Pandemi dan Industri Syariah

MONITORDAY.COM - Sabar dan shalat adalah solusi dalam menghadapi berbagai permasalahan. Kini Indonesia dan ummat Islam menghadapi situasi sulit akibat dampak pandemi. Maka kembali kepada kekuatan sabar dan shalat dengan mengelaborasi nilai dan hikmah yang terkandung di dalamnya menjadi penting.
Industri syariah harus tetap berupaya mengatasi keadaan sembari meningkatkan efisiensi dan sustainabilitas organisasi bisnisnya. Atau dengan kata lain mampu menggali spirit atau hikmah sabar dan shalat dalam upaya pemulihan ekonomi nasional.
Substansi tersebut terungkap dalam paparan peneliti M. Luthfi Hamidi dalam sebuah webinar yang diselenggarakan Universitas Diponegoro yang berjudul Penguatan Industri Syariah: Perspektif Quranomics pada April 2021.
Di awal Luthfi memulai mengungkapkan dampak global dan lokal pandemi Covid-19. Tahun 2020 memang menjadi tahun yang sangat berat bagi perekonomian dunia. Namun tahun ini keadaan diprediksi semakin membaik dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi rerata di angka 5%. Indonesia adalah bagian dari komunitas internasional dalam ekosistem yang semakin terhubung. Pandemi global ini menjadi masalah bersama yang harus dihadapi ummat manusia.
Namun demikian kondisi ini masih sangat labil. Pandemi masih belum terkontrol secara global. Angka pertambahan jumlah kasus masih cukup tinggi. Demikian juga dengan angka kematian global. Perkembangan pandemi yang terjadi di suatu negara akan sangat mempengaruhi suasana dan kondisi negara lain terutama kondisi psikologis publik dan geliat roda perekonomiannya.
Indonesia berada dalam situasi yang juga memprihatinkan jika dibandingkan dengan negera-negara jiran. Indonesia kalah jauh dari Vietnam, meski sedikit lebih baik dari Pilipina dalam upaya penanganan pandemi maupun pemulihan ekonomi nasional.
Mengutip dari sebuah penelitian atas lebih dari seribu bank di dunia, Luthfi menegaskan bahwa bank sangat terdampak baik dilihat dari data market based maupun accounting based. Di Indonesia APINDO memperkirakan bahwa 40 juta UMKM akan bangkrut dihantam pandemi. Dan 85,4% UMKM tak akan bertahan setahun melewati pandemi. Hal yang agak menggembirkan adalah berbagai skema bantuan yang digulirkan Pemerintah termasuk bagi UMKM melalui PT Jamkrindo maupun PT Askrindo.
NPL (non-performing loan) atau kredit macet ada pada kisaran 3,06 persen. Angka ini tentu perlu mendapat perhatian meski masih di bawah ketentuan 5%. Apalagi indikator ROA turun cukup signifikan.
Terkait dampak bagi industri syariah, Luhfi mengungkapkan bahwa para investor kini memandang sukuk dan obligasi lebih aman. Disamping itu berbagai kebijakan Pemerintah juga mendorong industri fintech syariah. Hal penting lainnya adalah persepsi publik semakin baik terhadap Islamic social finance. Di mata publik Zakat, infaq, sedekah dan sejenisnya sangat menolong dalam situasi sulit seperi hari ini.
Luthfi juga mengungkapkan bahwa digitalisasi yang juga dapat dipandang sebagai bentuk dari ikhtiar yang menjadi turunan sabar dan shalat bermanfaat dalam meningkatkan kinerja keuangan, sustainabilitas organisasi, dan pada akhirnya efisiensi. Nilai-nilai tersebut dapat dipandang sebagai dasar Quranomics.
Dari manfaat tersebut dapat diturunkan berbagai langkah dan produk yang mampu meningkatkan kemampuan digitalisasi bank menuju a truly digital bank. Disamping semakin merebak dan menguatnya investasi melalui digital bank.
Kini bank juga semakin banyak yang menawarkan pembukaan rekening online. Kendala dalam tatap muka atau interaksi langsung dapat diatasi dan dicarikan jalan keluarnya. Perbankan dan dunia usaha pada umumnya juga semakin mengutamakan aspek security sebagai prioritas, meningkatkan upaya deteksi dini dan pencegahan fraud, serta semakin menguatkan upaya edukasi dalam mendidik nasabah.