Pasar Pro- Biden, Penghitungan Ballot Masih Alot

Dalam versi Google yang merujuk pada Associated Press untuk menuju Gedung Putih, Biden hanya perlu enam suara elektoral lagi karena minimal mengumpulkan 270 suara elektoral untuk menjadi Presiden AS. Skornya 264 untuk Biden dan 214 untuk Trump. Sedangkan versi CNN menunjukkan posisi 253 vs 213. Setiap ballot atau kartu suara menjadi semakin berharga nilainya.  

Pasar Pro- Biden, Penghitungan Ballot Masih Alot
biden vs trump @usatoday

MONDAYREVIEW.COM - Dalam versi Google yang merujuk pada Associated Press untuk menuju Gedung Putih, Biden hanya perlu enam suara elektoral lagi karena minimal mengumpulkan 270 suara elektoral untuk menjadi Presiden AS. Skornya 264 untuk Biden dan 214 untuk Trump. Sedangkan versi CNN menunjukkan posisi 253 vs 213. Setiap ballot atau kartu suara menjadi semakin berharga nilainya.  

Kebijakan politik dan ekonomi kedua capres menjadi sorotan baik dalam maupun luar negeri. Setiap negara membuat analisis apa dampaknya bila salah satunya memenangkan pertarungan demokratis ini. Jika Joe Biden menang dalam Pilpres AS, dalam jangka pendek mendorong aliran modal asing ke sejumlah negara berkembang, termasuk Indonesia, karena sesuai ekspektasi pasar.

Dengan slogan Make America Great Again membuat Trump populer di dalam negerinya namun memicu kegelisahan global. Perang Dagang yang menekan Tiongkok membuat ekonomi dunia tidak menentu. Buat Amerika Serikat dalam jangka pendek memang mendongkrak pertumbuhan ekonomi mereka. Namun tidak bagi dunia. Itulah mengapa dampaknya positif, dalam arti jika Biden terpilih maka akan lebih menjanjikan kepastian, sementara selama periode Trump, pasar keuangan global gonjang-ganjing karena kebijakannya ekstrim.

Stabilitas atau kepastian adalah surga bagi pengusaha dan investor pada umumnya. Pelaku pasar keuangan global membutuhkan ketenangan dan kepastian karena tensi perang dagang diperkirakan akan menurun, atau bahkan diakhiri jika Biden memenangkan Pilpres AS.

Biden adalah angin segar bagi pelaku keuangan global dan jangka pendeknya, memunculkan eforia yang mendorong aliran modal mengalir ke negara berkembang. Di tengah upaya bangkir dari resesi dan kerja keras melawan pandemi aliran investasi menjadi mimpi seluruh pemimpin negeri. Tanpa modal bagaimana dapat menciptakan lapangan usaha dan lapangan kerja. Tanpa tumbuhnya usaha dan terserapnya angkatan kerja maka negara tak dapat memungut pajak. Pada gilirannya negara tak mampu menutupi kebutuhan anggarannya alias bangkrut.

Yang dicari pelaku pasar adalah suasana tenang. Dan Biden mewakili wajah AS yang lebih menjanjikan kerjasama saling menguntungkan alih-alih ribut dan mencari gara-gara. Meski semua sikap politik dan tindakan Trump tentu memiliki alasan dan pembenarannya sendiri. Yang penting kepastian perang dagang, berkurangnya konflik, ketegangan antar-wilayah itu memperbaiki aliran modal ke negara-negara berkembang termasuk ke Indonesia

Walaupun keadaan masih belum menentu terkait selisih suara yang sangat tipis dalam Pilpres AS namun angka sementara mampu mendongkrak pergerakan indeks harga saham menguat khususnya di kawasan Asia setelah Biden sementara ini unggul dan diapresiasi pasar keuangan. Korelasi antara perolehan angka yang mengunggulkan Biden dengan respon pasar terkonfirmasi.

Tentu secara umum kebijakan politik AS tidaklah berubah. Negara adikuasa initetap akan mempertahankan dominasinya dalam mengatur dunia. Termasuk bila perlu mencampuri kebijakan politik sebuah negara. Sementara itu untuk jangka menengah panjang pelaku pasar keuangan global mengharapkan ada perbaikan iklim perdagangan dunia dan perang dagang menurun. Setelah itu diharapkan memperbaiki harga komoditas sehingga berdampak ke Indonesia.