Biden ataupun Trump, Keduanya Dinilai Punya Prospek Baik bagi Indonesia
Dalam perjalanannya, Indonesia telah erat melakukan kerjasama dengan Amerika Serikat, tidak memandang berasal dari partai mana presiden yang tengah menjabat.

MONITORDAY.COM – Pasca pemilihan presiden Amerika Serikat, yang mengahadapkan Donald Trump dengan Joe Biden, publik banyak menaruh perhatian soal siapa yang akan memenangkan kontestasi dan dampaknya nanti terhadap suatu negara, termasuk Indonesia.
Menanggapi hal itu, Konsul Jendral RI di New York Arifi Saiman menilai, sebenarnya siapapun yang terpilih menjadi presiden, akan sama-sama mempunyai prospek baik bagi Indonesia. Menurutnya, baik Biden maupun Trump, keduanya memiliki kekhasan sendiri yang harus diambil peluangnya oleh Indonesia.
“Dalam hubungan dengan Amerika Serikat, sebenarnya keduanya memiliki prospek baik, tergantung kita mengelola hubungan tersebut,” kata Arifi, dalam diskusi virtual KOPI PAHIT, bertajuk “Tinjuauan Geo Politik Asia Pasca Pilpres As, pada Sabtu (21/11) malam.
Ia mencontohkan, ketika Trump menjabat sebagai presiden, AS telah memberi keuntungan bagi Indonesia dengan memperpanjang fasilitas Generalized System of Preferences (GSP), atau fasilitas perdagangan berupa pembebasan tarif bea masuk guna meningkatkan akses pasar masuk ke negeri Paman Sam tersebut.
“Kita satu-satunya negara yang di Asia Tenggara yang diperpanjang (fasilitas GSP). Itu sangat menguntungkan terutama bagi UMKM kita, yang tadinya hanya 700 produk bisa masuk, sekarang bisa 3000,” kata Arifi.
Begitu pula jika nanti Biden terpilih di Pilpres AS, menurut Arifi, tuntu ada peluang yang bisa diambil dan dimanfatkan oleh Indonesia. Misalnya ketika kampanye, calon dari partai Demokrat itu cukup konsern terhadap isu perubahan iklim. Hal itu dinilai bisa jadi peluang bagi Indonesia.
Konjen Arifi pun mengingatkan bahwa dalam perjalanannya Indonesia telah erat melakukan kerjasama dengan Amerika Serikat, tidak memandang berasal dari partai mana presiden yang tengah menjabat.
“Kita ketahui dengan Presiden dari Partai Republik sudah 7 kali bekerjasama, sedangkan dengan Demokrat kita 6 kali, termasuk jika Joe Biden kali ini menang (Pilpres),” kata dia.
Meski begitu, hal penting yang patut diperhatikan menurut Arifi, adalah memahami platform partai yang ada di AS. Baik Partai Republik maupun Demokrat, keduanya dinilai mempunyai isu-isu yang penting diperjuangkan.
Karena itu, Arifi mengatakan, pihaknya saat ini sudah memetakan peluang apa saja yang bisa dimanfaatkan oleh Indonesia dalam hubungan perdagangan dengan AS.
“Jadi masing-masing memiliki kekhasan yang bisa kita petakan, peluang apa saja yang bisa kita maksimalkan,” ungkapnya.
Seperti diketahui, di Pilpres AS tahun 2020, Joe Biden dari Partai Demokrat telah dinyatakan sebagai pemenang. Namun hasil tersebut ditentang oleh sang rival, Donald Trump. Hingga berita ini ditulis, belum ada tanda-tanda dari Trump untuk mengakui kekalahannya. Bahkan Ia terus-menerus mengklaim dirinya adalah pemenang pemilu, dan menegaskan telah terjadi kecurangan yang masif, terstruktur dan sistematis.