Menista Agama Lain, Merugikan Agama Sendiri

Menista Agama Lain, Merugikan Agama Sendiri
Sumber gambar: era.id

MONITORDAY.COM - M. Kace dan Yahya Waloni ditangkap polisi dalam waktu yang berdekatan. Keduanya sama-sama didakwa melakukan penistaan agama. Kebetulan keduanya juga merupakan seorang yang pindah agama. Kece pindah dari Islam ke Kristen, sementara Yahya berpindah dari Kristen ke Islam. Keduanya sama-sama menjadi pendakwah di agama barunya. 

Sayangnya, alih-alih berdakwah untuk mencerahkan umatnya masing-masing, mereka malah terjebak untuk menyerang agama lamanya. M. Kece menuduh Muhammadiyah dikelilingi jin dan tidak dekat dengan Allah SWT. Sementara Yahya Waloni memplesetkan nama-nama pengarang Injil seperti Markus, Matius, menjadi spiritus, kakus dst. 

Agama pada dasarnya merupakan pedoman hidup untuk membuat umatnya menjadi lebih baik. Agama juga mendorong umatnya agar bisa bermanfaat bagi sama. Tentu saja setiap agama mempunyai klaim kebenaran masing-masing yang tidak akan menemukan titik temu. Selayaknya selaku agamawan mereka mengerti akan hal tersebut. 

Pertama, sebagai seorang ustadz atau pendeta hendaknya membimbing umatnya agar berada di jalan yang benar menurut agamanya. Penguatan akidah tentu saja diperlukan. Akidah merupakan pondasi bagi keberagamaan seseorang. Metode penguatan akidah tentu saja tidak harus dengan menistakan agama lain. Orang yang menodai agama lain seolah tidak percaya diri dengan agamanya sendiri. 

Agama Islam melarang penistaan agama selain Islam. Hal ini tercantum dalam QS. Al An'am: 108: “Dan janganlah kamu memaki sesembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa dasar pengetahuan."

Kedua, ibarat satu jari telunjuk yang menunjuk kepada orang lain, namun empat jari lainnya menunjuk kepada diri sendiri. Seseorang yang menistakan agama lain apapun agamanya sejatinya sedang menjelek-jelekkan agamanya sendiri. Publik pada akhirnya bisa menilai bahwa seorang yang suka menjelek-jelekkan agama lain tidak mulia di mata agamanya sendiri. 

Ketiga, memang adakalanya terjadi dialog atau debat antaragama. Dalam persoalan ini hendaknya dilakukan dalam forum yang resmi dan dengan metode yang beradab. Tentu pada akhirnya debat semacam ini guna mengetahui perspektif masing-masing agama agar saling memahami. Bukan untuk kompetisi siapa yang menang dan kalah. 

Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang baik, kecuali dengan orang-orang yang zalim di antara mereka, dan katakanlah, ”Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhan kamu satu; dan hanya kepada-Nya kami berserah diri.” (QS. Al Ankabut: 45)

Penangkapan M. Kece dan Yahya Waloni cukup menjadi pelajaran bagi bangsa ini. Jangan sampai ada Kece dan Yahya Waloni lainnya di masa depan. Cukup ini menjadi kasus penodaan agama terakhir di bumi pertiwi. Semoga saja begitu.