Pascamunas Golkar, Milenials Ogah Masuk Partai Beringin
Harus ada langkah strategis sehingga para milenials yang awalnya kurang berminat menjadi berminat dengan Partai Beringin.

MONITORDAY.COM – Kondisi Partai berlambang beringin saat ini berpotensi kurang diminati para kaders, terlebih para Milenials. Harus diakui, ada tantangan merangkul pemilih milenials. Sebab, Golkar dianggap sebagai partai old fashioned, partainya orang tua. Mirisnya lagi bisa dilihat dari tata kelola partai masih oligarki, tidak ada sebuah keputusan yang diambil secara musyawarah, melainkan secara kedekatan. Tidak heran, banyak kader yang tidak puas dan cendrung meninggalkan Golkar. Politikus Senior Partai Golkar Agun Gunandjar Sudarsa khawatir Partai Golkar akan ditinggalkan para kader-kadernya usai Musyawarah Nasional (Munas) Golkar nanti.
"Anak-anak muda saat ini gak suka dengan cara-cara lama, mereka ini punya sense of kepo yang tinggi (rasa ingin tahu yang lebih) kalau mereka lihat tata kelola partai seperti ini saja, Milenials ogah masuk apalagi berminat, Jadi munas yang akan datang itu, rasa-rasanya ngeri-ngeri sedap karena gak ada jaminan, apakah ada garansi tidak menimbulkan faksi-faksi berikutnya. Kalau untuk melahirkan partai baru saya yakin tidak akan seperti munas-munas yang lain," kata Agun saat berbincang-bincang di Jakarta baru-baru ini.
Ditambah dengan kondisi partai Golkar saat ini, lanjut Agun, dengan tata kelola partai saat ini dengan cara-cara pendekatan secara personal. Hal ini terlihat dari pengisian alat kelengkapan dewan (AKD) dan Komisi-Komisi di DPR.
"Dengan kondisi partai seperti itu faksi-faksi itu yang membawa managemen tata kelola partai yang sangat oligarki, menjadi sangat elit oligarki yang memutuskan sekelompok orang dan itu terjadi dari periode ke periode tidak ada proses pengambilan keputusan yang utuh dan bulat sehingga yang terjadi dalam penempatan orang, dalam penunjukan orang, dalam pengangkatan orang, dalam pencalegkan yang terjadi adalah like and dislike dan terjadi prakmatisme itu fakta yang tidak bisa dibantah," tegasnya.
Sehingga dengan tata kelola partai seperti ini, kata Anggota DPR yang sudah terpilih enam kali ini, ada kekwahtiran dirinya pada munas yang akan datang Golkar akan ditinggalkan para kader. Bahkan pada pemilu 2024 Golkar akan menjadi "dinosaurus".
"Maka pada 2024 Partai Golkar akan berpotensi jadi dinosaurus tinggal kenangan, ada tapi sebetulnya tidak ada. Contoh Jakarta sebagai barometer nasional pusat pemerintahan Golkar saat ini menempati posisi ke 9. Bisa jadi pada pemilu 2024 Golkar ada pada posisi ke 5 menurut asumsi saya dia akan kalah dengan PDIP, Gerindra, Nasdem, PKB, mungkin akan kalah dengan PKS," ucapnya.
Lanjut Agun, Partai Golkar akan selamat, jika Calon Ketum kedepan mampu menjawab lima pertayaan. "Pertama, Calon Ketum kedepan apakah bisa fokus jadikan Golkar sebagai partai idiologi yang berkomitmen kepada negara dan bangsa," beber Agun.
"Fraksi dan DPP Golkar harus menyikapi isu ekonomi, isu radikalisme dan isu-isu lainnya yang merugikan rakyat dimana Golkar sebagai partai idiologi, kontribusi apa yang sudah diberikan oleh Golkar terhadap penyelengaraan pemerintahan baik di era SBY, dan Jokowi saat ini," tambahnya.
Yang kedua, lanjut Agun, apakah mampu Partai Golkar lima tahun kedepan betul-betul partai kader.
"Karena saya mempertayakan orang yang menjadi Gubernur, Bupati dan DPR saat ini saya pertayakan apakah mereka kader Golkar. Kenapa itu terjadi, karena kaderisasi tidak konseptional dan tidak berjalan. Yang seharusnya kaderisasi berjenjang," jelasnya lagi.
Yang ketiga, apakah Airlangga dan Bamsoet dapat menjalankan agresiasi kepartaian dalam melakukan sosilisasi dalam melakukan kaderisasi dengan konsisten rekrukmen dengan norma objektif AD/ART partai.
"Saya gugat Airlangga sodara Bambang Soesatyo menerapkan prinsip PDLT dalam setiap kebijakan," tegasnya.
Keempat, mampu kah Airlangga dan Bamsoet lima tahun kedepan menarik simpatik kaum milenial. "Pertayaan saya anak milenial mana yang sudah di rekrut ke Partai Golkar, harusnya aktivis-aktivis kampus," katanya.
Yang kelima, mampukan anda menjalankan pola management kepemimpinan apa itu leadership, apa itu managemen harus dia bedakan.
"Kalau dia bisa menjalankan itu PDIP lewat apalagi Gerindra dan lain-lainya Golkar akan the winner pada 2024," tutup Agun.