Multitafsir Pembacokan Hermansyah

Ibaratnya satu foto, maka bisa bermunculanlah ragam tafsir dan ragam bumbu analisa.

Multitafsir Pembacokan Hermansyah
Tersangka pengeroyok Hermansyah, Edwin Hitipeuw (37 tahun) dan Lauren Paliyama (31 tahun) (breaking news)

MONDAYREVIEW.COM – Pembacokan terhadap pakar telematika Hermansyah dimaknai oleh publik dengan multitafsir. Hal ini sesungguhnya wajar, mengingat suatu peristiwa memang selalu memiliki peluang untuk ditafsirkan dengan beragam perspektif. Terlebih Hermansyah merupakan saksi ahli dalam kasus yang menjadi magnet perhatian publik, yakni kasus dugaan chat mesum Habib Rizieq Shihab.

Pakar telematika ITB ini meyakini bahwa chat yang ada merupakan palsu. Pembacokan terhadap Hermansyah menimbulkan praduga bahwa ada keterkaitan dengan kesaksian dan keahlian Hermansyah. Dalam hal ini tentu pihak Kepolisian harus mengungkap secara benderang perkara pembacokan Hermansyah.

Setelah tertangkapnya tersangka pengeroyok Hermansyah, Edwin Hitipeuw (37 tahun) dan Lauren Paliyama (31 tahun), tak berarti tafsir terhadap peristiwa tersebut seragam. Pihak Kepolisan telah memberikan penjelasan, namun bisa jadi tafsir masyarakat tidak berkesesuaian. Apalagi dengan munculnya foto pertemuan tersangka pengeroyok Hermansyah, Edwin Hitipeuw (37) dan Lauren Paliyama (31) dengan Kapolda Metro Irjen M Iriawan, Kapolres Depok Kombes Herry Heryawan, dan Kapolres Jakarta Timur Kombes Andry Wibowo, dalam suasana santai.

Ibaratnya satu foto, maka bisa bermunculanlah ragam tafsir dan ragam bumbu analisa. Terlebih di publik saat ini persepsi yang menguat adalah hubungan panas dingin antara Kepolisan dengan umat Islam.

Maka dalam hal ini Kepolisian dinanti untuk dengan cermat dan hati-hati dalam mengungkap kasus ini. Kepolisian juga diharapkan tidak mengeluarkan pernyataan sumir yang dapat memperkeruh situasi dan mengaburkan dari inti kasus.

Sementara itu bagi umat Islam juga hendaknya tidak termakan oleh berita bohong. Telusuri dulu fakta dan kebenaran suatu peristiwa. Bijaklah dalam mencari informasi dan melakukan klarifikasi sebelum menyebarkan berita. Di era kebermelimpahan informasi dan simpang siurnya berita, umat Islam diharapkan memiliki kemelekan literasi untuk memilah dan memilih informasi.