Panglima TNI: Separatis di Dunia Maya Sangat Serius

Disadarai bahwa dunia maya memiliki implikasi lebih besar daripada dunia nyata.

Panglima TNI:  Separatis di Dunia Maya Sangat Serius
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto (dok : Puspen TNI-Monitorday.com)

MONITORDAY.COM - Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengatakan, dunia maya telah menjadi dunia kedua yang memiliki arena baru dalam kehidupan sosial.

Diketahui, Indonesia memiliki penduduk terbesar ke-4 di dunia memiliki jejak dunia maya. Menurut menkominfo, jumlah pengguna internet Indonesia di 2020 menembus angka 196,7 juta orang," jelasnya.

"Disadarai bahwa dunia maya memiliki implikasi lebih besar daripada duni nyata. Ancamannya sangat serius dan lebih luas, semua yang ada di dunia nyata ada di dunia maya," Kata Panglima dalam Virtual Seminar bertajuk  'Pelatihan Sinergi Anak Bangsa dalam Menjaga Keutuhan Bangsa dan Negara dari Aksi Separatisme di Dunia Maya' di Puspen TNI Jakarta, Sabtu (21/11/2020).

Dunia maya pun melahirkan media sosial yang memproduksi segalanya serba elektronik seperti e-commerce, e-government, e-business, e-lifestyle termasuk seminar virtual saat ini.  

Panglima TNI juga menyebutkan bahwa media sosial yang lahir karena dunia maya seperti FB, twiter, instagram dan ragam sosmed lainnya, ternyata dapat pula dijadikan sebagai komuniaksi politik. 

Medsos juga dijadikan sebagai gerakan sosial yang masif di berbagai negara. Salah satu contoh Arab spring, dimana mobilisasi dunia maya, mampu mengguncang masyarakat bahkan menumbangkan kekuasaaan pemerintahan di sejumlah negara Arab dan Afrika Utara.

Mau tidak mau, harus diakui bahwa medsos bisa dimanfaatkan sebagai  kanal propaganda, media perang urat syaraf yang berpotensi pada perpecahan.

Begitupun dengan aksi separatisme di media sosial,  sebut saja Benny Wenda (BW) dan Veronica Koman Liau (VKL) yang selama ini mencitrakan Pemerintah Indonesia tidak memiliki kepedulian di tanah papua. Faktanya,  merekalah yang membawa keburukan di tanah papua.

Mereka kerap kali menyebar hoaks dan provokasi di media sosial yang memicu kerusuhan massa. Selain itu, mereka juga  aktif menyampaikan narasi-narasi, foto maupun video yang bersifat provokatif terkait kerusuhan Papua melalui akun media sosialnya. 

Baik VKL dan BW patut diduga menjadi dalang kerusuhan Papua dan Papua Barat. Memanasnya situasi di Papua dan Papua Barat pada Agustus 2019 lalu juga diduga ada peran mereka yang menyebarkan konten provokatif dan hoaks di media sosial.

Aksi para separatis ini sengaja  mebenturkan masyarakat, menjadi terpolarisasi, narasi yang terbangun adalah ketidakpercayaan kepada pemerintah, seolah-olah tidak memperhatikan kepentingan rakyat. 

Bahasa yang digunakan adalah profokatif, isu-isu yang sensitif, membangkitkan emosi masyarakat dan dapat terjadi eskalasi yang memiliki tendensi anarkis dan kerusuhan sosial.

Langkah semacam itu adalah aksi propaganda untuk memecah belah,  dalam bahasa kekiniannya adalah politik identitas, sejatinya penjajah menggunakan politik identitas untuk mengadu domba bangsa, tidak bersatu dan mudah di jajah.

Penggunaan medsos tampaknya lebih efektif untuk mempengarahui atensi dunia serta memanfaatkan panggung diplomasi internasional sebagai mandala alternatif. 

Munculnya ancaman separatisme du dunia maya seyogyanya mendorong kesadaran semua pihak untuk memberikan perhatian lebih terhadap keutuhan NKRI.

Sistem pertahanan semesta harus dimaknai tidak hanya fisisk semata tapi juga non-fisik seperti digital dan peran sumber daya pertahanan sangat dibutuhkan untuk membangun kekuatan Indonesia menghadapi ancaman separatisme.

Berkaca dengan kondisi media massa saat ini, TNI bersama seluruh komponen bangsa perlu menguatkan sinergi, termasuk generasi muda agar mampu memanfaatkan media sosial sebagai sarana pemersatu bangsa. 

Pasalnya, kemajuan teknologi informasi seperti sekarang sangat rawan disusupi oleh berita bohong (Hoaks) dan narasi pemecah persatuan Indonesia.

Menutup sambutannya, Panglima mengutip pernyataan Presiden Soekarno yang sangat fenomenal.

" Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia," ucap Panglima seraya mengajak generasi muda untuk menjadi agen perubahan yang mampu mendorong bangsa ini lebih bersatu, maju, unggul dan berkualitas bukan menjadi penghasut dan penyebar berita bohong.