Gembala Ternak: Latihan Kepemimpinan Ala Nabi

MONITORDAY.COM - Seorang pakar kepemimpinan pada masa modern John C. Maxwell mendefinisikan leadership sebagai seseorang yang knows the way, goes the way and shows the way. Seorang pemimpin adalah yang mengetahui jalan, berjalan di jalan itu dan menunjukkan jalan kepada yang dipimpin untuk sampai ke tujuan.
Gambaran yang disampaikan oleh Maxwell dapat kita temukan dalam diri seorang gembala ternak. Bayangkan diri kita tinggal di sebuah desa, diamanahi menggembala 40 ekor kambing muda dan anak kambing. Apa yang harus kita lakukan?
Tentu saja kita harus tahu dimana padang rumput tempat makanan para kambing. Kita juga harus tahu rute pulang pergi dari kandang ke padang rumput. Setelah itu kita harus berjalan bersama-sama kambing pulang pergi ke padang rumput dan ke kandang. Jika ada kambing yang terpisah dari rombongan, kita harus mencarinya, lalu menunjukkan kembali ke rute yang benar.
Sangat pas bukan dengan teori Maxwell? Tahukah kalian, jika para Nabi dan Rasul mempunyai pengalaman dalam menggembala hewan ternak. Apakah itu sebuah kebetulan? Tentu saja bukan. Allah SWT mempersiapkan mereka untuk menjadi pemimpin umat. Maka sebagai latihan untuk bisa memimpin manusia, mereka harus bisa memimpin hewan ternak terlebih dahulu.
Dalam buku Sirah Nabawiyah karangan Shofiyurrahman Al Mubarakfuri, dikisahkan bahwa pada awal masa remaja, Rasulullah SAW menggembala kambing sebagai sumber mata pencaharian. Dia menggembala kambing milik Bani Sa'd di Mekkah dengan upah beberapa dinar.
Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda : “Tidaklah Allah mengutus seorang Nabi kecuali dia memelihara kambing.” Para sahabat bertanya “Dan engkau?” Rasulullah SAW menjawab “Benar, aku pernah memeliharanya dengan upah beberapa qirath bagi penduduk Makkah." (HR Ibnu Majah no 2149)
Dalam hadits lain Rasulullah SAW bersabda: “Ketahuilah: kalian semua adalah pemimpin (pemelihara) dan bertanggung jawab terhadap rakyatnya. Pemimpin akan dimintai pertanggungjawabannya tentang rakyat yang dipimpinnya.
Suami adalah pemimpin bagi keluarganya dan akan dimintai pertanggungjawabannya tentang keluarga yang dipimpinnya. Isteri adalah pemelihara rumah suami dan anak-anaknya. Budak adalah pemelihara harta tuannya dan ia bertanggung jawab mengenai hal itu. Maka camkanlah bahwa kalian semua adalah pemimpin dan akan dituntut (diminta pertanggungjawaban) tentang hal yang dipimpinnya.”
Yang menarik dalam hadits itu, pemimpin tidak disebut sebagai imam atau amir. Melainkan ra'in. Raa'in secara harfiyah artinya penggembala. Sedangkan ra'iyyah artinya yang digembalakan. Ra'iyyah kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi rakyat.
Hal ini menunjukkan keterkaitan erat antara kepemimpinan dengan kegiatan menggembala. Pertanyaan selanjutnya, apakah di dunia modern untuk menjadi pemimpin sukses harus juga menggembala hewan? Jika anda tinggal di desa, boleh saja, Namun jika anda tidak punya hewan ternak, cara melatih kepemimpinan adalah aktif dalam organisasi.