Menjadi Eksportir Muda Bersama KEMI
Menjadi eksportir tidak sesulit yang dibayangkan kebanyakan orang. Ketua Komunitas Eksporter Muda Indonesia (KEMI) HM Kustanto menegaskan hal tersebut. Dengan kemampuan membaca big data para pengusaha muda dapat mencari pembeli di luar negeri. Hal tersebut disampaikan dalam Diskusi Daring IKATI UII bertajuk Peluang Baru psar Ekspor Bagi Pemula (5/7/2020).

MONDAYREVIEW.COM - Pandemi bukan berarti kita menyerah dan berdiam diri. Ini saatnya mengevaluasi langkah, melakukan perbaikan dan merancang inovasi. Belajar lagi tentang berbagai hal. Juga mencari celah agar tetap produktif. Termasuk dengan mengekspor produk ke beberapa negara meski dengan banyak kendala.
Menjadi eksportir tidak sesulit yang dibayangkan kebanyakan orang. Ketua Komunitas Eksporter Muda Indonesia (KEMI) HM Kustanto menegaskan hal tersebut. Dengan kemampuan membaca big data para pengusaha muda dapat mencari pembeli di luar negeri. Hal tersebut disampaikan dalam Diskusi Daring IKATI UII bertajuk Peluang Baru Pasar Ekspor Bagi Pemula (5/7/2020).
Ada baiknya para calon eksportir mengikuti pelatihan terkait ekspor. Sebuah diskusi hanya menjadi pemantik awal. Melalui diskusi tersebut awareness untuk mengembangkan perdagangan lintas negara mulai tampak. Peluang-peluang menarik terlihat dan kecanggungan untuk ‘naik kelas’ menjadi eksportir mulai menggeliat.
Melalui KEMI banyak eksportir muda yang saling mendukung, berbagi pengalaman bahkan informasi tentang pasar ekspor. Termasuk berbagi peluang atau informasi tentang buyer atau pembeli. Dalam dunia usaha tentu ada kompetisi antara eksportir satu dengan yang lain namun banyak kerjasama dan kemitraan yang bisa dibangun. Masing-masing anggota terpacu untuk membangun reputasinya sekaligus reputasi organisasi.
Kustanto menegaskan bahwa negara tujuan ekspor utama Indonesia adalah Tiongkok, Amerika Serikat dan Jepang. Namun dengan angka 17, 04 % Indonesia ke Tiongkok lebih banyak dalam bentuk raw material. Tentu saja tidak terlalu menguntungkan apalagi dengan fakta bahwa impor kita dari Tiongkok jauh lebih besar.
Amerika Serikat dan Jepang di peringkat dua dan tiga lebih potensial. Sebut saja misalnya kebutuhan produk subtitusi sedotan plastik yang ramah lingkungan adalah peluang besar di Amerika Serikat. Jutaan sedotan dibutuhkan, permitaan besar itu menjadi ilustrasi betapa menariknya pasar ekspor.
Industri pengolahan memiliki potensi yang sangat besar untuk tumbuh. Walaupun harus tetap mempertahankan protokol yang ketat karena banyak pekerja di sektor ini yang tidak dapat melakukan pekerjaan dengan work from home.
Banyak jenis barang yang tidak dapat diekspor selama pandemi. Misalnya alat kesehatan. Para eksportir dapat mengakses informasi terkait larangan tersebut dari situs kementerian perdagangan.
Sementara Muslim Elhakim Kurniawan dari Disperindag Bangka Belitung memberi ilustrasi bahwa menjadi eksportir tidak harus menjual produk dalam jumlah skala besar. Bahkan bagi UMKM ada insentif dari Ditjen Bea Cukai sehingga biaya yang harus dikeluarkan relatif kecil bila harus mendatangkan bahan baku secara impor untuk keperluan produksinya.
Regulasi terkait ekspor memang telah disederhanakan. Namun demikian bukan rahasia lagi bahwa banyak produk Indonesia yang bisa menembus pasar dunia lebih mudah melalui negara tetangga Singapura yang berperan sebagai eksportir. Sebagai perantara Singapura mengambil untung banyak.
Langkah awal yang terpenting bagi eksportir adalah mencari pembeli. Salah satunya melalui laman situs http://exportpotential.intracen.org/ Para eksportir dapat juga menggunakan layanan marketplace alibaba.com dengan fitur berbayar akan tersedia data pembeli potensial yang terhubung dengan raksasa e-commerce tersebut.