Niat yang Lurus, Niscaya bawa Keberkahan dalam Hijrah

Hijrah berasal dari kata hajara-yahjuru berarti memutuskan, meninggalkan, berpisah. Hijrah dalam Al-Qur'an memiliki tiga pengertian.
Pertama, hijrah secara fisik seperti disebutkan dalam ayat: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu satu sama lain lindung-melindungi. Dan (terhadap) orang-orang yang beriman, tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikit pun atasmu melindungi mereka, sebelum mereka berhijrah." (Q.S. al-Anfal/8:72).
Kedua, hijrah juga berarti melakukan pemisahan secara psikis, secara biologis antara ayah dan anak tidak bisa dipisahkan tetapi secara psikologis bisa saja antara keduanya berjauhan, seperti yang ditunjukkan Nabi Ibrahim dengan Ayahnya, yang terkenal bukan hanya penyembah berhala tetapi pembuat berhala untuk disembah orang lain.
Ketiga, hijrah dalam arti pemisahan secara spiritual. Di dalam Al-Qur’an disebutkan beberapa contoh, antara lain: "Dan perbuatan dosa tinggalkanlah". (Q.S. al-Muddatsir/74:5).
Hijrah juga dapat kita maknai sebagai berpindah. Berpindah dari yang buruk menjadi lebih baik. Berani melawan nafsu diri, berpindah dan berubah untuk kebaikan.
Rupa yang berbeda, bahasa, dan budaya tidak menghalangi satu keyakinan dan keimanan yang dimiliki kaum muslimin untuk berhijrah. Pengharapan, hajat, dan doa sebagai bentuk kepasrahan seorang hamba pada yang ilahi.
Umat islam yang datang berkunjung ke rumah-Mu dengan tujuan, doa, dan harapan masing masing. Berharap dapat pulang membawa keyakinan baru, iman yang lebih kuat dan kokoh.
Niat yang ikhlas dan mulia dalam beribadah, niscaya mampu membawa umat untuk hijrah.