Adaptasi Bisnis di Era New Normal

Esok hari pasti akan sangat berbeda, masa depan harus dibingkai ulang mulai hari ini. Caranya dengan mengadopsi pendekatan proaktif untuk memahami perubahan.

Adaptasi Bisnis di Era New Normal
Ilustrasi foto/Net

“Tidak ada yang pasti di dunia ini kecuali kematian dan pajak,” tulis Benjamin Franklin dalam suratnya kepada Jean-Baptise Le Roy pada tahun 1989. Nukilan ini lantas menjadi populer setelah surat-surat pemimpin revolusi Amerika Serikat ini diterbitkan pada 1817 dengan judul The Works of Benjamin Franklin.

Selain populer, apa yang dikatakan Franklin dalam surat itu rasanya tetap relevan hingga saat ini, ketika wabah Covid-19 tak kunjung usai. Jika kita tarik frase tersebut dalam konteks saat ini, maka kira-kira bunyinya menjadi, ‘tidak ada yang pasti di dunia ini, kecuali kematian, pajak dan juga adaptasi terhadap new normal.’

Pandemi Covid-19 memang telah mengubah segalanya, mulai dari hal kecil seperti cara bergaul dan berkomunikasi, hingga hal-hal besar seperti cara berbisnis, mengelola organisasi atau bahkan memimpin negara.

Lalu, makhluk apa sebetulnya new normal itu sendiri? Banyak literasi bisa kita dapati untuk menjelaskan mengenai new normal ini. Pada intinya kondisi new normal menggambarkan perubahan perilaku sebagai respon adanya pandemi covid-19.

Di bidang kesehatan kita bisa lihat, bahwa situasi pandemi ini membuat masyarakat mulai banyak menggunakan aplikasi telehealth maupun telemedicine untuk berobat dan berkonsultasi dengan dokter. Begitu juga perusahaan saat ini yang menerapkan kebijakan work from home untuk karyawannya untuk memitigasi risiko penyebaran virus corona.

Inilah new normal, atau kebiasaan baru yang awalnya tidak biasa, namun kemudian menjadi kenormalan baru. Situasi yang membuat banyak perusahaan harus melakukan transformasi dan adaptasi. Satu sisi agar tetap bisa relevan di tengah situasi pandemi, sisi lain agar sejalan dengan protokol kesehatan, perubahan perilaku masyarakat dan juga perlambatan ekonomi.

Kementerian BUMN sendiri melalui, Surat Menteri BUMN Nomor: S- 336 /MBU/05/2020 telah memerintahkan segenap perusahaan BUMN untuk menyusun skenario dan skema new normal. Skema ini kemudian akan menjadi pedoman utama bagi masing-masing perusahaan BUMN untuk menjaga operasional bisnis di tengah pandemi dengan mengedepankan protokol kesehatan.

Jamkrindo sebagai salah satu perusahaan penjaminan terdepan juga telah membuat protokol new normal selama masa pandemi ini. Protokol tersebut mengatur langkah-langkah dan tahapan yang akan diterapkan Jamkrindo, di antaranya kewajiban penggunaan masker, sterilisasi lingkungan kerja, pemeriksaan kesehatan, tracking kondisi pekerja, hingga pengaturan kehadiran pekerja di kantor.

Sebagai respon terhadap tuntutan new normal, pengaturan ruangan pun disesuaikan agar sesuai dengan protokol kesehatan yang berlaku, yaitu berjarak. Hal yang sama juga diberlakukan untuk lift dan juga kendaraan dinas, dimana penggunaannya dibatasi dengan jarak yang aman.

Namun, adaptasi terhadap new normal, memang sebaiknya tidak dimaknai hanya sekedar penerapan protokol kesehatan semata. Protokol kesehatan penting, bahkan merupakan inti dari semua adaptasi yang dilakukan.

Namun, aspek lain yang tak boleh dikesampingkan ialah adaptasi yang sifatnya strategis dan transformatif, mengakar dan mempengaruhi aspek keberlanjutan bisnis. Adaptasi ini penting, karena tidak ada yang bisa menjamin kapan pandemi ini akan selesai dan apakah cara-cara lama atau business as usual masih dapat digunakan ke depannya di era post covid-19.

McKinsey dalam laporannya menyebut setidaknya ada prinsip dasar yang perlu dilakukan saat memasuki masa ‘The New Normal’ yaitu memperhatikan perubahan perilaku konsumen, pola permintaan yang tidak dapat diprediksi serta efisiensi operasional berdasarkan skala prioritas.

Perusahaan seperti Starbucks, McDonalds dan Gojek misalnya telah menangkap kekhawatiran para customernya atas massifnya penyebaran virus corona dengan meluncurkan layanan contactless services dimana konsumen bisa memesan makanan/minuman tanpa harus banyak melakukan kontak fisik. 

Begitu juga Marta Tilaar Group (MTG) dan Nivea yang memanfaatkan fasilitas produksinya untuk mengembangkan produk hand sanitizer untuk memastikan stabilitas penjualan di kala penjualan produk kecantikan menjadi sepi akibat pandemi covid-19.

Pekerjaan rumah selanjutnya ialah mempersiapkan atau menavigasi masa depan pasca covid-19 dan Leading in The New Normal. Diperlukan sebuah gagasan visioner agar tercipta sebuah inovasi yang memungkinkan bisnis untuk melompat dengan cepat ketika pandemi ini berakhir. Tidak hanya bekerja untuk masa ini, namun juga harus mulai membangun masa depan, dan menciptakan ekosistem yang memungkinkan adanya transformasi.

Esok pasti akan sangat berbeda, itulah sebabnya kita harus mulai membingkai ulang masa depan di mulai hari ini, dengan cara mengadopsi pendekatan proaktif untuk memahami perubahan apa yang akan terjadi dan siap menyesuaikan produk, layanan, dan strategi bisnis.