Narsisme di Baliho Elit Partai Politik

MONITORDAY.COM - Himbauan politisi di masa pandemi melalui baliho memang tidak ada yang salah. Bahkan, apresiasi perlu diberikan.
Mulai foto sang politisi yang lebih besar daripada ungkapan nasehat, hingga kata-kata yang menarik untuk dikaji secara semiotika, rasa-rasanya ada aura narsis yang tak dapat disembunyikan dari baliho yang bertebaran seantero nusantara.
Begitupun dengan banyaknya kegiatan baksos hingga vaksinasi yang tak jauh dari intrik narsistik.
Studi terbaru menunjukkan bahwa ada cukup banyak orang narsis yang tertarik pada politik. Keterlibatan orang narsis di dalam politik dinilai dapat membahayakan demokrasi.
"Fungsi demokrasi yang sukses membutuhkan kepercayaan pada institusi, efikasi, dan keterlibatan dalam proses demokrasi," jelas profesor di bidang ilmu politik dari Penn State University Peter Hatemi, seperti dilansir laman Health 24.
Peter Hatemi mengatakan narsisme adalah sebagai kombinasi antara keegoisan, perasaan berhak untuk mendapatkan yang lebih baik dari yang sudah dimiliki, dan kebutuhan untuk dikagumi.
Lebih lanjut, Peter Hatemi menilai akan timbul ancaman bila ada lebih banyak orang narsis yang terlibat dalam proses demokrasi yang mendorong narsisme di muka publik.
Dalam studi ini, tim peneliti melakuakn survei terhadap ribuan orang di Amerika Serikat (AS) dan Denmark. Tim peneliti mendapati bahwa narsisme berkaitan dengan partisipasi yang lebih tinggi di masa awal politik. Misalnya, menghubungi pembuat keputusan dan mempublikasikan pendapat mereka.
Sebagai tambahan, orang dengan tingkat narsisme yang lebih tinggi juga cenderung lebih vokal dalam bersuara. Hal ini membuat politisi cenderung lebih mendengar suara orang-orang dengan tingkat narsisme yang tinggi tersebut.
Sementara itu, Analis politik dari Exposit Strategic, Arif Susanto, menilai baliho partai politik yang menampilkan elitenya di tengah pandemi Covid-19 justru tak memberikan kecerdasan politik bagi masyarakat. Sebaliknya, ia menilai langkah tersebut merupakan bentuk narsisme politik.
Ia mengatakan, ada tiga indikasi yang menunjukkan bahwa tokoh yang ditampilkan dalam baliho-baliho tersebut menunjukkan rasa narsis terhadap dirinya. Pertama, mereka ingin perhatian masyarakat terpusat padanya saat ini.
Kedua, mereka yang ditampilkan dalam baliho adalah sosok yang memiliki kewenangan dalam pengambilan kebijakan penanganan Covid-19. Karena itu, ia menilai bahwa mereka merasa memiliki peran yang penting saat ini.
Terakhir, ia melihat adanya penyempitan empati dari para elite politik saat ini. Sebab, menampilkan baliho-baliho tersebut seakan-akan tak menunjukkan keprihatinannya terhadap masyarakat yang terdampak akibat Covid-19.
Saat ini di sejumlah wilayah sudah terpampang baliho-baliho yang menampilkan elite partai politik.
Beberapa di antaranya adalah Ketua DPR sekaligus Ketua DPP PDIP Puan Maharani, Ketua Umum Partai Demokrat AHY, Ketua Partai Golkar sekaligus Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto, dan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang juga Wakil Ketua DPR Muhaimin Iskandar.
Selfie dulu ah, biar narsis.