MUI Gandeng UAI Gelar Diskusi Pra Kongres Umat Islam Indonesia ke-7

Acara yang menghadirkan Wasekjen MUI Pusat, Dr Amirsyah Tambunan ini mengusung tema "Strategi Perguruan Tinggi Mewujudkan Moslempreneur"

MUI Gandeng UAI Gelar Diskusi Pra Kongres Umat Islam Indonesia ke-7
Istimewa

MONITORDAY.COM - Universitas Al-azhar Indonesia (UAI) bekerjasama dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat menggelar Forum Group Discussion (FGD) bertema "Strategi Perguruan Tinggi Mewujudkan Moslempreneur" di Ruang Serbaguna, UAI  Jakarta pada Rabu (12/02/20).

Acara yang menghadirkan Wasekjen MUI Pusat, Dr Amirsyah Tambunan sebagai narasumber ini juga digelar dalam rangka menyambut penyelenggaraan Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) ke-7 di Bangka Belitung, pada 26-29 Februari 2020 mendatang.

Dalam sambutannya, Rektor UAI, Prof. Dr. Ir. Asep Saefuddin, M.Sc., mengatakan, pihaknya menyambut baik acara FGD kali ini yang mengundang Dr Amirsyah Tambunan dari MUI Pusat sebagai pembicara.

Ia juga mengaku, mendukung penuh penyelenggaraan KUII yang nantinya akan digelar pada akhir bulan Februari 2020. Karena itu, Prof Asep berharap hasil dari diskusi (FGD) yang digelar di UAI dapat memberikan masukan dalam acara KUII ke-7 tersebut.

"Sejalan dengan Tema KUII ke-7, UAI bertekat memberikan kontribusi atas persoalan rendahnya enterpreneurship di Indonesia. Untuk itu, ke depan kami akan menjadikan UAI sebagai pusat Perguruan Tinggi enterpreneurship," ujarnya.

Sementara itu, Dr Amirsyah Tambunan dalam pemaparannya menegaskan, bahwa untuk memperkuat enterpreneurship di perguruan tinggi perlu melakukan pembaharuan kurikulum.

"Misalnya sejak mahasiswa mendaftar di PT sudah mempersiapkan fortopolio usaha yang akan dilaksanakan. Selama mengikuti kuliah, para mahasiswa udah mendapat edukasi dan pendampingan dari dosen. Maka, ketika mahasiswa akan tamat udah mempunyai usaha yang permanen," tutur Sekjen Asosiasi Dosen Indonesia (ADI) ini.

Lebih lanjut, Dr Amirsyah menjelaskan, perubahan struktur kurikulum di Perguruan Tinggi bisa dilakukan, misalnya dengan menargetkan beban SKS minimal 144 SKS dan maksimal 160 SKS.

"Struktur 50 persen teori dan 50 persen praktik, sehingga antara teori  dan praktik bisa dilakukan secara seimbang," terangnya.

Namun masalahnya, lanjut Amirsyah mengatakan, masukan dan lulusan PT memiliki SDM terbatas, sehingga lulusan PT masih berorientasi mencari kerja, belum mampu menciptakan lapangan kerja.