Menuju Tatanan Baru New Normal

Banyak di antara kita tak terkecuali para pengusaha menganggap bahwa pandemi Covid-19 bersifat sementara. Yakni menganggapnya hanya siklus biasa, mulai dari adanya orang terinfeksi, jumlahnya melonjak, korban meninggal mencapai puncak, kemudian jumlah korban pelan-pelan menurun dan krisis pun berakhir.

Menuju Tatanan Baru New Normal
Menuju Tatanan Baru New Normal

MONITORDAY.COM - Banyak di antara kita tak terkecuali para entreupreneur menganggap bahwa pandemi Covid-19 bersifat sementara. Yakni menganggapnya hanya siklus biasa, mulai dari adanya orang terinfeksi, jumlahnya melonjak, korban meninggal mencapai puncak, kemudian jumlah korban pelan-pelan menurun dan krisis pun berakhir.

Hal demikian membuat respon yang ditunjukan pun lebih banyak yang wait and see menunggu perkembangan, sambil lihat-lihat, toh nanti akan kembali ke normal seperti sediakala. Kalau demikian halnya maka kita terjebak dengan pola pikir “kodok direbus", yang diam saja dan tidak sadar padahal hendak dibunuh secara perlahan.

Padahal, pandemi ini tidaklah demikian. Covid-19 telah menciptakan irreversible changes (perubahan yang tidak dapat dipulihkan) dan change permanently (perubahan permanen). Selama vaksin belum ditemukan maka kita akan tetap menjalani masa tidak normal. Pun demikian bila vaksin ditemukan kita akan masuk kepada kebiasaan baru yang jelas-jelas akan meninggalkan masa normal sebelumnya ke kebiasaan normal baru, atau dikenal dengan istilah new normal.

Kita pun berharap pengembangan obat anti virus yang spesifik untuk Covid-19 segera ditemukan. Menurut Ahmad Muttaqien Alim, seorang dokter di Yogyakarta, saat ini pengobatan tetap dilakukan menggunakan antivirus yang ada misalnya favipiravir atau remdesivir. Adakalanya diberikan antibiotik untuk mencegah dan mengobati infeksi bakterial sekunder, juga terapi nutrisi, terapi oksigen sampai ventilator, juga terapi plasma konvalesen.

Ada beberapa obat atau penanganan yang dilakukan berdasar komplikasi yang terjadi pada masing-masing pasien, misalnya terapi imun dan pengencer darah. Tidak semua pasien disamaratakan memakai pengobatan yang sama. Kita ingat, pasien covid ini berspektrum lebar, dari yang tanpa gejala, gejala ringan, sedang sampai berat/kompleks sekali.

Pengobatan terus berkembang dari waktu ke waktu. Ada obat yang terus terungkap berefek baik pada pasien, misalnya mempercepat perbaikan kondisi. Dengan usaha dan metode yang terus berkembang ini, maka usaha untuk menekan kematian makin baik.

Contoh serupa misalnya pada demam berdarah. Meski antivirus spesifiknya masih terus dalam pengembangan, tapi dengan modal penanganan lain angka kematian demam berdarah sudah bisa ditekan hingga nol koma, dibandingkan dulu pertama muncul mencapai 30%.

Dalam konteks bisnis, adanya pandemi Covid-19 setidaknya akan ada tiga fase yang dilewati, yakni business as usual mode yang kita sebut Old Normal, kemudian survival mode atau new normal dan recovery dan growth mode atau next normal.

Dalam hal ini, masa Old Normal yakni bisnis berjalan seperti biasanya sebelum adanya pandemi Covid-19, kemudian situasi New Normal atau survival mode yaitu masa sejak Covid-19 mewabah hingga vaksin ditemukan dan diproduksi massal, serta kemudian situasi Next Normal atau recovery & growth mode yaitu masa setelah vaksin ditemukan.

Istilah New Normal sendiri sebagai suatu istilah yang digunakan untuk menyambut fase old normal yang sudah dilewati karena Covid-19. Meminjam istilah Kang Emil, Gubernur Jawa barat, masa ini disebut dengan adaptasi kebiasaan baru. Di masa ini, akan ada kebijakan atau aturan yang turun naik, serta kemudian muncul kebiasaan-kebiasaan baru yang akan melekat.

Aturan atau kebijakan yang turun naik maksudnya adalah semua aturan akan berubah seiring dengan adanya best practice secara global yang kemudian akan ditiru oleh setiap negara dalam menjalankan perdagangan dan industri. Misalnya seperti aturan pertemuan serba terbatas, pembatasan perjalanan, persyaratan higienitas dan melindungi kelompok rentan.

Sedangkan kebiasan dan perilaku yang melekat, seperti misalnya bekerja jarak jauh (WFH), keseimbangan pekerjaan/kehidupan campuran, akses e-commerce dan logistic dan e-health. New Normal akan menyebabkan setiap organisasi dan masyarakat melakukan pergeseran secara bertahap yang terjadi seiring waktu berjalan dan kemudian akan berubah menjadi perubahan perilaku secara lebih cepat.

Tantangan New Normal

Meski begitu, penerapan new normal ini menemui banyak tantangan. Di bidang transportasi umum misalnya, bagaimana menerapkan kebiasaan baru untuk physical distancing di moda transportasi massal dengan kemampuan kapasitasnya yang terbatas. Hal ini harus dicarikan solusi agar aktivitas masyarakat tetap berjalan normal, dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan untuk mencegah Covid-19.

Selain itu, pertemuan-pertemuan sosial juga akan menjadi tantangan tersendiri di saat new normal. Tidak hanya terkait penerapan protokol kesehatan seperti memakai masker, menjaga kebersihan, atau physical distancing, namun juga perlu memikirkan bahwa kontak terhadap orang usia rentan harus dapat dibatasi hingga nanti vaksin ditemukan.

Kemudian, banyak sektor industri juga ditantang untuk bisa melakukan adaptasi terhadap kondisi ini. Untuk memastikan produk yang dihasilkan tetap sesuai target dan kualitas, serta distribusi yang tepat, diperlukan strategi baru dalam menjalankan roda industrinya. Pemimpin merusahaan harus jeli melihat permsalahan untuk mencarikan solusinya, seperti mulai melakukan adaptasi teknologi.

Misalnya seperti industri yang melibatkan banyak orang di sebuah ruangan, namun di samping itu harus menerapkan protokol kesehatan. Hal ini yang kemudian dapat mengaharuskan perusahaan tersebut mengandalkan kecerdasan buatan agar roda industri tetap berjalan.

Tentunya masih banyak tantangan lain yang harus diperhatikan dalam menghadapi new normal. Namun bagaimanapun tantangannya, masa new normal ini harus kita lewati. Perilaku-perilaku baru yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan akan dilakukan oleh banyak orang, harus dilakukan sehinga menjadi sebuah kebiasan baru.