Metode Dakwah Kehidupan
BAGI para sahabat mempelajari al-Qur’an bertujuan untuk menerima perintah Allah tentang urusan pribadinya, dan tentang segala urusan umat.

BAGI para sahabat mempelajari al-Qur’an bertujuan untuk menerima perintah Allah tentang urusan pribadinya, dan tentang segala urusan umat. Ia menerima perintah itu untuk segera dilaksanakan setelah mendengarnya. Sebagaimana prajurit dilapangan menerima “perintah” untuk dilaksanakan segera setelah menerimanya. Karena itu tidak seorangpun yang minta menambah perintah sebanyak mungkin dalam satu pertemuan saja. Karena ia merasa beban kewajiban dan tanggung jawab itu lebih utama diatas pundaknya.
Perasaan seperti itulah yang telah menyebabkan al-Qur’an membukakan bagi mereka perspektif kesenangan, perspektif ilmu pengetahuan, yang tidak akan dapat mereka peroleh seandainya mereka bermaksud mempelajari al-Qur’an hanya untuk studi, pelajaran dan pembahasan saja. Tugas mereka jadi mudah, berat tanggung jawab menjadi ringan. Al-Qur’an telah berlebur dalam jasad mereka. Sehingga dalam diri dan kehidupan mereka, al-Qur’an telah menjadi suatu metode yang realistis, telah menjadi suatu ilmu yang hidup, yang bukan hanya tinggal dalam otak, atau dalam buku-buku. Tetapi berubah menjadi hasil dan kejadian yang mengubah garis perjalanan hidup.
Al-Qur’an tidak akan masuk ke dalam hati selain kepada orang yang menghadapinya dengan jiwa yang bersih dan tulus. Jiwa pengetahuan yang memiliki tanggung jawab moril. Al-Qur’an datang bukan untuk menjadi buku rekreasi mental spiritual atau pun sejarah semata. Walaupun semua itu termasuk dalam kandungannya. Al-Qur’an hadir sebagai sebuah cara atau metode kehidupan, metode Ilahiah yang murni, yang diturunkan secara berangsur-angsur.
“Dan Quran itu Kami bagi-bagi, agar kamu dapat membacakannya kepada manusia dengan berangsur-angsur, dan Kami turunkan ia dengan turun yang sempurna.”(QS. Al-Isra: 106)
Al-Qur’an tidak turun sekaligus, ia turun sesuai dengan kebutuhan yang ada, sesuai dengan permasalahan yang terjadi dalam kondisi sosial masyarakat, yang konteknya sesuai dengan masalah praktis yang dihadapi jamaah Muslim dalam kehidupan nyata.
Satu atau beberapa ayat yang diturunkan dalam suatu keadaan khusus atau kejadian tertentu menceritakan kepada manusia tentang apa yang terdapat dalam hati mereka, dan menggambarkan kepada mereka hal yang sedang mereka alami. Sehingga dapat mengoreksi kesalahan pemikiran dan tindakan mereka, menghubungkan mereka semua hal tersebut dengan Allah Swt. Itulah yang dinamakan al-Qur’an sebagai metode kehidupan, seperti halnya Rasulullah saw yang disebut sebagai the living Qur’an (Qur’an yang berjalan atau hidup).