Blockchain Bisa Berantas Pembajakan Karya Musik?

Padahal teknologi blockchain bisa diterapkan pada banyak hal. Terutama dalam sektor keuangan untuk meningkatkan efisiensi transaksi. Irit waktu dan biaya. Cepat dan murah. Mnegurangi bahkan bisa meniadakan peran intermediasi bank dan lembaga sejenisnya. Itu karena blockchain merupakan ‘buku besar yang tersebar’ sehingga transaksi tercatat secara meluas.

Blockchain Bisa Berantas Pembajakan Karya Musik?

MONDAYREVIEW - Kalau mendengar Blockchain banyak orang tergambar pada mata uang kripto khususnya Bitcoin. Tentu wajar dan tidak sepenuhnya salah. Memang di balik Bitcoin terhampar teknologi ini. Dengan kata lain Blockchain adalah backbone bagi Bitcoin.

Padahal teknologi blockchain bisa diterapkan pada banyak hal. Terutama dalam sektor keuangan untuk meningkatkan efisiensi transaksi. Irit waktu dan biaya. Cepat dan murah. Mnegurangi bahkan bisa meniadakan peran intermediasi bank dan lembaga sejenisnya. Itu karena blockchain merupakan ‘buku besar yang tersebar’ sehingga transaksi tercatat secara meluas.

Salah satu terapan Blockchain ada pada aplikasi Spotify. Dengan teknologi ini hak pencipta, penyanyi, dan masing-masing pihak yang berhak atas kekayaan intelektual atas sebuah produk atau karya musik dapat dihitung secara akurat.

Begini ceritanya! Spotify mengakuisisi sebuah startup blockchain bernama Mediachain Labs. Itu dilakukan sekitar tahun 2017. Atau lebih dari dua tahun lalu. Langkah itu dilakukan karena Spotify ingin menghadirkan sebuah mekanisme perhitungan dan pembayaran royalti yang lebih adil untuk pencipta musik.

Keunggulan blockchain yang ingin dikembangkan ialah untuk melacak melacak siapa pencipta lagunya, judul lagu yang sudah diciptakan, dan sebagainya, sehingga royalti dapat didistribusikan dengan lebih tepat juga.

Salah satu alasan paling penting bagi orang untuk membajak konten adalah tidak terjangkau dan tidak tersedianya konten tersebut. Terlihat penurunan konten yang dibajak setelah munculnya layanan streaming seperti Spotify dan Netflix. Artis tidak mendapat untung dari konten yang mereka buat (kecuali jika itu menjadi sukses besar) karena label, layanan streaming, dan situs web hosting mengambil bagian mereka.

Dengan blockchain, artis dapat menghindari perantara dengan menggunakan buku besar yang didistribusikan dan smart contract (kontrak cerdas). Mereka dapat mengunggah dan membagikan konten mereka langsung dari buku besar yang didistribusikan dan menerima pembayaran mikro secara langsung dengan menggunakan kontrak pintar. Misalnya, seorang seniman dapat membuat kontrak pintar yang akan terlihat seperti ini.

‘Bayar sebanyak ini (sangat sedikit karena pembayaran akan dari jutaan konsumen musik di blockchain) untuk mendengarkan lagu ini. Lagu akan tersedia untuk mereka segera setelah mereka menerima pembayaran. Artis juga dapat memberikan lagu secara gratis dan membebankan biaya untuk versi karaoke atau nada dering melalui smart contract tersebut.

Dengan cara ini, sebagian besar pembajakan dapat diatasi sehingga pemegang hak cipta mendapatkan bagian pembayaran yang adil selayaknya mereka harus terima. Selain itu, mereka dapat menghindari pelanggaran konten yang dilindungi hak cipta.

Selain Spotify ada Mycelia. Perusahaan musik ini menyediakan layanan blockchain bagi para seniman untuk mengamankan bagian mereka yang adil dan melindungi konten mereka.