Pedagang Pasar Tradisional dan Pandemi

Ada sekira 14.000 pasar tradisional di Indonesia. Ibarat jantung bagi kehidupan rakyat yang mayoritas bertumpu pada sektor informal. Semua tumpah ruah. Langsung atau tidak langsung terhubung dengan pasar tradisional. Tak kurang dari 30 juta penduduk Indonesia bergantung pada bisnis di pasar tradisional.

Pedagang Pasar Tradisional dan Pandemi

MONDAYREVIEW.COM - Subuh baru beranjak. Matahari belum juga muncul di ufuk timur. Kesibukan pasar tradisional di kawasan Cilincing Jakarta Utara sudah menggeliat sejak pagi buta. Bahkan tengah malam kemarin. Sepintas tak ada yang berubah. Kecuali lebih sepi dari biasanya. Untuk ukuran normal.

Sementara itu untuk ukuran pembatasan seiring pandemi atau normal baru pasar tradisional di banyak tempat terlalu penuh atau ramai. Apalagi di kota-kota berpenduduk padat. Lahan usaha makin mahal. Setiap jengkal tanah di pasar tradisional dimanfaatkan untuk berdagang. Hingga muncul istilah Pasar Senggol dan Pasar Jongkok.   

Ada sekira 14.000 pasar tradisional di Indonesia. Ibarat jantung bagi kehidupan rakyat yang mayoritas bertumpu pada sektor informal. Semua tumpah ruah. Langsung atau tidak langsung terhubung dengan pasar tradisional. Tak kurang dari 30 juta penduduk Indonesia bergantung pada bisnis di pasar tradisional.

Pandemi belum berlalu. Langkah kebijakan Pemerintah masih tertatih membaca gelapnya cakrawala. Pasar tradisional mau tidak mau harus kembali berdenyut. Agar perut pedagang dan pembeli terisi. Kebutuhan sehari-hari dengan harga terjangkau bagai titik embun di padang gersang bagi keluarga yang harus berjibaku dengan penghasilan pas-pasan.

Keriuhan pasar becek dirindukan banyak orang. Aroma khas yang berbaur meniupkan daya hidup bagi siapa saja yang berkecimpung di dalamnya. Gerbang pasar yang bisu seakan menghitung tanpa henti mereka yang keluar-masuk dan menjadi saksi betapa hidup banyak orang sangat bergantung pada denyut nadi pasar. Tentu orang ingin pasar lebih tertib dikelola tanpa mengurangi omset para pedagang setiap harinya.    

Pedagang pasar harus berjuang lebih keras. Pandemi telah memukul ekonomi para pedagang terutama yang bermodal cekak. Yang selama ini telah terhimpit pemain raksasa retail. Lalntas dihempaskan dengan keras oleh virus korona.  

Berita tentang pedagang yang positip Covid-19 menunjukkan betapa rentannya mereka dari penularan. Standar kebersihan di pasar tradisional tentu masih butuh pembenahan. Interaksi dengan pembeli dan sesama pedagang tak mudah untuk ditertibkan.

Pedagang pasar adalah khususnya pasar tradisional adalah elemen penting dalam tata ekonomi kita. Kehadirannya menjamin ketersediaan barang kebutuhan sehari-hari masih terjaga. Dengan harga yang relatif terjangkau.

Ada beberapa butir penting yang perlu dipikirkan dan diperjuangkan seiring pandemi. Oleh semua pemangku kepentingan terutama oleh para pengambil kebijakan di pemerintahan.   

#1. Momentum Untuk Menata Regulasi

Pasar tradisional harus terselenggara dengan tatanan yang mencerminkan Ekonomi Pancasila. Dimulai dari pasar maka tata kelola di sektor lain dapat dibenahi. Terutama yang berhubungan langsung dengan pasar. Para petani pemasok sembako, para pengumpul atau distributor, pedagang eceran, dan pelanggan. Regulasi tentang pasar tradisional harus adil bagi semua fihak. Di saat yang sama harus ada keberfihakan bagi yang lemah.  

#2. Kebersihan dan Kenyamanan

Beberapa pasar basah atau pasar becek sudah mulai berbenah. Pandemi semakin menyadarkan bahwa pasar yang kotor dapat menjadi sumber penyakit bahkan wabah.  

#3. Rantai Pasok yang Efisien

Pasokan barang yang efisien akan menjamin kelangsungan bisnis bagi para pedagang pasar. Jika tidak dibenahi pasti akan tergilas oleh pemain besar yang lebih efiesien dan mampu mengantisipasi perubahan. Pasar tradisional adalah pusat aktivitas ekonomi kalangan bawah. Langsung atau tidak langsung. Dari sanalah muara  berlapis-lapis pedagang yang mengalirkan barang dari produsen ke konsumen.  

#4. Mengelola Sampah Pangan dan Perlunya Cold Storage yang Terjangkau

Pasar basah masih belum mengadopsi teknologi penyimpanan bahan pangan dengan baik. Banyak bahan pangan terbuang karena rusak atau membusuk. Beberapa start up mampu memberikan tawaran untuk memangkas sampah pangan dari pasar modern yang telah menggunakan teknologi penyimpanan bahan pangan dengan baik. Namun hal itu belum mampu diterapkan di pasar tradisional. Secara ekonomis dirasa terlalu mahal.

#5. Penguatan institusi dan komunitas  

Organisasi Ikatan Pedagang Pasar harus terus didukung perannya. Termasuk dengan mendorong berbagai langkah pemanfaatan sistem dan manajemen. Daya tawar dalam perumusan dan implementasi kebijakan terkait pasar tradisional.

Pasar tradisional jangan sampai dikesampingkan. Pamornya semakin redup kala semakin banyak kasus positip Covid-19 ditemukan dan dikabarkan. Menjadi tugas kita semua.