Membangun Branding Sekolah

Jika branding berhasil dan peminat sebuah sekolah meningkat, maka persoalan biaya operasional tidak perlu dikhawatirkan.

Membangun Branding Sekolah
Sumber gambar: antaranews.com

MONDAYREVIEW.COM – Branding bagi sekolah bukan merupakan hal yang baru. Sejak kecil kita mengenal istilah sekolah favorit. Tanpa sadar hal tersebut menjadi branding bagi sekolah unggulan. Dimana yang sekolah di sana mempunyai kemampuan intelektual di atas rata-rata. Sayangnya ada juga sekolah yang dilabeli dengan sekolah buangan. Sekolah ini merupakan tempat menampung anak-anak dengan kemampuan di bawah rata-rata. Tentu saja sekolah buangan lebih merupakan stigma dibanding branding. Sebuah stigma yang mesti dihilangkan dari sekolah manapun.

Jika branding di atas muncul secara alami, dan biasanya dialami sekolah negeri, maka branding seharusnya bisa dibentuk dan dibangun sendiri. Tak dapat dimungkiri, walaupun pendidikan adalah kewajiban negara, namun dalam praktiknya pendidikan sulit untuk dikomersialkan. Hukum pasar tetap berlaku pada dunia pendidikan. Hal ini membuat sekolah pun ibarat barang dan jasa lainnya yang dikonsumsi masyarakat mesti menarik agar banyak  yang mendaftar di sana. Hal ini bukan merupakan suatu yang salah, melainkan sesuatu yang wajar.

Terlebih sekolah swasta yang dituntut untuk bisa lebih mandiri dibanding sekolah negeri. Branding menjadi suatu keniscayaan. Jika branding berhasil dan peminat sebuah sekolah meningkat, maka persoalan biaya operasional tidak perlu dikhawatirkan. Hal ini karena pendapatan sekolah bisa menutupi hal tersebut. Namun jika jumlah peminat sekolah masih lebih sedikit dibanding dengan biaya operasional, maka sekolah tersebut bisa saja bangkrut pada akhirnya.

Lantas bagaimana langkah-langkah branding sekolah yang tepat? Ada dua hal yang perlu dilakukan secara garis besar, pertama adalah perbaikan kualitas sekolah. Kedua adalah pengemasan sekolah dan sosialisasi kualitas sekolah terhadap masyarakat. Guna memperbaiki kualitas sekolah, yang pertama kali harus dilakukan adalah penguatan kembali visi dan misi sekolah. Kemudian diantara banyaknya program sekolah, ciptakan program unggulan yang menjadi ciri khas sekolah. Di SMK hal ini bisa diterapkan bagi jurusan yang menjadi unggulan.

Setelah itu perbaiki citra dan pengemasan sekolah. Dimulai dari hal sederhana, misalnya logo sekolah. Logo bisa saja diubah dari yang tradisional menjadi yang lebih kekinian. Kemudian penampilan sekolah dan juga siswa dan gurunya. Setelah pengemasan yang baik maka tinggal pemasarannya kepada masyarakat. Hal ini bisa dilakukan dengan cara sekolah membuat kegiatan yang melibatkan berbagai stakeholder. Kegiatan tersebut mengandung promosi sekolah secara tidak langsung. Promosi juga bisa memanfaatkan media sosial dengan membuat konten-konten yang menarik untuk disebarkan melalui berbagai kanal medsos.

Persoalan branding ini sudah mulai disadari oleh banyak sekolah khususnya swasta. Misalnya ada sekolah dengan label Islam Terpadu. Ada juga yang menggunakan label sekolah unggulan. Namun sekali lagi branding yang baik harus juga dibarengi dengan peningkatan kualitas secara substantive yang baik pula. Jika tidak maka branding hanya menjadi kedok atau penipuan saja dari kondisi yang sebenarnya.