Meski Dirundung Corona, China Terus Mengusik Kedaulatan Indonesia
Satu Kapal Coast Guard China terdeteksi berkeliaran di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia di Natuna Utara. Bahkan, Negeri Tirai Bambu mengirim satu unit jenis 054A Jiangkai Class yang diketahui sebagai kapal perang.

MONITORDAY.COM - Di tengah badai virus Corona di negaranya, China terus sombongkan diri mengusik kedaulatan Indonesia. Tak tanggung-tanggung, Negeri Komunis ini masih melakukan tindakan pengawalan terhadap kapal nelayan mereka yang melakukan ilegal fishing di perairan Natuna Utara.
Mengutip akun instagram @puspenerbal, Selasa (4/2/2020) satu kapal coast guard China terdeteksi berkeliaran di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia di Natuna Utara.
Selain kapal coast guard China, disana juga ada kapal pemerintah Vietnam namun negeri Nguyen tak memasuki ZEE Indonesia dan hanya berada di batas kontinen.
Awal diketahuinya coast guard China ini ketika pesawat CN-235 MPA TNI AL melakukan patroli udara di perairan Natuna.
Kapal-kapal Vietnam lantas terpantau karena mereka menyalakan Automatic Identification System (AIS) yang menunjukkan posisi mereka kepada aparat Indonesia.
Namun berbeda dengan coast guard China. Mereka malah mematikan perangkat AIS tersebut agar tak diketahui keberadaannya oleh patroli TNI AL.
Mengira sudah aman, aksi sembunyi-sembunyi coast guard China ini malah kepergok dengan jelas oleh CN-235 MPA TNI AL. Dengan dibekali radar Surveillance canggihnya, CN-235 MPA dari jarak 222 km sudah mengetahui dengan jelas dimana coast guard China itu 'bersembunyi'
Tak menunggu lama kapal perang TNI AL bersama pesawat tersebut langsung datang menyatroni keberadaan coast guard China untuk melaksanakan identifikasi visual.
Benar saja ketika sampai di sasaran, satu unit kapal coast guard China dengan nomor lambung CCG-5305 sedang mengawal kapal-kapal nelayan mereka sedang mencuri ikan di ZEE Indonesia.
Bukan hanya itu, dalam postingan Puspenerbal juga nampak satu unit fregat besar Type 054A Jiangkai Class wara-wiri di sekitaran Natuna Utara.
Aksi satu unit fregat besar Type 054A ini dinilai sangat mempermalukan Indonesia. Negeri Tirai Bambu ini tak henti-hentinya menunjukan kedigdayaan di laut Natuna Utara. Merespon aksi China di Natuna Utara, Presiden Joko Widodo langsung mengunjungi Natuna Utara untuk memastikan bahwa Natuna Utara adalah bagian dari Republik Indonesia, namun kunjungan No 1 RI ini dinilai hanya parade simbolik yang tak bertaji.
Pengamat hubungan internasional Dinna Wisnu menyatakan kedatangan Presiden Joko Widodo ke Natuna gagal membuat gentar China. Hal itu terkait denan kembalinya kapal nelayan dan coast guard China ke perairan Natuna Utara setelah kedatangan Jokowi ke pulau Natuna. Menurutnya, China sudah memprediksi Indonesia tidak ingin berperang.
Sangat berbeda dengan kunjungan Mantan Menteri KPP Susi Pujiastuti yang tidak perlu banyak gaya, namun aksi konkrit yang dilakukannya berujung manis bagi nelayan Lokal. Semasa Susi Pujiastuti memimpin, bahari NKRI pun terjaga dari gangguan negara manapun apalagi hanya China.
Dinna lanjut menuturkan Indonesia tidak mau perang dengan China terlihat dari cara Jokowi merespon situasi di Natuna. Dia berkata Jokowi terkesan bersayap dalam memberi tanggapan.
Jokowi, kata dia, ingin tetap menjaga hubungan baik dengan China dengan tidak membuat pernyataan yang secara tegas menuding China melanggar. Misalnya, Jokowi tidak tegas menyatakan China melanggar atau tidak melanggar Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia di Natuna Utara.
Lebih lanjut, Dinna meminta pemerintah Indonesia tidak memandang China seperti dua tahun silam, yakni saat China dan ASEAN sepakati kerangka kode etik Laut China Selatan. Saat itu memang Indonesia dan ASEAN berharap China memenuhi janjinya paling lambat tiga tahun terhadap kesepakatan itu.
"Sekarang sudah tahun berapa, hampir selesai tuh laps waktunya. Dan dengan secara fisik mereka melakukan itu terbukti niat baiknya tidak ada," ujarnya.
"Jadi itu harus secara tegas bisa kita sampaikan sebenarnya. Tidak perlu muter-muter gitu ya kalau kenyataannya dia tidak menyepakati yang dia tunjukkan dalam forum ASEAN," ujar Dinna.
Di sisi lain, Dinna menyebut tindakan China masuk ke ZEE Indonesia adalah untuk menguji kesetiaan negara kawasan ASEAN, khususnya Indonesia. Sebab, dia berkata Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kerjasama di bidang infrastruktur dengan China.
"Kita diuji kesetiaan kita. Bahasa saya kesetiaan karena China kalau memberi bantuan dia selalu minta balik 'kami bisa kasih saya apa?'. Pamrihnya itu langsung keliatan," ujarnya.
Sikap pamrih China terhadap negara yang diberikan bantuan sejatinya juga sama dengan Amerika Serikat. Akan tetapi, dia menilai AS tidak pernah pamrih dalam waktu cepat.
"Kalau China ini langsung. Dia kasih duit cashnya lebih cepat, tapi minta loyalitasnya lebih tinggi. Artinya China itu tidak sama dengan yang lalu," ujar Dinna.
Lebih dari itu, dia meminta seluruh elemen terkait kompak dalam menyikapi situasi di Natuna. Sebab, selama ini belum ada kekompakan antar pihak.
"Indonesia ini tidak satu suara menghadapi China. Ada menteri-menteri yang melihat masalah ini sebagai masalah ikan saja, masalah kecil yang solusinya tidak besar," ujar Dinna.