Survei LSI Denny JA: Jokowi Belum Aman

Elektabilitas Presiden Jokowi masih tertinggi. Mampukah Jokowi terus unggul diantara para penantang kuat lainnya?

Survei LSI Denny JA: Jokowi Belum Aman
Peneliti LSI, Adjie Alfaraby (kanan) saat memaparkan hasil survei di Kantor LSI, Graha Rajawali Dua, Rawamangun, Jakarta Timur, Jumat (2/2/2018). Foto: Yusuf Tirtayasa/Monitorday.com

MONITORDAY.COM, Jakarta - Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA memaparkan hasil survei terbaru bertajuk 'Wajah Lama & Muka Baru Capres/Cawapres di Tahun Politik'. Hasilnya, menjelang Pilpres 2019, elektabilitas Presiden Jokowi sebagai petahana masih tertinggi dibanding capres lainnya.

 

Namun, posisi elektabilitas Jokowi dianggap belum aman. "Jokowi kuat, namun belum aman," kata Peneliti LSI, Adjie Alfaraby di Kantor LSI, Graha Dua Rajawali, Jl Pemuda No 70, Rawamangun, Jakarta Timur, Jumat (2/2/2018).

 

Hasil survei menunjukan bahwa elektabilitas Jokowi saat ini sebesar 48,50 %. Adjie menuturkan terdapat dukungan sebesar 41,20 % yang merupakan angka gabungan dari dukungan pemilih yang menyebar ke kandidat-kandidat capres lain di luar Jokowi. Sebesar 10,30 % belum menentukan pilihan.

 

Kemudian, ia menuturkan ada tiga alasan Jokowi belum aman. Pertama, publik belum merasa aman dengan permasalahan ekonomi. "Isu ekonomi yang menjadi perhatian publik adalah mahalnya harga-harga sembako, makin meningkatnya pengangguran, dan sulitnya mencari Iapangan kerja," ujar Adjie.

 

Ia menjelaskan 52,6 % responden menyatakan bahwa harga-harga kebutuhan pokok makin memberatkan mereka. Sebesar 54,0 % menyatakan bahwa Iapangan kerja sulit didapatkan. Dan sebesar 48,4 % responden yang menyatakan bahwa pengangguran semakin meningkat.

 

Kedua, Jokowi dinilai rentan terhadap isu primordial. Pihaknya memprediksi kekuatan dan isu Islam politik akan mewarnai Pilpres 2019 seperti yang terjadi pada Pilkada DKI Jakarta meski dengan kadar yang berbeda.

 

Ketiga, merebaknya isu buruh negara asing, terutama yang berasal dari Cina. "Di tengah sulitnya lapangan kerja dan tingginya pengangguran di berbagai daerah, ada isu yang merebak bahwa tenaga kerja asing mulai membanjiri tanah air sampai ke pelesok-pelosok daerah," imbuhnya.

 

lsu ini secara nasional menurutnya memang belum populer, karena belum banyak publik yang mengetahui atau mendengar isu ini. "Namun isu buruh negara asing ini sangat kuat resistensinya di publik," ungkap Adjie.

 

Survei menunjukan bahwa baru 38.9 % yang mendengar isu ini. Dari mereka yang mendengar, sebesar 58.3 % menyatakan sangat tidak suka dengan isu atau informasi ini. Hanya 13.5 % yang menyatakan suka atau tidak bermasalah dengan isu ini. "Tiga isu ini akan menjadi tiga isu kunci yang menentukan kemenangan Jokowi dalam pilpres nanti," jelas Adjie.

 

"Jokowi akan makin kuat dan perkasa jika tiga isu ini dikelola dengan baik. Dan sebaliknya,Jokowi akan melemah jika tiga isu ini terabaikan," pungkas Adjie.

 

Responden sebanyak 1200 dipilih berdasarkan multi stage random sampling. Wawancara tatap muka dengan responden dilakukan serentak di 34 provinsi dari tanggal 7 sampai tanggal 14 Januari 2018.

 

Margin of error plus minus 2.9 %. Survei dilengkapi dengan riset kualitatif seperti FGD, media analisis dan depth interview narasumber.