau hiperkoneksi, daya saing tinggi, dan efisiensi manajemen.
Salah satu start up akuakultur hasil kreasi anak muda adalah Minapoli, yang berperan sebagai hub jaringan informasi dan bisnis perikanan. Tren inovasi ini akan memperluas dan memperkuat jaringan perikanan sehingga industri perikanan berkembang ke arah positif.
Start up lainnya pun mengambil peran yang unik. Sebagai contoh, E-fishery mengembangkan teknologi pintar pemberian pakan dengan metode continuous feeding untuk memenuhi pola makan udang yang terus menerus.
Sementara itu Iwa-Ke membantu distribusi beragam ikan, seperti ikan nila merah, patin, dan gurami melalui sarana informasi digital untuk pemasaran, a.l. melalui Go-Jek dan Iwa-Ke Depot. Start up ini telah memiliki mitra yang mengusahakan budi daya ikan di atas 60 hektare dan jaringan pembudidaya di berbagai provinsi.
Fishby menggalang dana kemudian menyalurkannya kepada pembudi daya sesuai dengan perjanjian di awal. Adapun Jala menawarkan sistem manajemen terkini berbasis data yang membantu petambak membuat keputusan yang tepat berdasarkan informasi aktual yang terjadi di tambak.
Dua tahun lalu Koordinator Manajemen Program Digital Amoeba Telkom Fauzan Feisal mengatakan Telkom Indonesia mendukung digitalisasi sektor-sektor ekonomi di Indonesia, salah satunya dimulai dari sektor agribisnis. Sebagaimana diketahui Telkom memulai pembangunan jaringan kerja digitalisasi dengan industri perikanan budidaya melalui program Digital Amoeba.