Mengungkap Tabir Kematian Yodi Prabowo
Tragedi terbaru bagi insan pers menimpa sosok Yodi Prabowo, editor Metro TV. Dia ditemukan dalam keadaan meninggal saat bertugas.

MONDAYREVIEW.COM – Insan pers merupakan profesi dengan segudang resiko. Hal ini karena dalam pekerjaannya, seorang jurnalis harus siap ditempatkan di daerah konflik. Kasus lain, resiko yang besar seringkali menimpa jurnalis yang meliput kasus-kasus sensitive, misalnya sengketa lahan. Sudah banyak korban baik yang selamat maupun gugur di medan juang.
Kita masih ingat sosok Muetia Hafidz, wartawan Metro TV yang sempat disandra milisi Irak. Beruntung Meutia dibebaskan dan sekarang menjadi legislator dari Partai Golkar. Ersa Siregar jurnalis RCTI tidak seberuntung Meutia, dia harus gugur saat meliput konflik di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam. Kepergiannya pada tahun 2003 membawa duka bagi insan pers. Karena rawannya insan pers, maka lahirlah UU Pers pada tahun 1999 sebagai bentuk perlindungan.
Tragedi terbaru bagi insan pers menimpa sosok Yodi Prabowo, editor Metro TV. Dia ditemukan dalam keadaan meninggal saat bertugas. Penyebab kematiannya masih menjadi misteri, sampai kepolisian menyimpulkan bahwa penyebabnya adalah bunuh diri. Pihak keluarga tidak begitu saja menerima kesimpulan ini. Awalnya Yodi diduga dibunuh mengingat ada luka tusuk di tubuhnya dan di tempat kejadian terdapat pisau yang diduga digunakan sebagai alat membunuh.
Jasad Yodi Prabowo ditemukan dalam kondisi tertelungkup di pinggir jalan tol JORR dekat tembok pembatas jalan Ulujami Raya. Jasad Yodi pertama kali ditemukan oleh anak kecil yang sedang bermain layangan di lokasi kejadian sebelum azam Jumat berkumandang. Warga kemudian melaporkan hal tersebut ke Polsek Pasanggrahan. Sepeda motor yang diketahui milik Yudi dibawa ke Makopolsek. Sepeda motor tersebut diketahui sudah terparkir dekat lokasi kejadian sejak pukul 02.00 menurut kesaksian warga sekitar.
Polisi kemudian melakukan penyelidikan seperti olah TKP dan otopsi jenazah. Hasil sementara adalah Yudi Prabowo melakukan bunuh diri. Jika yang terjadi merupakan pembegalan, maka barang-barang berharga milik korban tidak ada yang hilang. Hasil penyelidikan juga mengungkapkan bahwa Yodi sudah sering mengunjungi TKP. Polisi kemudian memeriksa saksi-saksi hingga berjumlah 34 orang saksi. Salah satu yang diperiksa adalah kekasih dari Yodi. Diketahui mereka berencana menikah pada tahun depan (2021).
Menurut keterangan kekasih Yodi, almarhum sempat meminta untuk bertemu dengannya. Namun karena kesibukan hal tersebut belum bisa terlaksana. Yodi juga sempat mengeluarkan pernyataan yang janggal, misalnya jika dia tidak ada bagaimana? Pernyataan ini menguatkan dugaan polisi terkait bunuh diri yang dilakukan Yodi Prabowo. Diduga Yodi depresi saat melakukan aksinya. Namun hal ini dibantah oleh orang tuanya yang menyatakan Yodi baik-baik saja sebelum kejadian.
Hal lain yang menguatkan bunuh diri Yodi adalah hanya sidik jari Yodi yang ditemukan dalam pisau yang ada di TKP. Rambut yang ditemukan pun juga rambut milik Yodi. Ditemukan juga fakta bahwa sehari sebelum kejadian Yodi membeli pisau yang dipakai untuk bunuh diri. Hal ini terekam dalam CCTV toko pisau tersebut. Ditemukan juga hasil tes HIV Yodi dan bukti pembayaran tes dari sebuah rumah sakit. Polisi menduga Yodi Prabowo depresi. Fakta lainnya adalah ditemukannya senyawa narkoba dalam urin korban.
Ternyata Yodi tidak seperti Ersa Siregar atau Meutia Hafidz, dia bukan korban dari resiko jurnalisme, namun dia korban atas pilihannya sendiri. Walaupun dugaan kuat sementara adalah bunuh diri, namun polisi masih belum menutup kasus ini dan membuka informasi sebanyak-banyaknya.