Memaknai Sejarah dengan Lukisan
Memahami dan memaknai sejarah melalui lukisan merupakan pesan penting yang akan disampaikan perupa muda Indonesia, Triyadi Guntur Wiratmo.

MONDAYREVIEW.COM- Memahami dan memaknai sejarah melalui lukisan merupakan pesan penting yang akan disampaikan perupa muda Indonesia, Triyadi Guntur Wiratmo. Pada pemeran tunggalnya bertajuk “Between The Line” perupa kalahiran Kudus 1974 ini ingin mengkritisi pemahaman sejarah yang tunggal di masyarakat selama ini.
Bagi Triyadi sejarah itu sangat penting. Mempelajari sejarah kita akan mengetahui siapa diri kita dulu. Sehingga bisa mengambil hikmah dari perjalanan sejarah tersebut.
“Kita akan memperbaiki kehidupan dengan sejarah. Dan kita pun akan memiliki visi ke depan,” katanya saat ditemui Mondayreview.com di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, Senin malam (10/4).
Lebih lanjut Triyadi mengungkapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia sejarah menjadi masalah. Pasalnya selama ini masyarakat dikondisikan untuk memahami sejarah berdasarkan selera penguasa.
Namun, setelah dirinya melakukan penelitian dan menggali data dari berbagai sejarawan ternyata sejarah memiliki sudut pandang yang beragam. “Selama ini diajarkan sejarah hanya satu yang benar dan yang lain salah. Setelah saya dewasa dan tau banyak pandangan sejarah dari para sejarawan ini sangat berbeda dan kontradiktif,” jelasnya.
Menurutnya dari beragam sudut pandang, memiliki makna dari sejarah itu sendiri. Sehingga melalui lukisan inilah dirinya ingin memberikan mengkritisi pemahaman sejarah yang tunggal selama ini.
“Karya- karya saya ingin mengkritisi pola sejarah yang menunggalkan sejarah dan kita harus kiritis dalam memandang sejarah,” jelasnya.
Kepala Galeri Nasional Indonesia, Tubagus Andre Sukmana mengapresiasi dan mendukung penuh perupa-perupa muda yang memiliki potensi. Menurutnya Galeri Nasional Indonesia akan memberikan wadah dan kesempatan kepada perupa-perupa muda yang memiliki potensi untuk dapat menghadirkan karya-karya terbaiknya yang bisa diapresiasi oleh masyarakat.
“Ini merupakan upaya kita untuk meningkatkan apresiasi masyarakat di bidang seni sebagai bagian penguatan karakter bangsa,” katanya.
Menurutnya karya-karya yang ditampilkan Triyadi Guntur Wiratmo dengan latar belakang sejarah akan membantu masyarakat dalam memahami sejarah dari berbagai aspek melalui lukisan. Dengan cara inilah maka masyarakat akan memiliki sudut pandang yang beragam dari sejarah itu sendiri.
“Pameran lukisan ini akan membawa masyarakat untuk bisa memahami sejarah dari berbagai aspek termasuk kacamata seni yang bisa memaknai sejarah dari sudut pandang berbeda melalui lukisan,” jelasnya.
Baginya, Triyadi merupakan perupa yang memiliki kualitas yang mumpuni di bidangnya. Pasalnya untuk bisa melakukan pameran tunggal di Galeri Nasional harus melalui seleksi yang sangat ketat. Perupa harus sudah menunjukkan kemampuan dan sudah punya memiliki pengalaman sebelumnya.
“Dia telah berkarya sejak 2010. Dan Triyadi sudah menunjukan bahwa dia konsen dan intens bekarya dan terus mengeksplorasi,” ujarnya.
Menurutnya pameran di tempat ini harus melalui penilaian tim kurator. Penilaian yang dilakukan adalah hasil karya dan profile sang perupa apakah layak untuk menggelar pameran.
“Karya Triyadi lahir dari hassil riset. Dari segi teknis, artistiknya dan makna dari tiap-tiap karyanya sangat aktual dan penuh kesan dan makna. Sehingga layak untuk menggelar pameran tunggal,” paparnya.
Sementara itu Rachel Ibrohim galeris dari Rechel Gallery mengungkapkan bahwa sosok Triyadi merupakan perupa muda Indonesia masa depan. Selian skill yang ia memiliki, dia pun dalam melahrikan karya-karya nya memiliki konsep yang jelas dan berbasis data dan penelitian.
“Bukan secara skill tapi secara konsep dan melakukan riset untuk menggali semua pemasalahan. Sehingga ketika membuat gambar tersebut itu benar adanyaa bukan rekayasa,” katanya.
Menurutnya dengan adanya pameran seperti ini seni rupa di Indonesia makin dikenal dan diterima oleh masyarakat. Khusunya bagi generasi muda. “kalau bukan kita yang mengapresiasi, terus siapa?,” katanya.
Perlu diketahui pameran tunggal ini merupakan kerjasama antara Galeri Nasional Indonesia dan Rachel Gallery dengan kurator Rizki A Zaelani. Pameran tunggal ini akan digelar pada tanggal 11-23 April 2017 di Galeri Nasional Indonesia di jalan Merdeka Timur no. 14 Jakarta Pusat.