Panglima TNI: Umat Islam Tidak Mungkin Melakukan Makar
Itu tidak mungkin, buktinya Aksi 411 dan Aksi 212 damai, aman, dan tertib. Ini kan berita hoax saja yang menyampaikan seperti itu (kudeta/makar).

MONDAYREVIEW.COM- Sejumlah aksi Gerakan Nasional Pembela Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI) yang telah dilakukan terbukti berjalan damai. Dan tidak ada maksud untuk melakukan gerakan makar terhadap Presiden Joko Widodo.
Aksi bela Islam yang kembali digelar pada Jumat (5/5) kemarin, juga terbukti menjadi aksi yang simpatik tanpa adanya tindakan kekerasaan selama aksi tersebut berlangsung. Aksi bela Islam tersebut bertujuan untuk mengawal dan mendukung independensi hakim dalam kasus dugaan penistaan agama yang dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo pada acara talkshow #PanglimaDiRosi di kompas TV, Jumat (5/5) mengungkapkan bahwa dirinya tidak melihat pada aksi tersebut didomplengi kelompok tertentu untuk melakukan makar terhadap pemerintahan yang sah. “Tidak ada yang mendomplengi aksi ini,” tegas Gatot.
Bahkan Gatot merasa tersingung dengan pertanyaan yang dilontarkan presenter Rosiana Silalahi bahwa umat Islam akan melakukan gerakan makar. Baginya tuduhan tersebut menyakiti umat Islam. "Kudeta Presiden Jokowi, saya agak tersinggung dikatakan seperti itu, karena saya sebagai umat Islam juga," kata sambil melempar senyum.
Lebih lanjut Gatot mengungkapkan sebagai mayoritas masyarakat Indonesia, umat Islam memiliki peran penting berjuang untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Para Kiai dan ulama merupakan motor perjuangan merebut kemerdekaan. Mereka bergerak bersama santi dan masyarakat, gotong royong.
"Jadi yang memerdekakan bangsa ini adalah mayoritas umat Islam, umat Katolik, umat Hindu, umat Buddha, dari berbagai macam suku yang tinggal di sini," tegasnya.
Maka itu, Gatot menegaskan dengan melihat sejarah bangsa maka tidak mungkin umat Islam yang akan menghancurkan bangsa Ini. Pasalnya mereka sangat cinta dengan NKRI.
"Itu tidak mungkin, buktinya Aksi 411 dan Aksi 212 damai, aman, dan tertib. Ini kan berita hoax saja yang menyampaikan seperti itu (kudeta/makar). Sehingga menakut-nakuti kita semuanya. Jangan takut, karena Indonesia tidak bisa ditakut-takuti, karena kita adalah kumpulan manusia yang berjiwa satria dan patriot," jelasnya.
Sementara itu Ketua Setara Institute , Hendardi menyayangkan pernyataan Panglima TNI, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo yang menyebut isu upaya makar sebagai hoax atau informasi sesat. Menurutnya Panglima justru telah merendahkan integritas institusi TNI sendiri.
Seharusnya sebagai elemen institusi negara memberi dukungan kepada institusi penegak hukum, dalam hal ini Polri, yang sedang melakukan penyidikan dugaan kasus makar. Baginya apa yang telah dilakukan Gatot bisa dikatakan obstruction of justice (menghalangi proses hukum).
"Artinya, pernyataan Panglima TNI dapat mengganggu proses penyidikan. Betapapun pernyataan itu tidak ditujukan mengganggu penyidikan, sebuah pernyataan terbuka jelas menimbulkan dampak di tengah masyarakat," katanya seperti dilansir Rmol, Jumat (5/5).
Setara Institute menilai pernyataan Panglima TNI lebih menyerupai pernyataan politikus sekaligus menggambarkan persoalan di dalam tubuh TNI. Karena itu, Presiden Joko Widodo perlu bersikap.
"Presiden Jokowi sudah semestinya mengingatkan Panglima TNI untuk tidak offside dalam berkomentar karena dapat mengganggu stabilitas keamanan," tegasnya.