Agustus Ekonomi Indonesia Harus Bangkit
Pariwisata hampir berhenti total tak kurang dari tiga bulan, harga komoditas merosot ke angka yang sangat rendah, toko-toko dan restoran kosong dan tutup. Semua sektor terdampak. Dari sektor riil hingga finansial. Dari mal hingga kakilima. Banyak usaha gukung tikar dan angka pengangguran dan kemiskinan pun meningkat. Pageblug Korona berakibat luas. Dunia harus bergandeng tangan mengatasi dampaknya. Pertahanan manusia mengendalikan laju penyebaran virus ini sudah jebol. Beberapa negara mengalami krisis layanan kesehatan yang memprihatinkan. Disusul oleh resesi ekonomi yang dipastikan membutuhkan waktu pemulihan yang panjang.

MONDAYREVIEW.COM – Pariwisata hampir berhenti total tak kurang dari tiga bulan, harga komoditas merosot ke angka yang sangat rendah, toko-toko dan restoran kosong dan tutup. Semua sektor terdampak. Dari sektor riil hingga finansial. Dari mal hingga kakilima. Banyak usaha gukung tikar dan angka pengangguran dan kemiskinan pun meningkat.
Pageblug Korona berakibat luas. Dunia harus bergandeng tangan mengatasi dampaknya. Pertahanan manusia mengendalikan laju penyebaran virus ini sudah jebol. Beberapa negara mengalami krisis layanan kesehatan yang memprihatinkan. Disusul oleh resesi ekonomi yang dipastikan membutuhkan waktu pemulihan yang panjang.
Krisis ekonomi global yang dipicu oleh pandemi COVID-19 telah melanda Indonesia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan akan turun ke nol persen pada tahun 2020. Konsumen yang lelah dan pembatasan mobilitas yang diberlakukan untuk mengekang penyebaran virus telah menyebabkan ekonomi sangat tertekan.
Pemulihan akan dilakukan secara bertahap, dan pertumbuhan PDB riil diproyeksikan mencapai 4,8 persen pada tahun 2021, hanya bangkit kembali menjadi 6,0 persen pada tahun 2022. Hal ini didasarkan pada laporan Prospek Ekonomi Indonesia Juli 2020 Bank Dunia, yang dirilis akhir Juli 2020.
Dampaknya terhadap mata pencaharian juga sangat parah, dengan sebagian besar orang Indonesia mengalami kerugian pendapatan. Tanpa perluasan bantuan sosial yang signifikan, sebanyak 5,5 juta orang Indonesia dapat terjerembab ke dalam kemiskinan karena goncangan Covid-19.
Untuk menanggapi krisis, Pemerintah Indonesia telah mengumumkan paket fiskal sebesar 4,3 persen dari PDB. Paket termasuk dana untuk meningkatkan kesiapsiagaan sektor kesehatan dan peningkatan besar dalam bantuan sosial.
Jika benar-benar dicairkan dan tepat sasaran, paket stimulus itu bisa sangat membantu mengurangi dampak pandemi terhadap kemiskinan, menurut laporan itu.
Bank Dunia menyambut tanggapan kuat dari Pemerintah Indonesia untuk mengurangi dampak krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya ini. Sangat penting bahwa paket ini sekarang dilaksanakan secara efektif untuk memiliki dampak sepenuhnya pada masyarakat dan ekonomi. Demikian dikatakan Satu Kahkonen, Direktur Negara Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste.
Bank Dunia juga didorong agar Pemerintah ingin mengubah krisis ini menjadi peluang dengan memajukan reformasi penting untuk meningkatkan daya saing, yang akan meletakkan fondasi yang kuat untuk pemulihan yang lebih kuat.
Laporan Prospek Ekonomi Indonesia edisi Juli 2020 oleh Bak Dunia juga menguraikan strategi untuk membantu negara membangun kembali lebih baik dari krisis, termasuk dengan membangun perluasan cakupan perlindungan sosial yang didorong oleh pandemi dan menutup celah yang baru diidentifikasi dalam sistem, dan mempercepat pengiriman perawatan kesehatan universal untuk semua.
Untuk mengekang dampak pandemi secara efektif, keputusan pemerintah untuk mengubah prioritas pengeluaran dan meningkatkan defisit anggaran mutlak diperlukan. Menurut Frederico Gil Sander, Ekonom Utama Bank Dunia untuk Indonesia.
Ke depan, pengeluaran yang lebih tinggi untuk kesehatan, perlindungan sosial dan infrastruktur masih akan dibutuhkan, yang membuat reformasi pajak untuk meningkatkan pendapatan fiskal sangat penting untuk meratakan kurva utang dan mempertahankan kerangka makroekonomi Indonesia yang kuat.
Stimulus di bidang perlindungan sosial, realisasinya meningkat dari 28,63 persen pada 17 Juni 2020 menjadi 34,06 persen. Ketepatan dalam sasaran program bantuan sosial akan sangat berarti dalam upaya mendongkrak daya beli. Kebutuhan pokok terutama pangan menjadi komoditas yang terus meningkat kebutuhannya.
Untuk insentif dunia usaha dari sisi perpajakan, realisasinya naik dari 6,8 persen menjadi 10,4 persen. Stimulus fiskal dukungan untuk UMKM, realisasinya meningkat cukup signifikan dari 0,06 persen menjadi 22,74 persen. Ini menyusul ditempatkannya dana pemerintah pada Bank Himbara sebesar Rp30 triliun.
Maka jika tak ada gelombang kedua pandemi dan ekonomi dunia mulai kembali pulih Indonesia diharapkan mampu kembali menemukan posisinya untuk menemukan momentumnya memperbaiki sendi-sendi perekonomian. Harapannya agar terhindar dari jurang resesi yang secara psikologis akan mempengaruhi optimisme khalayak dan pasar.
Agustus bulan Kemerdekaan, saatnya Indonesia bangkit kembali menjadi bangsa yang kuat dan bersatu menghadapi tantangan masa depan.